Rompi Palsu: Kasus Perampokan Kripto Rp3,4 Miliar Libatkan WNA di Bali
Polisi Bali mengungkap bahwa rompi bertuliskan Polisi yang digunakan sembilan WNA pelaku perampokan kripto senilai Rp3,4 miliar di Bali adalah palsu dan bukan milik kepolisian.

Sembilan warga negara asing (WNA) asal Rusia, Ukraina, dan Kazakhstan terlibat dalam kasus perampokan aset kripto senilai Rp3,4 miliar di Bali. Kejadian yang berlangsung pada 15 Desember 2024 ini mengejutkan publik, terutama karena para pelaku mengenakan rompi bertuliskan 'Polisi' saat beraksi.
Namun, Kabid Humas Polda Bali, Komisaris Besar Polisi Ariasandy, memberikan klarifikasi penting. Dalam pernyataan resmi di Denpasar, Jumat, 31 Januari, ia menegaskan bahwa rompi yang dikenakan para pelaku bukanlah milik Kepolisian Republik Indonesia (Polri). "Rompi polisi bisa didapatkan di mana saja. Yang jelas Polda Bali dan Polri secara umum tidak punya rompi semacam itu," tegasnya.
Penyelidikan Mendalam
Polisi saat ini masih melakukan penyelidikan menyeluruh terkait kasus ini. Selain perihal rompi palsu, pihak berwajib juga tengah menyelidiki dugaan penggunaan senjata api dan senjata tajam oleh para pelaku, serta mengidentifikasi mobil yang digunakan dalam aksi perampokan dan penyanderaan. Informasi mengenai identitas para pelaku sejauh ini didapatkan dari laporan korban dan bukti-bukti visual.
"Semua informasi yang kita dapat, baik secara verbal maupun dalam bentuk video, tetap menjadi sumber informasi yang kita dalami. Intinya, kita cari dulu delapan orang yang masih buron, mudah-mudahan segera kita amankan," jelas Kombes Pol. Ariasandy.
Motif Perampokan Masih Misteri
Motif di balik perampokan tersebut masih menjadi misteri. Namun, aset kripto yang berhasil digasak pelaku menjadi petunjuk kunci bagi penyidik untuk mengungkap motif sebenarnya. "Kalau masalah motif belum kita ungkap karena tersangka belum tertangkap. Kalau belum tertangkap, kita belum tahu motifnya apa. Tetapi yang jelas, yang diambil kan harta," tambah Kombes Pol. Ariasandy.
Kesimpulan
Kasus perampokan kripto di Bali ini menyoroti pentingnya kewaspadaan terhadap kejahatan yang melibatkan WNA. Penggunaan atribut palsu oleh para pelaku juga menjadi perhatian serius pihak berwajib. Polisi berkomitmen untuk mengungkap seluruh fakta dan menangkap para pelaku yang masih buron. Investigasi mendalam terus dilakukan untuk mengungkap motif perampokan dan memastikan keadilan ditegakkan.