IHSG Berpotensi Menguat di Tengah Fokus Pasar pada Negosiasi Dagang AS
IHSG diperkirakan menguat seiring pelaku pasar mencermati negosiasi dagang AS dan data ekonomi global, dengan target resistance di level 7.250.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan potensi penguatan pada perdagangan hari Senin. Pergerakan ini terjadi di tengah fokus pelaku pasar terhadap perkembangan negosiasi perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dengan mitra dagangnya. Proses negosiasi ini menjadi perhatian utama selama pekan ini, seiring dengan pernyataan Presiden AS Donald Trump mengenai pengiriman surat kepada beberapa mitra dagang.
Pada pembukaan perdagangan, IHSG mencatatkan kenaikan sebesar 6,91 poin atau 0,10 persen, mencapai posisi 7.113,44. Sementara itu, kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 juga mengalami kenaikan tipis sebesar 0,11 poin atau 0,01 persen, berada pada posisi 806,26. Sentimen positif ini didorong oleh harapan pasar terhadap hasil negosiasi dagang yang konstruktif.
Analis Phintraco Sekuritas, Ratna Lim, menyampaikan bahwa secara teknikal mingguan, IHSG masih menunjukkan pola bullish continuation. Indikasi ini didukung oleh berlanjutnya aksi beli, terutama oleh investor asing. "Sehingga, IHSG dalam pekan ini diperkirakan akan menguji level resistance 7.250," ujarnya di Jakarta, Senin.
Fokus Pasar pada Data Ekonomi Global dan Regional
Selain negosiasi dagang, pelaku pasar juga akan mencermati data Purchasing Manager's Index (PMI) global. Data ini memberikan gambaran mengenai aktivitas manufaktur dan sektor jasa di berbagai negara. Di Euro Area, Jerman, Prancis, dan Inggris, kontraksi dalam manufaktur diperkirakan sedikit berkurang, sementara sektor jasa diperkirakan mengalami sedikit perbaikan.
Dari kawasan Asia, China dijadwalkan untuk merilis data produksi industri dan penjualan ritel periode April 2025. Data ini akan menjadi indikator penting untuk mengukur kinerja ekonomi China dan dampaknya terhadap pasar regional.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Selasa (20/5) dan Rabu (21/5). Pasar memperkirakan BI akan mempertahankan BI rate pada level 5,75 persen.
Sentimen Positif dari Wall Street
Bursa saham utama AS di Wall Street mencatatkan kinerja positif pada perdagangan Jumat (16/5) pekan lalu, dengan mencatatkan kenaikan selama lima hari berturut-turut. Sentimen ini dipicu oleh tercapainya kesepakatan jeda tarif antara AS dan China, meskipun data ekonomi menunjukkan penurunan sentimen konsumen.
Investor juga menantikan kepastian kebijakan pajak AS, setelah RUU pajak besar yang diusulkan Presiden Trump gagal lolos dari tahap penting di Kongres. Penolakan datang dari kalangan Republikan konservatif yang menuntut pemotongan anggaran lebih dalam, yang menjadi pukulan politik bagi presiden.
Secara mingguan, indeks S&P 500 menguat 5,3 persen, Nasdaq melonjak 7,2 persen, dan Dow Jones bertambah 3,4 persen. Sebagian besar sektor di S&P 500 mencatatkan kenaikan, dengan sektor energi menjadi satu-satunya yang melemah, turun 0,18 persen.
Kinerja Bursa Regional Asia
Pada perdagangan pagi ini, bursa saham regional Asia menunjukkan variasi kinerja. Indeks Nikkei melemah 1,79 poin atau 0,0 persen ke 37.753,69, indeks Shanghai melemah 13,36 poin atau 0,40 persen ke 3.367,87, dan indeks Kuala Lumpur melemah 1,27 poin atau 0,08 persen ke 1.571,55. Sementara itu, indeks Strait Times menguat 5,93 poin atau 0,15 persen ke 3.897,79.
Dengan berbagai faktor yang mempengaruhi pasar, IHSG diperkirakan akan terus bergerak dinamis. Investor disarankan untuk terus memantau perkembangan negosiasi dagang AS, data ekonomi global dan regional, serta kebijakan Bank Indonesia.