Polres Batu Ungkap Kasus Pemerasan Ratusan Juta di Ponpes
Polres Batu mengungkap kasus pemerasan Rp340 juta yang dilakukan dua tersangka, seorang mengaku wartawan dan lainnya oknum LSM, terhadap sebuah pondok pesantren di Kota Batu.

Kepolisian Resor (Polres) Batu, Jawa Timur berhasil mengungkap kasus pemerasan terhadap sebuah pondok pesantren. Dua orang tersangka, YLA (40) dan FDY (51), berhasil ditangkap setelah memeras pondok pesantren tersebut hingga ratusan juta rupiah. Kasus ini terungkap setelah penyelidikan intensif oleh pihak berwajib.
Modus Operandi Para Tersangka
Modus yang dilakukan kedua tersangka cukup licik. YLA, yang mengaku sebagai wartawan, dan FDY, oknum dari lembaga swadaya masyarakat (LSM), memanfaatkan dugaan kasus pelecehan seksual di pondok pesantren tersebut. Mereka membangun narasi yang menakutkan pihak pondok pesantren agar mau memberikan sejumlah uang.
Menurut Kepala Polres Batu, AKBP Andi Yudha Pranata, YLA dan FDY meminta total uang sebesar Rp340 juta. Rinciannya, Rp120 juta untuk keluarga korban, Rp150 juta untuk penyelesaian kasus di Polres Batu, dan Rp10 juta untuk pemulihan nama baik melalui media. Penangkapan dilakukan pada 12 Februari 2024 di sebuah restoran di Desa Beji, Kecamatan Junrejo, Kota Batu, dengan barang bukti uang tunai Rp150 juta.
Kronologi Pemerasan
Peristiwa pemerasan ini bukan yang pertama kali dilakukan oleh kedua tersangka. Pada Januari 2025, mereka telah berhasil mendapatkan Rp40 juta dari pondok pesantren yang sama. FDY, yang menginisiasi pertemuan tersebut, bertemu dengan pihak pondok pesantren tanpa sepengetahuan anggota P2TP2A lainnya. Dalam pertemuan di sebuah kafe di Kota Batu, YLA juga turut hadir.
Dalam pertemuan tersebut, YLA, dengan mengaku sebagai wartawan, meminta uang Rp40 juta untuk diberikan kepada sejumlah media agar tidak memberitakan dugaan kasus pelecehan seksual di pondok pesantren tersebut. Dari uang Rp40 juta tersebut, YLA mendapatkan bagian Rp22 juta, FDY mendapat Rp3 juta, dan Rp15 juta digunakan untuk membayar pengacara.
Ancaman Hukuman
Atas perbuatannya, kedua tersangka terancam hukuman penjara maksimal sembilan tahun berdasarkan Pasal 368 KUHP. Kasus ini menjadi pengingat penting bagi masyarakat untuk waspada terhadap modus pemerasan yang dilakukan dengan memanfaatkan situasi dan kondisi tertentu. Pihak berwajib juga diharapkan terus meningkatkan pengawasan dan penegakan hukum untuk mencegah kejadian serupa terulang di masa mendatang.
Kesimpulan
Kasus pemerasan di pondok pesantren Kota Batu ini menjadi bukti nyata kejahatan yang memanfaatkan situasi. Keberhasilan Polres Batu mengungkap kasus ini dan menangkap para tersangka patut diapresiasi. Semoga kasus ini dapat menjadi pembelajaran bagi semua pihak dan penegakan hukum yang tegas dapat mencegah kejadian serupa.