Pegiat Seni Banyumas Harap Presiden Prabowo Kembali pada Karakter 'Pengayom' Gunung Slamet
Pegiat seni Banyumas berharap Presiden Prabowo Subianto, yang memiliki akar Banyumas, dapat kembali pada karakter kepemimpinan yang mengayomi rakyat di tengah berbagai isu ekonomi dan politik yang berkembang.

Purwokerto, 21 Februari 2024 (ANTARA) - Bambang Barata Aji, seorang pegiat seni dari Banyumas, Jawa Tengah, menyampaikan harapannya agar Presiden Prabowo Subianto, yang memiliki silsilah keluarga dari Banyumas, dapat kembali pada karakter kepemimpinan yang mencerminkan kearifan lokal Gunung Slamet: mengayomi dan memberikan kenyamanan bagi seluruh lapisan masyarakat.
Pernyataan tersebut disampaikan Bambang di Purwokerto pada Jumat lalu. Ia mengungkapkan kekhawatirannya terkait berbagai isu terkini, seperti efisiensi anggaran yang kontroversial, isu "Indonesia Gelap", dan apresiasi berlebihan Presiden Prabowo kepada Presiden Jokowi dalam acara resmi. Hal-hal ini, menurutnya, telah menimbulkan ketidakstabilan dan keresahan di masyarakat.
Sebagai seorang pegiat seni yang berasal dari lereng Gunung Slamet, Bambang berharap Presiden Prabowo, sebagai "putro wayah" (anak cucu) Gunung Slamet, dapat mengedepankan kepemimpinan yang melindungi dan menyejahterakan seluruh rakyat Indonesia, dari Sabang sampai Merauke. Ia menekankan pentingnya peran Presiden dalam mengatasi berbagai permasalahan yang tengah dihadapi bangsa.
Harapan Pegiat Seni terhadap Kepemimpinan Presiden Prabowo
Bambang Barata Aji mengungkapkan bahwa warisan permasalahan yang dihadapi Indonesia saat ini cukup kompleks. Tidak hanya masalah ekonomi, tetapi juga ketidakpercayaan antar pemangku kepentingan, baik antar entitas politik maupun antar lembaga pemerintahan. Ia menekankan pentingnya membangun sistem yang menjamin kepercayaan semua pihak, dan Presiden Prabowo, menurutnya, memegang simbol penting dalam hal ini.
Ia berharap Presiden Prabowo dapat menjadi pengayom bagi semua pihak, terlepas dari latar belakang dukungan politik. "Pak Prabowo mendapatkan dukungan dari Pak Jokowi, tetapi beliau juga mendapat dukungan luar biasa dari Bu Mega," kata Bambang, mengenang dukungan politik yang pernah diterima Presiden Prabowo.
Bambang juga menyoroti kondisi ekonomi Indonesia yang sedang tidak baik-baik saja, dengan lapangan pekerjaan yang sulit didapatkan. Ia khawatir, jika pemimpin tidak memberikan pengayoman dan harapan yang tinggi, Indonesia akan sulit keluar dari krisis.
Situasi Aktual dan Respon Pemerintah
Bambang menilai situasi saat ini tidak semudah yang diungkapkan oleh Presiden Prabowo. Meskipun Presiden menyatakan bahwa semuanya baik-baik saja dan solid secara politik, Bambang berpendapat bahwa elite politik belum sepenuhnya memahami permasalahan kemasyarakatan.
Ia melihat aksi "Indonesia Gelap" yang dilakukan mahasiswa sebagai cerminan keresahan masyarakat terhadap kondisi bangsa. Ia juga mengkritik pernyataan pejabat negara yang menganggap Indonesia tidak gelap, dengan mengatakan bahwa pernyataan tersebut tidak mencerminkan realita yang dialami sebagian besar rakyat.
Penutupan dua pabrik besar di Cikarang dan Garut, menurut Bambang, menunjukkan betapa beratnya tantangan yang dihadapi dunia usaha. Ia berharap pemerintah lebih serius mendengarkan aspirasi rakyat, bukan hanya dari suara politikus atau legislator.
Bambang mengakhiri pernyataannya dengan menekankan keresahannya sebagai anak bangsa yang prihatin terhadap ketidakjelasan arah bangsa. Ia berharap pesan dari lereng Gunung Slamet ini dapat didengar dan dipertimbangkan oleh pemerintah dalam pengambilan kebijakan.
Sebagai penutup, penting bagi pemerintah untuk memperhatikan aspirasi rakyat dan mengambil langkah-langkah konkret untuk mengatasi permasalahan ekonomi dan politik yang sedang dihadapi bangsa Indonesia. Kepercayaan publik terhadap pemerintah sangat penting untuk menciptakan stabilitas dan kemajuan bangsa.