Tahukah Anda, Komdigi Dukung Pengembangan Pusat Data AI dan Perluas Konektivitas Digital Pulau Riau
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Komdigi) berkomitmen penuh mendukung pengembangan pusat data AI dan perluasan konektivitas digital Pulau Riau, mengatasi blank spot dan sinyal lemah.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Komdigi) menyatakan dukungan penuh terhadap inisiatif Pemerintah Provinsi Pulau Riau. Dukungan ini berfokus pada penanganan area tanpa sinyal (blank spot), peningkatan cakupan jaringan yang lemah, serta mendorong investasi untuk zona kecerdasan buatan (AI) dan pusat data nasional di Pulau Bintan.
Usulan strategis ini disampaikan langsung oleh Wakil Gubernur Pulau Riau, Nyanyang Haris Pratamura, dalam pertemuan dengan Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika, Nezar Patria, di Jakarta. Pertemuan yang berlangsung pada Jumat lalu ini menjadi landasan bagi langkah-langkah konkret untuk mempercepat transformasi digital di wilayah kepulauan tersebut.
Langkah ini diharapkan mampu memposisikan Pulau Riau sebagai garda terdepan digital Indonesia. Dengan mengatasi tantangan konektivitas dan membangun infrastruktur AI, wilayah ini siap menjadi hub penting dalam ekosistem digital nasional, mendukung pemerataan akses dan inovasi teknologi.
Mengatasi Tantangan Blank Spot dan Sinyal Lemah
Pemerintah Provinsi Pulau Riau telah mengidentifikasi 22 area blank spot dan 124 zona dengan sinyal jaringan yang lemah. Wilayah-wilayah ini tersebar di lima kabupaten, yaitu Bintan, Anambas, Lingga, Natuna, dan Karimun, yang sangat membutuhkan perhatian serius untuk peningkatan konektivitas digital Pulau Riau.
Nyanyang Haris Pratamura menekankan bahwa beberapa daerah, khususnya Natuna dan Anambas, yang termasuk dalam kategori 3T (tertinggal, terdepan, terluar), memerlukan penanganan prioritas. Selain itu, wilayah seperti Tambelan, Dabo, dan Lingga juga menjadi fokus utama dalam upaya pemerataan akses telekomunikasi.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Menteri Komdigi Nezar Patria menyatakan dukungan penuh dan mengapresiasi data lengkap yang disampaikan oleh Dinas Komunikasi Pulau Riau, termasuk koordinat geografis. Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Komdigi akan segera menindaklanjuti permasalahan 22 blank spot dan 124 area sinyal lemah tersebut.
Percepatan pembangunan infrastruktur TIK di daerah 3T merupakan prioritas nasional. Hal ini sejalan dengan agenda pemerintah untuk mewujudkan transformasi digital yang merata dan berkeadilan di seluruh pelosok Indonesia.
Pulau Bintan: Pusat Data AI dan Infrastruktur Digital Strategis
Selain masalah konektivitas, Pemerintah Provinsi Pulau Riau juga memaparkan rencana ambisius untuk mengembangkan zona AI dan pusat data nasional di Pulau Bintan. Untuk proyek ini, telah dialokasikan lahan seluas tiga ribu hektar, menunjukkan komitmen serius terhadap pengembangan infrastruktur digital masa depan.
Lokasi yang dipilih merupakan bekas area pertambangan yang memiliki potensi besar untuk sumber energi terbarukan, termasuk tenaga air, surya, dan angin. Keunggulan lain dari lokasi ini adalah akses langsung ke jaringan kabel laut internasional, menjadikannya sangat strategis untuk pusat data berskala global.
Proyek ini bukan sekadar infrastruktur digital biasa, melainkan sebuah lompatan strategis untuk memposisikan Pulau Riau sebagai garda terdepan digital Indonesia. Integrasi kapasitas pasokan listrik hingga satu gigawatt, klasifikasi data terbuka untuk layanan cloud pihak ketiga, dan dukungan dari Program Revitalisasi Nasional (PRN) untuk pengembangan infrastruktur energi di Tanjunguban dan Kijang akan menjadi kunci keberhasilan proyek ini.
Sinergi Pemerintah dan Swasta untuk Transformasi Digital Hijau
Direktur Jenderal Teknologi Pemerintahan Digital Komdigi, Mira Tayyiba, menegaskan bahwa proyek zona AI dan pusat data di Pulau Riau adalah proyek strategis yang akan didanai sepenuhnya oleh sektor swasta. Namun, keterlibatan aktif dari pemerintah daerah sangat diharapkan, termasuk kontribusi minimal 15 persen dari total nilai investasi.
Tayyiba menekankan bahwa skema ini mencerminkan kolaborasi yang adil antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan mitra sektor swasta. Pentingnya teknologi hijau juga menjadi sorotan utama dalam operasional proyek ini, mengingat tuntutan energi tinggi dari pemrosesan AI.
Pusat data harus mengandalkan energi terbarukan dan sistem pendingin yang efisien. Mengingat kebutuhan energi yang sangat besar untuk pemrosesan AI, pendekatan yang ramah lingkungan menjadi sangat esensial untuk keberlanjutan dan dampak positif proyek ini terhadap lingkungan.