PEMA Aceh Siapkan 100 Ribu Hektare Lahan untuk Pengembangan Karbon Berbasis Alam
PT Pembangunan Aceh (PEMA) menyiapkan lebih dari 100 ribu hektare lahan di Aceh untuk pengembangan karbon berbasis alam (NBS) guna mendukung ekonomi hijau dan melibatkan masyarakat lokal.

Banda Aceh, 12 Mei 2024 - PT Pembangunan Aceh (PEMA), sebuah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), mengumumkan rencana ambisius untuk mengembangkan lebih dari 100 ribu hektare lahan di Aceh sebagai kawasan prioritas pengembangan karbon berbasis Nature-Based Solutions (NBS). Inisiatif ini bertujuan untuk memanfaatkan potensi karbon dari hutan dan lahan kritis di beberapa kabupaten, sekaligus mendorong ekonomi hijau dan pemberdayaan masyarakat.
Direktur Komersial PT PEMA, Faisal Ilyas, menjelaskan bahwa lahan seluas lebih dari 100 ribu hektare tersebut tersebar di Kabupaten Bireuen, Bener Meriah, Aceh Tengah, dan Aceh Timur. Pengembangan karbon berbasis NBS ini merupakan bagian dari upaya Aceh untuk beralih ke ekonomi hijau, yang mengutamakan restorasi lingkungan dan pemberdayaan masyarakat adat serta desa melalui monetisasi jasa ekosistem.
"Kita targetkan lebih dari 100 ribu hektare lahan yang tersebar di wilayah Kabupaten Bireuen, Bener Meriah, Aceh Tengah, dan Aceh Timur untuk pengembangan karbon berbasis NBS," ujar Faisal Ilyas dalam keterangan pers di Banda Aceh. Langkah ini dinilai sebagai upaya inovatif dalam memanfaatkan potensi alam Aceh untuk mengatasi perubahan iklim dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pengembangan Karbon dengan Teknologi Canggih
PT PEMA berkolaborasi dengan Sagint, perusahaan teknologi dan infrastruktur aset digital lingkungan dari Arab Saudi dan Amerika Serikat, untuk mendukung proyek ini. Sagint akan menyediakan teknologi untuk validasi, registrasi, dan pemantauan stok karbon secara real-time. Teknologi ini menjamin transparansi dan akuntabilitas dalam penghitungan emisi yang dihindari.
Penggunaan teknologi mutakhir ini menjadikan Aceh sebagai salah satu wilayah terdepan di Indonesia dalam penerapan AI, data geospasial, dan uji biomassa di lapangan untuk memenuhi standar Measurement, Reporting, and Verification (MRV) yang ketat. Hal ini memastikan akurasi data dan transparansi dalam proses pengembangan karbon.
Faisal Ilyas menekankan bahwa proyek ini tidak hanya berfokus pada ekonomi karbon, tetapi juga pada transformasi tata kelola hutan berbasis masyarakat. "Kami percaya, potensi karbon Aceh harus dikelola oleh orang Aceh sendiri dengan standar global. Kami ingin menjadikan hutan sebagai aset strategis yang menghasilkan nilai ekonomi tanpa menebang satu pohon pun," tegasnya.
Keterlibatan Masyarakat dan Pendekatan Transdisipliner
PT PEMA saat ini tengah menyelesaikan pemetaan legal dan sosial atas lahan-lahan yang berpotensial, termasuk hutan adat, hutan desa, hutan lindung, dan lahan gambut. Pendekatan yang digunakan bersifat transdisipliner, melibatkan akademisi, LSM lingkungan, dan perwakilan komunitas lokal dalam setiap tahapan perencanaan.
Keterlibatan masyarakat lokal ini sangat penting untuk memastikan keberlanjutan proyek dan keadilan dalam pembagian manfaat. Dengan melibatkan masyarakat sejak awal, diharapkan proyek ini dapat memberikan dampak positif yang berkelanjutan bagi lingkungan dan masyarakat Aceh.
Proyek ini diproyeksikan menghasilkan lebih dari 1 juta ton CO₂e per tahun, dengan asumsi serapan karbon rata-rata 10 ton CO₂ per hektare per tahun. Dengan nilai karbon saat ini berkisar antara 10-20 dolar AS per ton, proyek ini berpotensi menciptakan nilai ekonomi antara 100 juta hingga 200 juta dolar AS per tahun.
Masa Depan Ekonomi Hijau Aceh
Proyek karbon Aceh oleh PEMA menandai babak baru dalam pembangunan ekonomi daerah yang berkelanjutan. Model ini menggabungkan pemanfaatan sumber daya alam dengan teknologi modern dan partisipasi aktif masyarakat. Pemerintah Aceh menyambut baik langkah ini sebagai bentuk konkret dalam menjawab tantangan krisis iklim dan transisi menuju ekonomi hijau.
Inisiatif ini menunjukkan komitmen Aceh dalam mengembangkan ekonomi hijau yang berkelanjutan, inklusif, dan berdampak positif bagi lingkungan dan masyarakat. Dengan mengoptimalkan potensi alam secara bertanggung jawab, Aceh dapat berkontribusi dalam upaya global melawan perubahan iklim dan menciptakan masa depan yang lebih baik.