Strategi Bulog Serap 3 Juta Ton Beras: Sinergi dan Teknologi Jadi Kunci
Bulog menyiapkan berbagai strategi untuk menyerap 3 juta ton beras, termasuk sinergi dengan petani, teknologi monitoring, dan kerjasama dengan berbagai pihak untuk mencapai target pengadaan beras pemerintah.
Bulog, badan usaha milik negara yang menangani ketahanan pangan, menargetkan penyerapan 3 juta ton beras untuk cadangan beras pemerintah (CBP). Direktur Utama Perum Bulog, Wahyu Suparyono, memaparkan strategi pencapaian target tersebut dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi IV DPR, Selasa (4/2), di Jakarta.
Target penyerapan beras ini merupakan bagian penting dari upaya pemerintah menjaga stabilitas harga dan ketersediaan beras nasional. Wahyu menjelaskan, strategi Bulog difokuskan pada optimalisasi penyerapan hasil panen petani, khususnya pada periode panen raya.
Kerja Sama dan Kemitraan
Salah satu strategi kunci Bulog adalah membangun sinergi yang kuat. Pengadaan gabah dan beras dilakukan secara terintegrasi di tingkat kantor wilayah (kanwil) dan kantor cabang (kancab), melibatkan langsung petani, kelompok tani (Poktan), dan gabungan kelompok tani (Gapoktan). Kemitraan juga dijalin dengan mitra maklun dan berbagai asosiasi terkait untuk memperlancar proses pengadaan.
Untuk memperkuat koordinasi, Bulog membentuk posko pengadaan di setiap kanwil dan kancab. Tim jemput gabah, yang bekerja sama dengan liaison officer, dikerahkan untuk mempercepat proses penyerapan hasil panen. Bahkan, Bulog melibatkan TNI dan Polri untuk mendukung serapan gabah di lapangan.
Teknologi dan Monitoring
Bulog juga memanfaatkan teknologi untuk memonitor proses pengadaan. Sistem monitoring harian diterapkan untuk memastikan kendali dan percepatan serapan gabah dan beras. Transparansi dan efisiensi menjadi fokus utama dalam setiap tahapan proses.
Pengolahan dan Infrastruktur
Bulog membeli gabah kering panen (GKP) yang kemudian diolah menjadi beras di sentra pengolahan padi atau melalui mitra maklun sesuai harga pembelian pemerintah (HPP). Tim jemput gabah membeli GKP langsung dari petani, sementara Poktan dan Gapoktan dapat mengirimkan GKP ke mitra maklun untuk diolah. Bulog juga memasang sepanduk di mitra maklun sebagai sentra pembelian GKP untuk memudahkan akses petani.
Infrastruktur penggilingan juga menjadi perhatian. Kapasitas penggilingan resmi mencapai 751 ribu ton per bulan, mendukung potensi pengadaan GKP selama masa tanam pertama (MT1) sebesar 675 ribu ton. Bulog juga bermitra dengan 1.294 penggilingan padi (MPP) untuk pengadaan beras dengan harga Rp12.000 per kilogram.
Kerjasama Strategis
Bulog menjalin komitmen kuat dengan berbagai pihak, termasuk Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi), Kementerian Pertanian, dan Asisten Teritorial Kasad. Kerja sama ini, yang dituangkan dalam perjanjian pada 30 Januari 2025, menargetkan pasokan 2,1 juta ton setara beras dari Perpadi. Sulawesi Selatan menjadi penyumbang terbesar dengan target 500 ribu ton.
Perjanjian ini bertujuan memperkuat sinergi pengadaan nasional, menjamin pasokan stabil, dan mendukung pencapaian target serapan beras sesuai harapan pemerintah. Hingga 3 Februari 2025, Bulog telah menyerap 18,3 ribu ton beras. Pemerintah mengalokasikan total anggaran Rp39 triliun untuk program ini, termasuk Rp23 triliun yang sudah siap dan Rp16,6 triliun tambahan dari Kementerian Keuangan.
Menko Pangan, Zulkifli Hasan, menegaskan bahwa anggaran tersebut memastikan Bulog mampu membeli gabah dan beras dari petani dengan harga yang telah ditentukan pemerintah. Pemerintah akan menyerap beras dari petani selama panen raya pada Februari, Maret, dan April 2025.