Polresta Mataram Naikkan Status Kasus Pelecehan Seksual SDIT ke Penyidikan
Polresta Mataram meningkatkan status penanganan kasus dugaan pelecehan seksual terhadap murid SDIT di Mataram ke tahap penyidikan, menunggu keterangan ahli psikologi untuk penetapan tersangka.

Kepolisian Resor Kota (Polresta) Mataram, Nusa Tenggara Barat, resmi menaikkan status penanganan kasus dugaan pelecehan seksual di sebuah Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Kota Mataram ke tahap penyidikan. Perkembangan ini diumumkan Kamis, 30 Januari 2024.
Meskipun kasus telah dinaikkan ke penyidikan, Kepala Satreskrim Polresta Mataram, AKP Regi Halili, menegaskan bahwa belum ada penetapan tersangka. Penyidik masih memerlukan kelengkapan alat bukti, khususnya keterangan dari ahli psikologi untuk memperkuat investigasi.
AKP Regi Halili menjelaskan, "Jadi, baru naik penyidikan saja, belum ada penetapan tersangka. Kalau itu (ahli psikologi) sudah, baru kami gelar untuk penentuan tersangka."
Proses penyidikan melibatkan keterangan lima murid SDIT yang menjadi korban. Penyidik juga telah memeriksa terlapor, seorang guru di SDIT tersebut yang diduga melakukan pelecehan seksual saat mengajar. Pemeriksaan terlapor dan para korban menjadi bagian penting dalam pengumpulan bukti.
Menurut keterangan polisi, terduga pelaku diduga melakukan tindakan cabul dengan menyentuh bagian sensitif korban, namun belum sampai pada tindakan persetubuhan. Tindakan ini, meskipun tidak termasuk pelecehan seksual yang paling parah, tetap merupakan pelanggaran serius dan membutuhkan penindakan hukum.
Kasus ini mendapat perhatian serius dari Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kota Mataram. LPA mengapresiasi tindakan tegas SDIT yang langsung memberhentikan terlapor sebagai tenaga pengajar. Langkah ini menunjukkan komitmen sekolah dalam melindungi anak-anak dari kekerasan seksual.
Kasus bermula dari laporan orang tua salah satu korban ke Polresta Mataram. Saat ini, Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polresta Mataram yang menangani kasus tersebut. Proses hukum akan terus berjalan untuk mengungkap kebenaran dan memastikan keadilan bagi korban.