Polda Sumut Pastikan Transparansi Kasus Penipuan Rp1,2 Miliar di UMTS
Polda Sumut berkomitmen pada transparansi dalam mengusut kasus penipuan Rp1,2 miliar yang melibatkan ratusan mahasiswa UMTS, dengan dua tersangka telah ditetapkan.

Medan, 23 Februari 2025 - Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Polda Sumut) menegaskan komitmennya terhadap transparansi dalam penanganan kasus dugaan penipuan senilai Rp1,2 miliar yang menimpa ratusan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan (UMTS). Kasus ini melibatkan seorang pria berinisial NML yang mengaku sebagai pegawai bank dan menawarkan jasa pembayaran uang kuliah, serta seorang mahasiswa berinisial MA yang memperkenalkan NML kepada teman-temannya. Modus operandi yang digunakan adalah dengan memberikan slip setoran palsu.
Plt Kepala Bidang Humas Polda Sumut, Kombes Pol Yudhi Surya Markus Pinem, menyatakan, "Kami memastikan proses hukum berjalan transparan agar para korban mendapatkan keadilan." Polda Sumut mengapresiasi langkah cepat Polres Padangsidimpuan dalam mengusut kasus ini dan telah menetapkan NML dan MA sebagai tersangka. Proses investigasi terus berlanjut dengan pengumpulan bukti tambahan dari para korban dan saksi.
Langkah cepat Polres Padangsidimpuan dalam menangani kasus ini juga diapresiasi oleh Rektor UMTS, Muhammad Darwis Tanjung. Beliau menghimbau para mahasiswa korban untuk tetap tenang dan kooperatif dengan menyerahkan bukti-bukti transaksi yang dimiliki guna mendukung proses penyelidikan. Kepolisian berkomitmen untuk menindaklanjuti kasus ini secara profesional dan memberikan kepastian hukum bagi semua pihak yang dirugikan.
Tersangka dan Bukti yang Dikumpulkan
Saat ini, penyidik Polres Padangsidimpuan telah menetapkan dua tersangka, yaitu NML dan MA. NML, yang mengaku sebagai pegawai bank, merupakan aktor utama dalam penipuan ini. Sedangkan MA, seorang mahasiswa UMTS, berperan memperkenalkan NML kepada teman-temannya. Polisi terus mengumpulkan bukti-bukti tambahan, termasuk identitas korban, bukti transfer, slip setoran, bukti percakapan di media sosial, dan dokumen lain yang relevan.
Kepala Polres Padangsidimpuan, AKBP Wira Prayatna, menjelaskan bahwa pihaknya akan menelusuri seluruh aliran dana dan mengungkap jaringan yang terlibat. "Kami akan terus menindaklanjuti dan menelusuri kasus penipuan serta penggelapan yang telah terjadi di UMTS," tegasnya. Proses penelusuran aliran dana ini sangat penting untuk memastikan semua pihak yang terlibat dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.
Bukti-bukti yang dikumpulkan diharapkan dapat memperkuat proses hukum dan memastikan keadilan bagi para korban. Kerjasama antara kepolisian, universitas, dan para korban sangat krusial dalam mengungkap seluruh fakta dalam kasus ini. Transparansi dalam proses hukum menjadi kunci untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.
Kronologi dan Kerugian
Kasus ini bermula ketika NML, yang mengaku sebagai pegawai bank, menawarkan jasa pembayaran uang kuliah kepada mahasiswa UMTS melalui perantara MA. Mahasiswa yang tergiur dengan kemudahan proses pembayaran tersebut kemudian menyerahkan uang kuliah mereka kepada NML. Namun, slip setoran yang diberikan NML ternyata palsu.
Kejanggalan terungkap ketika pihak keuangan UMTS menemukan perbedaan antara slip setoran yang diberikan mahasiswa dan data transaksi riil dari bank. Audit internal kemudian dilakukan, dan hasilnya menunjukkan total kerugian mencapai Rp1,2 miliar untuk anggaran tahun 2023-2024 dan Rp86,5 juta untuk anggaran 2024-2025. Laporan resmi telah diajukan ke Polres Padangsidimpuan pada 19 Februari 2025.
Jumlah mahasiswa yang menjadi korban mencapai 273 orang. Besarnya kerugian dan jumlah korban menunjukkan betapa seriusnya kasus ini dan pentingnya upaya penegakan hukum yang transparan dan akuntabel. Polda Sumut berkomitmen untuk mengusut tuntas kasus ini hingga ke akarnya.
Polda Sumut berkomitmen untuk menyelesaikan kasus ini dengan transparan dan profesional, memastikan keadilan bagi para korban dan memberikan efek jera bagi pelaku. Kerjasama yang baik antara pihak kepolisian, universitas, dan para korban sangat penting dalam proses pengungkapan kasus ini.