Pemkot Bogor Siapkan Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi 2025-2029
Pemerintah Kota Bogor menggelar konsultasi publik untuk menyusun Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD-PG) tahun 2025-2029 guna memperkuat ketahanan pangan dan gizi, mengatasi berbagai tantangan seperti tingginya ketergantungan pasokan pangan luar daer

Kota Bogor, Jawa Barat – Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor menggelar konsultasi publik untuk menyusun Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD-PG) periode 2025-2029. Langkah ini merupakan upaya strategis dalam memperkuat sistem ketahanan pangan dan gizi yang berkelanjutan di Kota Bogor. Konsultasi publik ini menjadi bagian penting dalam proses penyusunan RAD-PG yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan.
Tujuan Penyusunan RAD-PG
Kepala Badan Perencanaan, Pembangunan, Riset dan Inovasi Daerah (Bapperida) Kota Bogor, Rudy Mashudi, menjelaskan bahwa penyusunan RAD-PG merupakan kewajiban pemerintah daerah setiap lima tahun. Dokumen ini menjadi acuan penting dalam memastikan ketersediaan, keterjangkauan, dan pemanfaatan pangan yang layak, bergizi, dan aman bagi seluruh warga Kota Bogor. RAD-PG juga mencerminkan sinergi lintas sektor untuk penguatan kelembagaan yang terintegrasi dalam pengelolaan pangan dan gizi.
Rudy menambahkan bahwa penyusunan RAD-PG saat ini sangat strategis karena bertepatan dengan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bogor 2025-2029. Hal ini memungkinkan integrasi yang lebih baik antara program pangan dan gizi dengan rencana pembangunan daerah secara keseluruhan. Lebih istimewa lagi, seluruh pembiayaan penyusunan RAD-PG ditanggung oleh GAIN Indonesia, sebuah lembaga yang fokus pada peningkatan gizi.
Tantangan Ketahanan Pangan dan Gizi di Kota Bogor
Rudy Mashudi juga menjabarkan sejumlah tantangan yang dihadapi Kota Bogor dalam hal ketahanan pangan dan gizi. Beberapa tantangan tersebut antara lain:
- Tingginya ketergantungan pasokan pangan dari daerah lain.
- Belum terkelolanya pedagang kaki lima (PKL) makanan dan minuman dengan baik.
- Cadangan pangan pemerintah kota yang belum memenuhi standar ideal.
- Harga pangan bahan pokok yang fluktuatif.
- Konsumsi penduduk yang belum beragam dan bergizi seimbang.
- Masih ditemukannya kasus ketidakamanan pangan.
- Peningkatan persentase penduduk miskin dan prevalensi ketidakcukupan pangan (PoU) dalam lima tahun terakhir.
- Masih terdapat permukiman kumuh di berbagai wilayah.
- Belum terkelolanya food loss and waste (kehilangan dan pemborosan pangan).
Dengan adanya tantangan tersebut, RAD-PG diharapkan dapat memberikan solusi dan langkah-langkah strategis untuk mengatasinya.
Solusi dan Kolaborasi
Dalam penyusunan RAD-PG, Pemkot Bogor melakukan pendekatan lintas sektor untuk mengatasi permasalahan pangan dan gizi. Hal ini melibatkan berbagai pihak, baik dari pemerintah maupun non-pemerintah, untuk merumuskan langkah-langkah kolaboratif. Country Director GAIN Indonesia, Agnes A. Mallipu, mengapresiasi kolaborasi yang terjalin dan berharap dukungan GAIN Indonesia dapat mempercepat implementasi langkah-langkah strategis yang telah dirumuskan dalam RAD-PG.
Penyusunan RAD-PG Kota Bogor ini diharapkan dapat menghasilkan rencana aksi yang komprehensif dan efektif dalam meningkatkan ketahanan pangan dan gizi di Kota Bogor. Dengan adanya rencana aksi ini, diharapkan permasalahan-permasalahan yang telah diidentifikasi dapat diatasi secara terstruktur dan terintegrasi, sehingga tercipta masyarakat Kota Bogor yang sehat dan sejahtera.
Kesimpulan
Konsultasi publik yang dilakukan Pemkot Bogor merupakan langkah penting dalam menyusun RAD-PG yang responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Dengan melibatkan berbagai pihak dan didukung oleh GAIN Indonesia, diharapkan RAD-PG dapat menjadi instrumen efektif dalam mewujudkan ketahanan pangan dan gizi yang berkelanjutan di Kota Bogor.