Penjualan Ritel di Bali Diprediksi Booming Saat Libur Panjang Lebaran
Bank Indonesia memproyeksikan peningkatan penjualan ritel di Bali selama libur panjang Lebaran, Nyepi, dan Galungan-Kuningan, didorong oleh optimisme pelaku usaha dan peningkatan kunjungan wisatawan.

Bank Indonesia (BI) Perwakilan Bali memproyeksikan penjualan ritel akan tetap tinggi selama libur panjang yang meliputi Hari Raya Nyepi, Idul Fitri 1446 H, dan Hari Raya Galungan serta Kuningan. Hal ini disampaikan oleh Kepala Perwakilan BI Bali, Erwin Soeriadimadja, di Denpasar pada Senin lalu. Proyeksi ini didasarkan pada Indeks Ekspektasi Penjualan (IEP) yang menunjukkan keyakinan pelaku usaha terhadap pertumbuhan penjualan eceran dalam jangka pendek dan menengah.
Survei yang dilakukan BI terhadap pelaku usaha menunjukkan optimisme yang tinggi terhadap penjualan dalam tiga dan enam bulan mendatang. Survei Penjualan Eceran (SPE) Bali, yang dilakukan setiap bulan terhadap 100 pengecer di Denpasar dan sekitarnya, bertujuan untuk memantau pertumbuhan ekonomi dari sisi konsumsi. Hasil survei menunjukkan IEP pada April 2025 tercatat sebesar 155 dan Juli 2025 sebesar 191, angka yang berada di atas 100 dan mengindikasikan optimisme yang kuat.
Tingginya angka IEP menunjukkan momentum pertumbuhan ekonomi Bali yang berkelanjutan. Pertumbuhan ini terlihat pada bulan Februari lalu, di mana berbagai subsektor penjualan eceran mengalami peningkatan, termasuk barang budaya dan rekreasi, peralatan informasi dan komunikasi, serta bahan bakar bermotor. Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap peningkatan ini antara lain program diskon dari distributor yang memanfaatkan momentum libur panjang dan peningkatan jumlah kunjungan wisatawan.
Faktor Pendorong Pertumbuhan Penjualan Ritel
Peningkatan kunjungan wisatawan menjadi salah satu faktor utama yang mendorong pertumbuhan penjualan ritel di Bali. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Bali menunjukkan bahwa kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) sepanjang tahun 2024 mencapai 6,33 juta orang, meningkat 20,1 persen dibandingkan tahun 2023 (5,27 juta) dan bahkan melampaui angka kunjungan tahun 2019 sebelum pandemi COVID-19 (6,2 juta).
Australia menjadi negara asal wisman terbesar pada tahun 2024 dengan 1,5 juta kunjungan, diikuti oleh India (550.379 kunjungan) dan Korea Selatan (294.024 kunjungan). Peningkatan jumlah wisatawan ini secara langsung berdampak positif pada penjualan berbagai produk, terutama di sektor pariwisata dan barang-barang terkait.
Potongan harga atau diskon yang diberikan oleh distributor juga berperan penting dalam meningkatkan penjualan ritel. Strategi pemasaran ini terbukti efektif dalam menarik minat konsumen dan mendorong peningkatan transaksi penjualan, terutama selama periode libur panjang ketika daya beli masyarakat cenderung meningkat.
Implikasi bagi Ekonomi Bali
Proyeksi penjualan ritel yang positif ini memiliki implikasi yang signifikan bagi perekonomian Bali. Peningkatan penjualan ritel menunjukkan peningkatan aktivitas ekonomi dan konsumsi masyarakat, yang pada akhirnya berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Hal ini juga menunjukkan daya tahan ekonomi Bali terhadap berbagai tantangan ekonomi global.
Data IEP yang optimistis menunjukkan kepercayaan pelaku usaha terhadap prospek ekonomi Bali di masa mendatang. Kepercayaan ini penting untuk mendorong investasi dan menciptakan lapangan kerja baru, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Bali.
Dengan terus meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan dan strategi pemasaran yang tepat, sektor ritel di Bali diprediksi akan terus tumbuh dan berkontribusi signifikan terhadap perekonomian daerah.
Secara keseluruhan, proyeksi penjualan ritel yang positif ini memberikan gambaran yang optimistis tentang perekonomian Bali. Kinerja sektor ritel yang kuat menunjukkan daya tahan dan potensi pertumbuhan ekonomi Bali di masa mendatang.