Petani Kopi Cianjur Bertambah 6.000 Orang, Dorong Produksi Tembus Pasar Internasional
Jumlah petani kopi di Cianjur, Jawa Barat, meningkat pesat hingga 6.000 orang, mendorong produksi kopi arabika dan robusta yang berkualitas tinggi dan menembus pasar internasional.

Apa, Siapa, Di mana, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana? Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan, dan Ketahanan Pangan (DTPHPKP) Kabupaten Cianjur mencatat peningkatan signifikan jumlah petani kopi, sekitar 6.000 orang, di Cianjur, Jawa Barat. Peningkatan ini terjadi hingga Maret 2023, didorong oleh potensi hasil panen kopi arabika dan robusta yang tinggi di wilayah selatan Cianjur. Hal ini menunjukkan potensi ekonomi yang menjanjikan bagi para petani dan daerah tersebut. Kenaikan jumlah petani ini memberikan dampak positif terhadap perekonomian Cianjur dan meningkatkan ekspor kopi ke pasar internasional.
Peningkatan jumlah petani kopi ini diiringi dengan bertambahnya kelompok tani kopi menjadi 120 kelompok, dengan masing-masing kelompok beranggotakan 30-50 orang. Mereka menggarap lahan seluas kurang lebih 3.000 hektare, tersebar di wilayah selatan Cianjur, meliputi daerah Campaka, Sukanagara, Takokak, Pasirkuda, Pagelaran, dan Cikadu. Jenis kopi yang dibudidayakan adalah arabika dan robusta, yang dikenal dengan kualitasnya yang tinggi dan diminati pasar domestik maupun internasional.
Keberhasilan budidaya kopi di Cianjur tak lepas dari kondisi geografis yang mendukung. Ketinggian lahan di wilayah selatan Cianjur, berkisar antara 1.000-2.000 mdpl, sangat ideal untuk pertumbuhan kopi arabika dan robusta. Bahkan, di wilayah utara seperti Pacet, Cipanas, dan Sukaresmi pun terdapat ladang kopi, meski mungkin dengan jenis dan kualitas yang berbeda.
Produksi Kopi Cianjur yang Menggoda
Kabupaten Cianjur kini masuk lima besar penghasil kopi di Jawa Barat, setelah Garut, Sumedang, Bandung, dan Kuningan. Hasil panen kopi arabika dan robusta di Cianjur terbilang tinggi, mencapai satu ton per hektare. Lebih rinci, kopi arabika menghasilkan 400-500 kilogram per hektare, sementara robusta mencapai 400 kilogram per hektare bahkan lebih. Tingginya produktivitas ini menjadi daya tarik bagi para pembeli, baik dari dalam maupun luar negeri.
Kepala Bidang Produksi Tanaman Perkebunan DTPHPKP Kabupaten Cianjur, Bastari, menjelaskan bahwa sebagian besar petani telah mampu mengolah kopi hingga siap dikemas. Hal ini memudahkan akses pasar bagi para petani. Banyak pembeli yang langsung datang ke petani untuk melakukan transaksi. Keikutsertaan dalam pameran tingkat nasional dan internasional juga membuka peluang pasar yang lebih luas.
Kopi Cianjur dalam berbagai bentuk kemasan, mulai dari biji, serbuk, hingga saset, sangat diminati pasar internasional, terutama Timur Tengah. Transaksi dilakukan baik secara daring maupun langsung di Cianjur. Hal ini menunjukkan bahwa kopi Cianjur telah mampu bersaing di pasar global.
Dukungan dan Harapan untuk Masa Depan
Pemerintah Kabupaten Cianjur melalui DTPHPKP terus memberikan pendampingan dan pelatihan kepada para petani kopi. Kerja sama dengan dinas terkait lainnya juga dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi kopi. Harapannya, kopi Cianjur dapat kembali berjaya dan menjadi pemasok kopi utama ke berbagai negara di dunia. "Berbagai upaya pendampingan dan pelatihan terus dilakukan bekerja sama dengan dinas terkait lainnya, harapan kami kopi Cianjur dapat kembali berjaya sebagai pemasok kopi untuk berbagai negara di dunia," kata Bastari.
Dengan peningkatan jumlah petani dan kualitas kopi yang terus ditingkatkan, masa depan industri kopi Cianjur tampak cerah. Dukungan pemerintah dan inovasi dalam pengolahan dan pemasaran akan menjadi kunci keberhasilan dalam menembus pasar internasional dan meningkatkan kesejahteraan para petani.
Keberhasilan ini tidak hanya berdampak pada peningkatan ekonomi petani, tetapi juga mengangkat nama Cianjur sebagai daerah penghasil kopi berkualitas di kancah internasional. Hal ini menunjukkan potensi besar sektor pertanian dalam mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.