Prospek IHSG Menguat: Perlambatan Inflasi AS dan Kenaikan Saham Teknologi
Perlambatan inflasi AS dan penguatan saham teknologi global memberi dampak positif pada prospek IHSG, meskipun ekspektasi penurunan suku bunga The Fed menurun.

Data inflasi Amerika Serikat (AS) yang dirilis pada 12 Maret 2024 memberikan kabar baik bagi pasar global. Angka inflasi tahunan tercatat 2,8 persen, sementara Core CPI mencapai 3,1 persen, menandai level terendah sejak April 2021. Hal ini menunjukkan penurunan tekanan harga, namun ekspektasi penurunan suku bunga The Fed justru sedikit menurun, dari 73 basis poin menjadi sekitar 67 basis poin. Peristiwa ini berdampak beragam pada pasar saham global, dengan indeks Dow Jones turun, S&P 500 menguat, dan Nasdaq melonjak signifikan, didorong oleh kinerja saham teknologi seperti Nvidia dan Tesla.
Reaksi pasar terhadap data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan ini cukup beragam. Meskipun inflasi mereda, pasar masih menahan optimisme terhadap kebijakan moneter yang lebih longgar dari The Fed dalam waktu dekat. Hal ini terlihat dari penurunan ekspektasi penurunan suku bunga. Kenaikan signifikan pada saham-saham teknologi seperti Nvidia (6,4 persen) dan Tesla (7,5 persen) menunjukkan pergeseran minat investor ke sektor dengan prospek pertumbuhan tinggi, terutama yang diuntungkan oleh tren kecerdasan buatan dan digitalisasi. Sebaliknya, saham-saham seperti Walmart dan Apple mengalami koreksi, mengindikasikan adanya rotasi sektor di pasar.
Situasi ini juga berdampak pada pasar komoditas. Kenaikan stok minyak mentah tidak separah perkiraan, sehingga harga minyak mentah naik 1,66 persen ke level 67,41 dolar AS per barel. Namun, harga tersebut telah mencapai level resistensi kuat, sehingga potensi koreksi masih terbuka. Sementara itu, harga emas berhasil menembus level resistensi atas di 2.930 dolar AS dan kini berada di 2.940 dolar AS per ons, dengan tren positif yang berlanjut. Di Indonesia, harga emas Antam juga ikut menguat, naik Rp12.000 menjadi Rp1.714.000 per gram.
Dampak pada IHSG dan Strategi Investasi
Di tengah dinamika global ini, IHSG menunjukkan pergerakan yang berlawanan dengan indeks AS pada pekan ini. Meskipun dibuka menguat, IHSG kemudian melemah seiring rotasi sektor di dalam negeri. Head of Research Retail MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, memprediksi IHSG berpotensi bergerak dalam rentang 6.361-6.818. Ia menyebutkan bahwa jika IHSG menembus level 6.682, maka peluang penguatan ke level 6.686 hingga 6.762 terbuka. Saham-saham di sektor teknologi, seperti MTDL, memiliki peluang untuk pulih seiring tren positif global. Sektor konsumsi juga menarik perhatian, meskipun diperkirakan kenaikannya tidak akan berlangsung lama.
Kondisi ini mendorong strategi investasi berbasis sektor, dengan fokus pada saham-saham yang dinilai undervalued namun memiliki prospek pertumbuhan jangka menengah hingga panjang. Perlambatan inflasi AS memberikan harapan bahwa The Fed tidak akan terlalu agresif dalam kebijakan moneternya, namun investor masih menunggu konfirmasi lebih lanjut dari data ekonomi mendatang. Pergerakan harga minyak yang fluktuatif juga perlu diwaspadai karena berpotensi mempengaruhi sektor energi dan konsumsi di Indonesia.
Kenaikan harga minyak dapat meningkatkan tekanan inflasi dan biaya produksi, tetapi juga bisa menjadi katalis positif bagi saham-saham di sektor energi. Oleh karena itu, pemantauan terhadap pergerakan harga minyak dan kebijakan OPEC sangat penting. Dalam pasar yang dinamis ini, pendekatan investasi yang fleksibel dan berbasis data menjadi kunci untuk mencapai hasil optimal. Sektor teknologi dan konsumsi tetap menarik untuk diamati dalam jangka pendek, sementara volatilitas pasar energi dan ketidakpastian geopolitik perlu diwaspadai sebagai potensi risiko.
Ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina juga perlu diperhatikan. Usulan gencatan senjata selama 30 hari dari AS telah diajukan, namun syarat tambahan dari Rusia yang sulit diterima oleh Ukraina menunjukkan bahwa konflik masih jauh dari selesai. Ketidakpastian ini dapat mempengaruhi harga energi dan komoditas, serta menciptakan volatilitas di pasar keuangan global.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, prospek IHSG dipengaruhi oleh berbagai faktor global dan domestik. Perlambatan inflasi AS dan kinerja positif saham teknologi global memberikan sentimen positif, namun ekspektasi penurunan suku bunga The Fed yang lebih rendah dan volatilitas pasar energi serta geopolitik perlu dipertimbangkan. Strategi investasi yang adaptif dan berbasis data menjadi kunci dalam menghadapi dinamika pasar yang kompleks ini.