Rupiah Menguat: Likuiditas dan Kebijakan DHE Jadi Sentimen Positif
Pertumbuhan likuiditas ekonomi dan revisi kebijakan Dana Hasil Ekspor (DHE) memberikan sentimen positif terhadap nilai tukar rupiah, meskipun pelemahan terjadi di akhir perdagangan.
Pertumbuhan likuiditas dan kebijakan DHE dorong penguatan Rupiah
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menunjukkan kinerja yang menarik. Meskipun ditutup melemah 4 poin (0,02 persen) di angka Rp16.284 per dolar AS pada Kamis, 23 Januari 2025, sentimen positif terlihat sepanjang hari berkat pertumbuhan likuiditas dan revisi kebijakan Dana Hasil Ekspor (DHE).
Analis Bank Woori Saudara, Rully Nova, menjelaskan bahwa data uang beredar yang dirilis Bank Indonesia (BI) menjadi salah satu faktor penguatan. Ia menambahkan bahwa kebijakan DHE juga berkontribusi signifikan terhadap sentimen positif ini. Hal ini menunjukkan bahwa faktor domestik berperan penting dalam menentukan arah nilai tukar rupiah.
Likuiditas Ekonomi Tumbuh Positif
Bank Indonesia mencatat uang beredar dalam arti luas (M2) pada Desember 2024 mencapai Rp9.210,8 triliun, tumbuh 4,4 persen (year on year/yoy). Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan uang beredar sempit (M1) sebesar 5,8 persen (yoy) dan uang kuasi sebesar 0,3 persen (yoy). Pertumbuhan M2 terutama dipengaruhi oleh penyaluran kredit dan tagihan bersih pemerintah pusat.
Penyaluran kredit pada Desember 2024 tumbuh 9,1 persen (yoy), meskipun sedikit melambat dari bulan sebelumnya (10,1 persen yoy). Sementara itu, tagihan bersih pemerintah pusat mengalami kontraksi 17,4 persen (yoy), berbalik dari pertumbuhan 1,1 persen (yoy) di bulan sebelumnya. Fluktuasi ini menunjukkan dinamika ekonomi yang perlu dipantau lebih lanjut.
Kebijakan DHE SDA: Tambahan Devisa untuk Indonesia
Revisi kebijakan DHE Sumber Daya Alam (SDA) juga memberikan dampak positif. Masa penempatan DHE SDA diperpanjang menjadi satu tahun, dan persentase yang harus ditempatkan dinaikkan menjadi 100 persen. Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, kebijakan ini berpotensi menambah cadangan devisa Indonesia lebih dari 90 miliar dolar AS.
Faktor Global: Tarif Trump dan Sentimen Risk On
Di sisi global, sentimen positif awalnya didorong oleh kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump yang lebih lunak dari perkiraan. Namun, setelah pelantikan, sentimen risk on mereda karena ancaman tarif Trump terhadap Meksiko dan Kanada sebesar 25 persen, serta pertimbangan mengenakan tarif 10 persen terhadap China sebagai balasan atas peredaran Fentanyl. Hal ini disampaikan oleh Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede.
Kesimpulan: Penguatan Rupiah Dipengaruhi Faktor Domestik dan Global
Meskipun nilai tukar rupiah akhirnya melemah di akhir perdagangan, pertumbuhan likuiditas dan revisi kebijakan DHE memberikan sentimen positif yang cukup signifikan. Perlu diingat bahwa pergerakan nilai tukar dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik domestik maupun global, sehingga fluktuasi tetap mungkin terjadi. Pemantauan terus menerus terhadap perkembangan ekonomi domestik dan global sangat penting untuk memahami dinamika nilai tukar rupiah ke depan.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Kamis, 23 Januari 2025, tercatat menguat ke Rp16.276 per dolar AS, dibandingkan Rp16.327 per dolar AS pada hari sebelumnya.