PEMA Kembangkan Proyek Panas Bumi Seulawah Agam: Menuju Aceh yang Lebih Hijau
PT Pembangunan Aceh (PEMA) berkolaborasi dengan Pertamina Geothermal Energi mengembangkan proyek panas bumi Seulawah Agam di Aceh Besar, ditargetkan beroperasi komersial tahun 2032 dengan kapasitas 55 MW, mendukung transisi energi bersih dan pembangunan.
![PEMA Kembangkan Proyek Panas Bumi Seulawah Agam: Menuju Aceh yang Lebih Hijau](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/11/000108.594-pema-kembangkan-proyek-panas-bumi-seulawah-agam-menuju-aceh-yang-lebih-hijau-1.jpg)
Banda Aceh, 10 Februari 2024 – Badan Usaha Milik Aceh (BUMA), PT Pembangunan Aceh (PEMA), terus menunjukkan komitmennya terhadap pembangunan berkelanjutan dengan mengembangkan proyek energi terbarukan. Salah satu proyek andalan mereka adalah pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Geothermal Seulawah Agam di Aceh Besar. Proyek ini menjadi bukti nyata langkah PEMA dalam mendukung transisi energi bersih di Aceh.
Proyek Seulawah Agam: Kolaborasi untuk Energi Berkelanjutan
Direktur Pengembangan Bisnis PEMA, Faisal Ilyas, menjelaskan bahwa proyek Geothermal Seulawah merupakan bagian dari inisiatif penting perusahaan dalam mendukung energi terbarukan. "Investasi dalam energi terbarukan seperti geothermal merupakan langkah penting untuk masa depan yang lebih hijau," ujar Ilyas dalam keterangan pers di Banda Aceh.
Proyek PLTP Geothermal Seulawah Agam, berlokasi di Lamteuba, Kecamatan Seulimeum, Aceh Besar, dirancang dengan skenario kondensasi 55 MW + 15 MW Binary. Kerja sama strategis dengan Pertamina Geothermal Energi (PGE) menjadi kunci keberhasilan proyek ini. PGE, yang memenangkan lelang Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Seulawah Agam pada 1 November 2013, membawa keahlian dan pengalamannya dalam pengembangan energi panas bumi.
Wilayah Kerja Panas Bumi Seulawah Agam dipilih karena memiliki potensi energi panas bumi yang signifikan, mencapai lebih dari 160 MW. Potensi ini menjadikan Seulawah Agam sebagai salah satu lokasi unggulan untuk pengembangan energi terbarukan di Aceh.
Target Operasional dan Keunggulan Geothermal
PLTP Seulawah Agam Unit I ditargetkan beroperasi secara komersial pada tahun 2032 dengan kapasitas terpasang 55 MW. Dari sisi ekonomi, proyek ini menjanjikan tingkat Internal Rate of Return (IRR) sebesar 9,17 persen, dan berpotensi mencapai 10,04 persen jika mendapatkan fasilitas tax holiday. Keberlanjutan menjadi poin penting, karena energi panas bumi berasal dari uap panas inti bumi yang tersedia sepanjang waktu, dan uap air yang digunakan dapat disuntikkan kembali ke dalam bumi.
"Energi panas bumi memiliki keandalan tersedia 24 jam, tujuh hari, 365 hari setahun, dan tidak terpengaruh kondisi cuaca dan iklim," tambah Ilyas. Keunggulan ini menjadikan energi panas bumi sebagai pilihan yang sangat ideal untuk ketahanan energi.
Potensi Panas Bumi Indonesia dan Komitmen PEMA
Indonesia memiliki potensi panas bumi yang sangat besar, sekitar 40 persen dari potensi dunia, diperkirakan mencapai 29.000 megawatt (MW) dari total 70.000 MW global. Potensi ini tersebar di sepanjang 'cincin api pasifik', daerah dengan aktivitas geotermal tinggi. PEMA berkomitmen untuk terus berinovasi di sektor energi terbarukan dan mengoptimalkan teknologi ramah lingkungan. Penerapan prinsip Good Corporate Governance (GCG) juga menjadi prioritas untuk memastikan pengelolaan proyek yang efisien dan bertanggung jawab.
Dengan pengembangan proyek Geothermal Seulawah Agam, PEMA tidak hanya berkontribusi pada transisi energi bersih di Aceh, tetapi juga menciptakan nilai jangka panjang bagi masyarakat dan pemangku kepentingan. Proyek ini menjadi contoh nyata bagaimana investasi di energi terbarukan dapat mendorong pembangunan berkelanjutan dan kemajuan ekonomi di Aceh.
Kesimpulan
Pengembangan proyek panas bumi Seulawah Agam oleh PEMA merupakan langkah strategis dalam mendukung transisi energi bersih di Aceh. Kolaborasi dengan PGE dan komitmen terhadap keberlanjutan menjadi kunci keberhasilan proyek ini. Dengan potensi energi panas bumi yang besar dan dukungan pemerintah, proyek ini diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pembangunan ekonomi dan lingkungan di Aceh.