Pramono Anung: Budaya Betawi Akan Lebih Menonjol di Jakarta, Dimulai dari Pembatas Antarkota
Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung Wibowo, berencana mengangkat budaya Betawi dengan mendesain ulang pembatas antarkota dan mengutamakannya dalam acara-acara formal di Jakarta.

Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung Wibowo, baru-baru ini mengumumkan rencana besar untuk mengangkat kembali budaya Betawi di Jakarta. Langkah konkret yang akan diambil adalah dengan mendesain ulang pembatas antarkota dengan nuansa Betawi yang kental. Pengumuman ini disampaikan pada Kamis lalu di Jakarta Selatan, selaras dengan amanat Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2024 tentang Daerah Khusus Jakarta yang menekankan pentingnya pelestarian budaya Betawi.
Pramono Anung menjelaskan bahwa rancangan pembatas antarkota bernuansa Betawi tersebut sudah disiapkan. Peluncurannya direncanakan setelah Hari Raya Idul Fitri. Tidak hanya sebatas pembatas antarkota, bahkan pembatas antarkelurahan pun akan dirancang dengan nuansa Betawi yang khas. "Bahkan kalau perlu batas antarkelurahan. Maka, nuansa batasnya itu adalah nuansa Betawi. Saya lagi desain itu. Nanti kalau sudah jadi, kita akan segera lakukan. Sehingga warna kebetawiannya itu menjadi ada dan nampak," ujar Pramono.
Meskipun Jakarta dikenal sebagai kota multikultur yang kaya akan keberagaman budaya, Pramono Anung menegaskan bahwa budaya Betawi akan didominasi dalam acara-acara formal di Jakarta. Hal ini merupakan bagian dari upaya untuk lebih menonjolkan dan melestarikan budaya Betawi sebagai identitas utama Jakarta.
Pembatas Antarkota Bernuansa Betawi: Wujud Nyata Pelestarian Budaya
Langkah Gubernur Pramono Anung untuk mendesain ulang pembatas antarkota dengan nuansa Betawi merupakan sebuah terobosan yang menarik. Desain ini diharapkan dapat memperkenalkan budaya Betawi kepada masyarakat luas, baik warga Jakarta maupun wisatawan. Pembatas antarkota yang baru ini bukan hanya sekedar pembatas fisik, tetapi juga sebagai simbol kebanggaan dan identitas warga Jakarta.
Dengan adanya pembatas antarkota yang bernuansa Betawi, diharapkan masyarakat akan lebih mengenal dan menghargai kekayaan budaya Betawi. Hal ini juga dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke Jakarta. Kehadiran ornamen-ornamen khas Betawi pada pembatas antarkota akan semakin memperkuat citra Jakarta sebagai kota yang kaya akan budaya.
Pramono Anung juga menekankan pentingnya konsistensi dalam upaya pelestarian budaya Betawi. Tidak hanya pada pembatas antarkota, tetapi juga pada aspek-aspek lainnya dalam kehidupan masyarakat Jakarta. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah DKI Jakarta untuk menjaga dan mengembangkan budaya Betawi agar tetap lestari.
Balai Warga Ciganjur: Contoh Penerapan Budaya Betawi
Sebagai contoh nyata dari komitmen tersebut, Pramono Anung meresmikan Balai Warga pertama di Ciganjur, Jakarta Selatan. Balai Warga ini didesain dengan ornamen-ornamen khas Betawi, seperti kembang kelapa dan ondel-ondel. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan budaya Betawi tidak hanya sebatas wacana, tetapi sudah mulai diimplementasikan dalam berbagai fasilitas publik.
Kehadiran ornamen Betawi di Balai Warga Ciganjur diharapkan dapat menginspirasi masyarakat untuk lebih menghargai dan melestarikan budaya Betawi. Balai Warga ini juga dapat menjadi contoh bagi pembangunan fasilitas publik lainnya di Jakarta agar lebih memperhatikan dan mengaplikasikan unsur-unsur budaya Betawi.
Dengan adanya Balai Warga yang bernuansa Betawi, diharapkan masyarakat dapat lebih mengenal dan mencintai budaya Betawi. Hal ini juga dapat menjadi tempat berkumpul dan berinteraksi bagi masyarakat untuk menjaga dan melestarikan budaya Betawi.
Pramono Anung menyatakan bahwa Balai Warga Ciganjur merupakan sebuah prakarsa yang baik dan patut dicontoh. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah DKI Jakarta serius dalam upaya pelestarian budaya Betawi. Dengan berbagai upaya yang dilakukan, diharapkan budaya Betawi akan semakin berkembang dan dikenal luas oleh masyarakat Indonesia.