Tahukah Anda, 60% Kebun Kurang Produktif? Pemkab Tanjabtim Usulkan 1.200 Bibit Kelapa Unggul ke Kementan
Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim) mengusulkan 1.200 bibit kelapa unggul ke Kementan demi tingkatkan produktivitas. Akankah solusi ini mengatasi masalah lahan kurang produktif?

Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim), Provinsi Jambi, secara resmi mengajukan usulan 1.200 bibit kelapa unggul kepada Kementerian Pertanian (Kementan). Langkah strategis ini diambil sebagai respons positif terhadap penawaran Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, yang disampaikan beberapa waktu lalu saat kunjungan kerjanya ke Jambi. Tujuan utama dari pengajuan ini adalah untuk mendukung peningkatan produksi kelapa di wilayah tersebut secara signifikan.
Pengajuan bibit kelapa unggul ini merupakan bagian integral dari visi Pemkab Tanjabtim dalam mendukung program hilirisasi kelapa, mengingat Tanjabtim adalah salah satu dari dua kabupaten sentra kelapa utama di Provinsi Jambi. Bibit-bibit tersebut rencananya akan didistribusikan langsung kepada para petani, khususnya yang memiliki lahan kelapa yang sudah tidak produktif. Program ini diharapkan mampu merevitalisasi sektor perkebunan kelapa lokal secara menyeluruh.
Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunak) Kabupaten Tanjabtim, Riqo Yudawirja, menegaskan bahwa proposal lengkap telah disusun dan diajukan ke pemerintah pusat. Pihak dinas setempat akan melakukan pendataan secara cermat dan turun langsung ke lapangan. Pendekatan ini, yang dikenal dengan pola Calon Petani Calon Lahan (CP/CL), memastikan bantuan tepat sasaran dan memberikan dampak optimal bagi petani.
Tantangan Produktivitas Kebun Kelapa di Tanjabtim
Dari total 57 ribu hektare kebun kelapa yang tersebar di Kabupaten Tanjabtim, sebuah fakta mencengangkan terungkap: hampir 60 persen di antaranya menunjukkan hasil panen yang kurang memuaskan. Kondisi ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah daerah, mengingat potensi besar sektor perkebunan kelapa sebagai tulang punggung ekonomi sebagian masyarakat. Rendahnya produktivitas ini disebabkan oleh berbagai faktor kompleks yang memerlukan penanganan segera.
Salah satu penyebab utama menurunnya produktivitas adalah kontaminasi air asin yang merembes ke lahan-lahan perkebunan kelapa. Posisi geografis Tanjabtim yang dekat dengan pesisir pantai membuat banyak kebun rentan terhadap intrusi air laut. Air asin ini merusak kesuburan tanah dan menghambat pertumbuhan optimal tanaman kelapa, secara langsung berdampak pada kuantitas dan kualitas hasil panen petani.
Selain masalah intrusi air asin, usia tanaman kelapa yang sudah melebihi batas normal produktivitas juga menjadi faktor signifikan. Banyak pohon kelapa di Tanjabtim telah tua dan tidak lagi mampu menghasilkan buah secara optimal, sehingga sangat memerlukan peremajaan. Program pengadaan bibit kelapa unggul ini diharapkan dapat menjadi solusi jangka panjang untuk mengganti tanaman tua dan meningkatkan kualitas serta kuantitas hasil panen secara berkelanjutan.
Upaya Komprehensif Peningkatan Produksi Kelapa
Selain pengajuan bibit kelapa unggul, Pemerintah Kabupaten Tanjabtim juga mengusulkan berbagai bantuan lain yang bersifat komprehensif untuk mendukung sektor perkebunan kelapa. Usulan ini mencakup bantuan pupuk olah tanah yang esensial untuk menjaga kesuburan lahan dan nutrisi tanaman kelapa. Ketersediaan pupuk yang memadai diharapkan dapat mempercepat pemulihan lahan yang terkontaminasi dan meningkatkan vitalitas pohon.
Dalam upaya mengatasi masalah tata air yang krusial, Pemkab Tanjabtim juga mengusulkan bantuan Tata Air Mikro (TAM) sebanyak 600 unit. Sistem TAM ini dirancang khusus untuk pengaturan air di kebun kelapa, berfungsi mempertahankan ketersediaan air tawar dan memfasilitasi lalu lintas hasil panen. Pengelolaan air yang efektif sangat penting untuk mencegah dampak negatif dari air asin dan memastikan pertumbuhan kelapa yang optimal.
Lebih lanjut, untuk penataan infrastruktur air secara masif, pihak dinas juga mengusulkan bantuan alat berat berupa 10 unit ekskavator. Alat berat ini akan digunakan untuk mengatur tata air lahan kelapa, termasuk pembuatan saluran drainase atau tanggul penahan air asin. Dengan demikian, diharapkan kontaminasi air asin dapat diminimalisir secara signifikan, memungkinkan pohon kelapa tumbuh subur dan produktif kembali, serta mendukung program hilirisasi yang dicanangkan Kementan.