Tahukah Anda? 6 Isu Krusial Cekungan Bandung Mendesak Ditangani, Jabar Siapkan Langkah Konkret
Sekda Jabar Herman Suryatman soroti 6 isu strategis di Cekungan Bandung. Komitmen penanganan terpadu diperlukan untuk atasi krisis lingkungan dan urbanisasi. Apa saja isunya?

Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat, Herman Suryatman, baru-baru ini menegaskan urgensi penanganan terpadu dan konkret terhadap enam isu strategis yang mendera kawasan Cekungan Bandung. Pernyataan ini disampaikan dalam Rapat Koordinasi dan Akselerasi Pengembangan Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung. Herman menekankan bahwa pendekatan "super serius" harus diterapkan untuk mengatasi permasalahan kompleks di wilayah padat penduduk ini.
Rapat penting tersebut diselenggarakan di kantor Bappeda Jabar, Bandung, pada Jumat (01/8), dihadiri oleh para Sekretaris Daerah dari Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, Bandung Barat, dan Sumedang. Pertemuan ini bertujuan untuk menyusun rencana aksi dengan indikator terukur. Seluruh pemerintah daerah di kawasan Bandung Raya diminta untuk segera mengambil langkah taktis dan terukur.
Desakan ini muncul sebagai respons terhadap tekanan urbanisasi yang masif dan krisis lingkungan yang kian memburuk di Cekungan Bandung. Kawasan ini, yang menampung lebih dari delapan juta jiwa, merupakan pusat ekonomi, pendidikan, dan pemerintahan di Jawa Barat. Namun, ia juga menghadapi tantangan besar seperti kepadatan penduduk, pencemaran, dan infrastruktur yang belum optimal.
Enam isu strategis yang menjadi fokus utama penanganan Cekungan Bandung meliputi:
Optimalisasi Transportasi Terintegrasi
Dalam sektor transportasi, Herman Suryatman menyoroti krusialnya keterhubungan antarmoda di seluruh kawasan Cekungan Bandung. Fokus utama adalah optimalisasi layanan Bus Rapid Transit (BRT) dan integrasi jalur kereta api. Ia menekankan bahwa BRT harus berfungsi efektif, bukan sekadar proyek tanpa dampak nyata.
Sebelum implementasi di lapangan, Herman meminta agar penataan shelter dan lokasi pemberhentian bus dilakukan secara cermat. Hal ini penting untuk memastikan kenyamanan dan efektivitas penggunaan transportasi publik. Integrasi yang baik antarberbagai moda transportasi diharapkan dapat mengurangi kemacetan dan beban lalu lintas di wilayah Cekungan Bandung.
Langkah konkret ini diharapkan mampu mendukung mobilitas warga serta mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi. Sistem transportasi yang terintegrasi akan menjadi tulang punggung bagi perkembangan berkelanjutan di kawasan Cekungan Bandung. Ini juga akan mendukung upaya mengurangi emisi karbon.
Darurat Kualitas Sumber Daya Air
Isu krusial lainnya adalah kondisi sumber daya air, terutama kualitas Sungai Citarum. Herman Suryatman mengungkapkan bahwa kualitas air Sungai Citarum berada di angka 50 dari skala 100, yang mengindikasikan kategori cemar ringan. Kondisi ini menjadi "alarm" bagi semua pihak terkait.
Masalah air bersih di Cekungan Bandung masih menjadi pekerjaan rumah besar yang harus segera diselesaikan. Herman menegaskan bahwa kawasan ini tidak boleh terus-menerus dibiarkan bermasalah dalam urusan air. Upaya pemulihan dan konservasi sumber daya air harus menjadi prioritas utama.
Pemerintah daerah diminta untuk memperketat pengawasan terhadap limbah industri dan rumah tangga yang mencemari sungai. Edukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan sumber air juga perlu digencarkan. Ketersediaan air bersih adalah hak dasar yang harus dipenuhi bagi seluruh penduduk Cekungan Bandung.
Inovasi Penanganan Persampahan
Masalah persampahan juga menjadi perhatian serius, mengingat kapasitas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti yang semakin kritis. Pemerintah Provinsi Jawa Barat mendorong inovasi melalui teknologi Refuse Derived Fuel (RDF) sebagai solusi alternatif. Teknologi ini telah berhasil diterapkan di Sukabumi dan diharapkan bisa direplikasi.
Namun, Herman Suryatman menekankan bahwa kunci keberhasilan penanganan sampah ada pada pemilahan dari rumah tangga. Ia menyatakan bahwa teknologi canggih sekalipun tidak akan efektif jika sampah organik dan anorganik masih tercampur. Kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat sangat dibutuhkan.
Lebih lanjut, Herman meminta ketegasan dari para camat dan lurah dalam menjalankan program pengurangan sampah di tingkat lokal. Ia memberikan tenggat waktu enam bulan untuk menunjukkan progres signifikan. Evaluasi jabatan akan dilakukan jika target pengurangan sampah tidak tercapai, menunjukkan keseriusan Pemprov Jabar dalam mengatasi isu ini di Cekungan Bandung.