Pemkab Simalungun Dukung Desa Wisata Sait Buttu: Agroedukasi di Sumatera Utara
Pemerintah Kabupaten Simalungun gencar mendukung Desa Wisata Sait Buttu yang menawarkan wisata agroedukasi unik dengan penangkaran Madu Takoma, Cafe Kopi Antara, dan homestay yang nyaman, serta menargetkan peningkatan kunjungan wisatawan.

Desa Wisata Sait Buttu, terletak di Kecamatan Pematang Sidamanik, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, tengah menjadi sorotan. Kabupaten Simalungun secara aktif mendorong kemajuan desa wisata ini, yang menawarkan pengalaman unik berbasis agroedukasi. Dengan potensi alam yang luar biasa dan inisiatif masyarakat setempat, Sait Buttu bertransformasi menjadi destinasi wisata yang menjanjikan.
Potensi Wisata Desa Sait Buttu
Sait Buttu, atau yang disingkat 'Dewi Satu', menawarkan lebih dari sekadar pemandangan alam yang indah. Keindahan hamparan kebun teh PTPN IV, perbukitan hijau, dan sumber mata air alami menjadi daya tarik utama. Namun, yang membedakan Sait Buttu adalah integrasi unsur edukasi dan budaya lokal yang kental.
Salah satu produk unggulannya adalah penangkaran Madu Takoma. Pengunjung dapat belajar tentang proses pembuatan madu dan merasakan cita rasa madu lokal yang berkualitas. Selain itu, Cafe Kopi Antara menyediakan tempat bersantai sambil menikmati kopi dan makanan khas daerah, lengkap dengan life music di akhir pekan. Suasana perkampungan yang ramah dan homestay dengan konsep kekeluargaan menambah nilai plus bagi para wisatawan.
Inovasi juga terlihat dalam pengelolaan sampah. Masyarakat setempat memanfaatkan sampah melalui program bank sampah, yang hasilnya diolah menjadi berbagai macam aksesoris lokal. Hal ini menunjukkan komitmen Desa Wisata Sait Buttu terhadap keberlanjutan lingkungan.
Dukungan Pemerintah dan Target Kemajuan
Pemerintah Kabupaten Simalungun, melalui Dinas Kebudayaan, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif, memberikan dukungan penuh terhadap pengembangan Desa Wisata Sait Buttu. Muhammad Fikri Fanani Damanik, Kepala Dinas tersebut, menyatakan optimismenya terhadap perkembangan desa wisata ini. Pemerintah telah memfasilitasi pelatihan pengelolaan homestay dan pemandu wisata untuk meningkatkan kualitas layanan.
Fikri juga menekankan pentingnya menjaga kebersamaan, konsistensi promosi melalui media sosial, dan stabilitas harga untuk keberlanjutan usaha. Ia mengingatkan pentingnya menghindari praktik penetapan harga yang tidak terkendali, terutama saat terjadi peningkatan jumlah kunjungan wisatawan.
Slamet Suriadi, Ketua Pengelola Desa Wisata Sait Buttu, mengungkapkan tekadnya untuk menjadikan desa wisata ini sebagai yang terbaik di Kabupaten Simalungun, bahkan Sumatera Utara. Bersama pemuda dan kelompok sadar wisata, mereka berupaya maksimal untuk mengangkat potensi desa. Target kunjungan pun terus ditingkatkan, dari 500-1.000 pengunjung per bulan menjadi 1.000-2.000 pengunjung per bulan.
Agroedukasi dan Pengakuan Internasional
Pada tahun 2021, Desa Wisata Sait Buttu ditetapkan sebagai satu-satunya desa wisata berkonsep agroekoedukasi di Kabupaten Simalungun. Hal ini menunjukkan pengakuan atas usaha dan inovasi yang telah dilakukan. Konsep agroekoedukasi ini memungkinkan pengunjung untuk belajar langsung tentang proses pertanian, peternakan, dan pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan.
Keberhasilan Desa Wisata Sait Buttu juga menarik perhatian wisatawan mancanegara. Wisatawan dari Malaysia dan Jepang telah mengunjungi desa ini, menunjukkan potensi Sait Buttu untuk menjadi destinasi wisata internasional. Dukungan dari Pemerintah Kabupaten Simalungun dan Bank Indonesia Pematang Siantar semakin memperkuat langkah Desa Wisata Sait Buttu menuju kesuksesan.
Kesimpulan
Desa Wisata Sait Buttu merupakan contoh nyata bagaimana potensi alam dan budaya lokal dapat dipadukan untuk menciptakan destinasi wisata yang unik dan berkelanjutan. Dengan dukungan pemerintah dan semangat masyarakat setempat, Sait Buttu memiliki potensi besar untuk berkembang menjadi destinasi wisata unggulan di Sumatera Utara, bahkan Indonesia. Komitmen terhadap agroedukasi dan keberlanjutan lingkungan menjadi kunci keberhasilannya.