Puasa: Kunci Karakter Bangsa dan Generasi Emas 2045, Kata Mendikdasmen
Mendikdasmen, Abdul Mu'ti, menjelaskan pentingnya ibadah puasa dalam membentuk karakter generasi emas Indonesia 2045 yang bertakwa dan berakhlak mulia, serta berkomitmen memajukan bangsa.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Abdul Mu’ti, baru-baru ini memberikan ceramah yang menarik perhatian publik. Dalam ceramah bertema "Pendidikan Akhlak Menuju Generasi Emas 2045", beliau menghubungkan praktik ibadah puasa dengan pembentukan karakter bangsa dan pencapaian visi Indonesia Emas 2045. Ceramah tersebut disampaikan di Jakarta pada Senin, 3 Juli 2023.
Menurut Mendikbudristek, puasa bukan sekadar ritual keagamaan, melainkan proses pendidikan yang membentuk akhlak mulia. Beliau menekankan bahwa puasa sebagai syariat Islam bertujuan untuk membimbing manusia menuju kebahagiaan dan kemuliaan. Hal ini sejalan dengan cita-cita para pendiri bangsa yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945, khususnya alinea keempat yang menekankan pentingnya mencerdaskan kehidupan bangsa.
Lebih lanjut, Mendikbudristek menjelaskan bagaimana tujuan pendidikan nasional, yang tercantum dalam Pasal 33 ayat 1 UUD 1945, terkait erat dengan ibadah puasa. Pasal tersebut menyebutkan bahwa pemerintah berkewajiban menyelenggarakan sistem pengajaran nasional yang meningkatkan keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia. Dengan demikian, ibadah puasa menjadi bagian integral dalam upaya mewujudkan generasi emas yang diharapkan.
Puasa sebagai Proses Edukatif Menuju Generasi Emas
Mendikbudristek menjelaskan hasil kajian beberapa tafsir yang menyatakan bahwa ibadah puasa merupakan proses edukatif untuk membentuk manusia bertakwa. Puasa, menurut beliau, menjadi kesempatan membersihkan jiwa dari sifat-sifat tercela yang dapat menjerumuskan manusia ke dalam perbuatan nista. Dengan demikian, puasa berperan penting dalam membentuk karakter yang kuat dan berintegritas.
Beliau juga menggambarkan Generasi Emas 2045 sebagai generasi yang serba tahu dan bertakwa. Ketakwaan, menurut Mendikbudristek, menjadi kunci kemuliaan manusia dan kejayaan bangsa. Keimanan dan ilmu pengetahuan menjadi pondasi utama dalam membentuk generasi emas yang unggul.
Lebih lanjut, Mendikbudristek menjelaskan bagaimana puasa melatih berbagai sikap positif yang dibutuhkan generasi emas. Puasa mengajarkan kita untuk menahan diri, tidak rakus, bersyukur, dan berderma kepada sesama. Sikap-sikap inilah yang akan membentuk generasi yang tidak hanya sukses secara individu, tetapi juga berkomitmen memajukan masyarakat dan bangsa.
Sikap Positif Generasi Emas yang Dibentuk Melalui Puasa
- Kemampuan Menahan Diri: Puasa melatih pengendalian diri, penting untuk menghadapi tantangan hidup.
- Tidak Rakus: Puasa menumbuhkan rasa cukup dan menghindari sikap konsumtif.
- Bersyukur: Puasa meningkatkan rasa syukur atas nikmat yang diterima.
- Berderma: Puasa mendorong kepedulian sosial dan berbagi dengan sesama.
Menurut Mendikbudristek, generasi emas Indonesia 2045 harus memiliki komitmen kuat untuk memajukan masyarakat dan berdedikasi demi kemajuan bangsa dan negara. Sikap-sikap yang dilatih melalui ibadah puasa menjadi bekal penting bagi generasi muda untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan demikian, puasa tidak hanya menjadi ritual keagamaan, tetapi juga pilar penting dalam pembangunan karakter bangsa.
Dengan demikian, Mendikbudristek menekankan pentingnya pendidikan karakter yang terintegrasi dengan nilai-nilai keagamaan, seperti yang diajarkan melalui ibadah puasa. Hal ini diharapkan dapat membentuk generasi emas Indonesia 2045 yang unggul, bertakwa, dan berakhlak mulia, serta siap menghadapi tantangan masa depan.