Sumsel Uji Coba Kurikulum Pangan Lokal Hadapi Perubahan Iklim
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan memulai uji coba kurikulum muatan lokal pangan lokal di 34 sekolah untuk meningkatkan ketahanan pangan di tengah perubahan iklim yang semakin ekstrim dan guna mempersiapkan generasi muda menghadapi krisis pangan.

Sumsel memulai uji coba kurikulum muatan lokal (mulok) pangan lokal di 34 sekolah—17 SMA dan 17 SMK—sebagai respon terhadap dampak perubahan iklim. Inisiatif ini diluncurkan di Palembang pada 22 Januari dan bertujuan untuk meningkatkan ketahanan pangan daerah. Plt Kepala Dinas Pendidikan Sumsel, Awwalluddin, menjelaskan bahwa peningkatan bencana hidrometeorologi dan kebakaran hutan di Sumsel menjadi latar belakang pentingnya program ini.
Kurikulum ini difokuskan pada edukasi pangan lokal sebagai solusi ketahanan pangan, mengingat potensi sumber daya alam Sumsel yang melimpah. Awwalluddin menekankan pentingnya mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi tantangan perubahan iklim dengan pengetahuan dan keterampilan yang relevan. Menurutnya, kurikulum ini akan mengajarkan siswa tentang potensi sumber pangan lokal yang mudah dijangkau dan dapat diandalkan, terutama saat krisis pangan.
Kerja sama antara Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan dan ICRAF Indonesia dalam proyek Land4Lives, yang didukung pemerintah Kanada, menghasilkan kurikulum mulok pangan lokal ini. Proyek ini bertujuan membantu masyarakat beradaptasi dan bermitigasi terhadap perubahan iklim dengan fokus pada peningkatan ketahanan pangan melalui pemanfaatan pangan lokal. Direktur Utama ICRAF, Andre Ekadinata, menambahkan bahwa kurikulum ini berbeda dari kurikulum sebelumnya karena relevan dengan kondisi spesifik setiap daerah.
Kurikulum ini tidak hanya sekadar teori. Edukasi ini diharapkan mampu memberi anak-anak pemahaman yang lebih luas tentang keragaman pangan lokal, melampaui beras dan nasi. Tujuannya, mempersiapkan mereka menghadapi potensi krisis pangan di masa depan. Namun, tantangan terbesar adalah meningkatkan kapasitas para guru. Menyamakan pemahaman tentang pangan lokal dan metodologi pengajaran yang tepat menjadi pekerjaan besar yang memerlukan perhatian khusus.
Andre Ekadinata juga berharap kurikulum ini tidak hanya memberikan pengetahuan teoritis, tetapi juga keterampilan praktis. Siswa diharapkan mampu mengidentifikasi dan memanfaatkan sumber pangan lokal di sekitar mereka, sehingga tercipta kemandirian dalam menghadapi tantangan iklim yang semakin kompleks. Tim pengembang telah menyiapkan bahan ajar dan modul untuk sekolah-sekolah yang menjadi uji coba. Proses pemantauan dan evaluasi akan dilakukan untuk memastikan efektivitas kurikulum sebelum diimplementasikan secara luas.
Inisiatif ini dinilai memiliki manfaat jangka panjang bagi ketahanan pangan Sumsel. Dengan memahami dan memanfaatkan sumber daya lokal, masyarakat diharapkan lebih siap menghadapi ketidakpastian iklim yang semakin meningkat. Uji coba kurikulum ini menjadi langkah strategis dalam membangun ketahanan pangan di Sumatera Selatan, sekaligus mempersiapkan generasi mendatang menghadapi tantangan perubahan iklim.
Program ini menunjukkan komitmen Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dalam memanfaatkan potensi lokal dan mempersiapkan generasi penerus untuk menghadapi masa depan yang penuh tantangan. Dengan pendidikan dan pemahaman yang tepat, diharapkan ketahanan pangan di Sumsel akan semakin terjaga.