Rupiah Menguat: Kesepakatan AS-China Turunkan Tarif Dagang, Tekan Resesi Global
Nilai tukar rupiah menguat signifikan hari ini, didorong kesepakatan AS-China untuk menurunkan tarif perdagangan dan data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan, mengurangi kekhawatiran resesi global.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) menguat signifikan pada perdagangan hari Rabu. Penguatan ini didorong oleh dua faktor utama: kesepakatan antara Amerika Serikat (AS) dan China untuk menurunkan tarif perdagangan, serta data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan. Kesepakatan tersebut, yang diputuskan dalam pertemuan di Jenewa, Swiss, mulai berlaku pada hari yang sama dan dinilai berhasil meredakan kekhawatiran akan resesi global yang semakin meningkat.
Menurut Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuabi, "AS akan mengurangi tarifnya terhadap Beijing dari 145 persen menjadi 30 persen, sementara Tiongkok akan menurunkan tarif pembalasannya dari 125 persen menjadi 10 persen, keduanya selama 90 hari. AS juga akan menurunkan tarif pada produk bernilai rendah yang diimpor dari Tiongkok." Penurunan tarif ini memberikan dampak positif bagi pasar global dan memberikan sentimen positif terhadap nilai tukar rupiah.
Selain kesepakatan AS-China, data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan juga berkontribusi pada penguatan rupiah. Inflasi inti dan inflasi umum AS naik 0,2 persen secara bulanan (MoM), lebih rendah dari perkiraan 0,3 persen. Sementara itu, inflasi umum secara tahunan (YoY) naik 2,3 persen, di bawah perkiraan 2,4 persen. Data ini menunjukkan bahwa tekanan inflasi di AS mulai mereda, mengurangi kemungkinan The Fed akan menaikkan suku bunga secara agresif.
Analisis Penguatan Rupiah
Penguatan rupiah hari ini menunjukkan respon positif pasar terhadap perkembangan ekonomi global yang lebih optimis. Kesepakatan AS-China mengurangi ketidakpastian dalam perdagangan internasional, sehingga meningkatkan kepercayaan investor. Hal ini tercermin dalam penguatan rupiah sebesar 66 poin atau 0,39 persen, ditutup pada level Rp16.562 per dolar AS.
Meskipun demikian, perlu diingat bahwa Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia justru melemah ke level Rp16.568 per dolar AS. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh perbedaan metodologi perhitungan dan waktu pengamatan. Namun, secara umum, penguatan rupiah hari ini menunjukkan sentimen positif yang cukup signifikan.
Data inflasi AS yang lebih rendah dari ekspektasi juga memberikan ruang bagi The Fed untuk lebih berhati-hati dalam kebijakan moneternya. Sebelumnya, The Fed cenderung menunggu tanda-tanda yang jelas dari kemerosotan ekonomi sebelum memangkas suku bunga. Namun, dengan inflasi yang terkendali, peluang untuk penyesuaian suku bunga menjadi lebih terbuka.
Implikasi bagi Ekonomi Indonesia
Penguatan rupiah memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia. Rupiah yang menguat akan menurunkan harga barang impor, sehingga dapat menekan inflasi domestik. Selain itu, penguatan rupiah juga dapat meningkatkan daya saing produk ekspor Indonesia di pasar internasional.
Namun, perlu diwaspadai juga potensi negatif dari penguatan rupiah yang terlalu cepat dan signifikan. Penguatan yang terlalu drastis dapat berdampak negatif bagi sektor ekspor, terutama bagi industri yang bergantung pada ekspor. Oleh karena itu, pemerintah dan Bank Indonesia perlu terus memantau perkembangan nilai tukar rupiah dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar.
Secara keseluruhan, penguatan rupiah hari ini merupakan kabar baik bagi perekonomian Indonesia. Kesepakatan AS-China dan data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan menunjukkan perbaikan prospek ekonomi global, yang berdampak positif terhadap nilai tukar rupiah. Namun, pemerintah dan Bank Indonesia perlu tetap waspada dan proaktif dalam mengelola potensi risiko yang mungkin muncul.
Seperti yang dikutip dari Xinhua, Indeks Harga Konsumen (IHK) barang dan jasa di AS meningkat 0,2 persen secara musiman pada bulan April 2025 setelah turun 0,1 persen pada Maret 2025. Data ini mendukung pernyataan bahwa inflasi AS mulai mereda.
Kesimpulan
Penguatan rupiah hari ini merupakan hasil dari kombinasi faktor internal dan eksternal. Kesepakatan AS-China dan data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan memberikan sentimen positif bagi pasar, yang berdampak pada penguatan nilai tukar rupiah. Meskipun demikian, pemerintah dan Bank Indonesia perlu tetap memantau perkembangan ekonomi global dan domestik untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.