IHSG Menguat 0,38% di Tengah Pelemahan Bursa Asia: Analisis Pasar Saham
IHSG ditutup menguat 0,38 persen ke posisi 6.638,46 pada Jumat, 14 Februari 2025, berlawanan dengan tren pelemahan mayoritas bursa saham Asia, didorong oleh data inflasi AS dan penurunan harga minyak.

Jakarta, 14 Februari 2025 - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan kinerja positif di tengah pelemahan bursa saham regional Asia. Penutupan perdagangan Jumat sore mencatat penguatan 24,89 poin atau 0,38 persen, membawa IHSG ke posisi 6.638,46. Indeks LQ45 pun ikut menguat, naik 2,68 poin (0,35 persen) ke level 772,41. Kenaikan ini cukup mengejutkan mengingat sebagian besar pasar saham di Asia justru mengalami penurunan.
Faktor Pendorong Kenaikan IHSG
Penguatan IHSG terjadi di tengah beberapa faktor global dan domestik. Salah satu faktor eksternal yang memengaruhi adalah rilis data inflasi Amerika Serikat (AS). Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas mencatat bahwa peningkatan indeks harga konsumen (CPI) AS pada Januari 2025 merupakan yang terbesar dalam hampir satu setengah tahun. Data ini, menurut tim riset, memperkuat sinyal The Fed untuk tidak terburu-buru menurunkan suku bunga. Hal ini dapat berdampak positif terhadap pasar saham Indonesia, karena mengurangi kekhawatiran akan kebijakan moneter yang terlalu longgar.
Faktor lain yang berperan adalah penurunan harga minyak dunia. Pada Rabu, 12 Februari 2025, harga minyak mentah Brent anjlok 2,36 persen ke US$75,18 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 2,66 persen ke US$71,37 per barel. Penurunan ini dipicu oleh langkah Presiden AS Donald Trump menuju diplomasi atas perang di Ukraina, mengurangi kekhawatiran akan gangguan pasokan global yang sebelumnya mendorong harga minyak naik.
Dampak Penjualan Mobil dan Pergerakan Sektoral
Dari sisi domestik, data penjualan mobil wholesales Januari 2025 dari Gaikindo menunjukkan penurunan 11,3 persen (yoy) dan 22,5 persen (mom), mencapai 61.843 unit. Penurunan ini, menurut Gaikindo, disebabkan oleh melemahnya daya beli masyarakat akibat suku bunga yang masih tinggi. Meskipun demikian, angka ini masih berada dalam kisaran 6,8 persen sampai 8,24 persen dari target penjualan tahunan Gaikindo (750.000-900.000 unit), sehingga belum memberikan dampak negatif signifikan terhadap IHSG.
Secara sektoral, IHSG menunjukkan pergerakan yang beragam. Sembilan sektor mengalami penguatan, dengan sektor transportasi & logistik memimpin kenaikan (1,41 persen), diikuti sektor properti (1,22 persen) dan teknologi (1,21 persen). Namun, sektor kesehatan dan barang konsumen primer mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,94 persen. Saham-saham BRRC, BUVA, CGAS, PTSP, dan BEBS mencatat penguatan terbesar, sementara SKLT, MTFN, TAXI, ARGO, dan SKBM mengalami pelemahan terbesar.
Aktivitas Perdagangan dan Perbandingan Regional
Volume perdagangan saham tergolong tinggi, dengan 1.142.000 transaksi, 14,06 miliar lembar saham diperdagangkan senilai Rp14,85 triliun. Dari total saham yang diperdagangkan, 325 saham naik, 258 saham turun, dan 372 saham stagnan. Dibandingkan dengan bursa saham regional Asia, IHSG menunjukkan kinerja yang berlawanan. Indeks Nikkei (Jepang) melemah 0,79 persen, Straits Times (Singapura) turun 0,13 persen. Namun, indeks Shanghai (China) dan Kuala Lumpur (Malaysia) justru menguat.
Kesimpulan
Penguatan IHSG di tengah pelemahan bursa Asia menunjukkan resiliensi pasar saham Indonesia. Meskipun data penjualan mobil menunjukkan penurunan, faktor-faktor eksternal seperti data inflasi AS dan penurunan harga minyak, serta kinerja sektoral yang beragam, berkontribusi pada penguatan IHSG. Perlu dipantau perkembangan ekonomi global dan domestik untuk melihat keberlanjutan tren positif ini.