Polsek Cinangka Tolak Laporan Penembakan, Sebut Pistol Mainan
Anak korban penembakan di Tol Tangerang-Merak melaporkan penolakan Polsek Cinangka atas laporan mereka, dengan polisi menganggap pistol yang digunakan pelaku sebagai pistol mainan.

Tragedi Penembakan di Tol Tangerang-Merak: Laporan Ditolak, Pistol Disebut Mainan
Sebuah kasus penembakan yang terjadi di Kilometer 45 Tol Tangerang-Merak pada 2 Januari 2024, menyisakan polemik baru. Agam Muhammad (26), anak dari korban sekaligus pemilik rental mobil, Ilyas Abdul Rahman, mengungkapkan bahwa Polsek Cinangka menolak laporan keluarganya dan menganggap senjata api yang digunakan pelaku hanya pistol mainan. Pernyataan ini disampaikan Agam saat bersaksi dalam sidang di Pengadilan Militer II-08 Jakarta, Cakung, Selasa (18/2).
Kronologi Kejadian dan Penolakan Laporan
Agam menceritakan kronologi kejadian yang bermula dari penodongan senjata api oleh tiga oknum anggota TNI AL. Ketakutan akan keselamatan, Agam dan ayahnya memilih untuk memantau mobil pelaku melalui GPS, menjaga jarak aman 3-5 km. Mereka khawatir membuntuti mobil tersebut ke gang-gang kecil di sekitar Pantai Carita akan membahayakan mereka.
Setelah berdiskusi, Agam dan ayahnya memutuskan untuk melapor ke Polsek Cinangka setelah GPS menunjukkan mobil pelaku berhenti sekitar 4 kilometer dari kantor polisi. Agam menjelaskan kepada petugas piket bahwa mereka telah ditodong pistol dan hanya memiliki satu perangkat GPS yang masih aktif. Namun, respon yang diterima justru mengejutkan.
"Bahkan saat di Polsek (Cinangka), penjaga piket pada saat itu bilang seperti ini, 'ciri-ciri pistolnya seperti apa?' Yang saya lihat berwarna hitam. (Dijawab) 'wah paling itu pistol mainan' kata anggota Kepolisian dari Polsek tersebut. Setelah itu kami tidak mendapat pendampingan," ungkap Agam.
Tanggapan Pihak Kepolisian dan Perkembangan Sidang
Pernyataan polisi yang menganggap pistol tersebut sebagai mainan menimbulkan pertanyaan besar tentang profesionalitas penanganan laporan. Keengganan memberikan pendampingan kepada keluarga korban yang telah mengalami penodongan senjata api patut dipertanyakan. Kejadian ini semakin mempertegas pentingnya peningkatan kualitas respon dan penanganan laporan di kepolisian.
Sidang lanjutan kasus ini dipimpin oleh Hakim Ketua Letnan Kolonel Chk Arif Rachman, dengan terdakwa tiga oknum anggota TNI AL: Kelasi Kepala (KLK) Bambang Apri Atmojo, Sersan Satu Akbar Adli, dan Sersan Satu Rafsin Hermawan. Dua terdakwa, Bambang dan Akbar, didakwa melanggar pasal 340 KUHP (pembunuhan berencana) dan pasal penadahan. Ketiga terdakwa didakwa melakukan penadahan atas kasus penembakan tersebut.
Kesimpulan
Kasus ini menyoroti pentingnya peningkatan profesionalisme dalam penanganan laporan polisi, terutama dalam kasus yang melibatkan senjata api. Sikap Polsek Cinangka yang meremehkan laporan korban dan menganggap pistol sebagai mainan menimbulkan pertanyaan serius tentang prosedur dan standar operasional prosedur (SOP) yang diterapkan. Proses hukum yang sedang berjalan diharapkan dapat mengungkap seluruh fakta dan memberikan keadilan bagi keluarga korban.
Peristiwa ini juga menjadi pengingat akan pentingnya kewaspadaan dan kesigapan dalam menghadapi situasi yang mengancam keselamatan. Keberanian Agam dan almarhum ayahnya untuk melapor, meskipun ditolak, patut diapresiasi. Semoga kasus ini dapat menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak, baik kepolisian maupun masyarakat, untuk meningkatkan kewaspadaan dan penanganan kasus serupa di masa mendatang.