Tahukah Anda? Produksi Melimpah, Palawija dan Umbi-umbian di Lebak Jadi Alternatif Pangan Kaya Gizi
Dinas Ketahanan Pangan Lebak mendorong masyarakat untuk menjadikan palawija sebagai alternatif pangan utama, mengingat kandungan gizi dan karbohidratnya yang tinggi.

Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, mendorong masyarakat untuk tidak hanya bergantung pada beras sebagai makanan pokok. Produksi palawija dan umbi-umbian di daerah tersebut kini diusulkan sebagai alternatif pangan yang menjanjikan. Langkah ini diambil untuk memastikan ketersediaan pangan yang lebih beragam dan bergizi bagi seluruh warga.
Kepala Bidang Distribusi dan Sumberdaya Pangan Dinas Ketahanan Pangan Lebak, Benu Dwiyana, menyatakan bahwa komoditas seperti jagung, kacang tanah, talas, singkong, dan ubi jalar memiliki potensi besar. Tanaman-tanaman ini kaya akan gizi dan karbohidrat, menjadikannya pengganti yang setara atau bahkan lebih baik dari beras. Diversifikasi pangan menjadi kunci utama dalam strategi ketahanan pangan lokal.
Inisiatif ini bertujuan untuk mengubah pola konsumsi masyarakat agar lebih bervariasi dan sehat. Dengan melimpahnya hasil panen palawija dan umbi-umbian di Lebak, potensi untuk mengurangi ketergantungan pada satu jenis makanan pokok sangat terbuka. Hal ini juga diharapkan dapat meningkatkan nilai ekonomis dari produk pertanian lokal.
Potensi Gizi dan Karbohidrat Palawija
Palawija dan umbi-umbian dikenal memiliki kandungan gizi serta karbohidrat yang tinggi, menjadikannya pilihan ideal sebagai pengganti beras. Jagung, misalnya, adalah sumber serat dan antioksidan yang baik. Sementara itu, singkong dan ubi jalar menawarkan energi yang stabil dan berbagai vitamin penting.
Menurut Benu Dwiyana, komoditas seperti talas, sukun, gandum, dan ganyong juga termasuk dalam daftar alternatif pangan yang direkomendasikan. Keberagaman jenis ini memberikan banyak pilihan bagi masyarakat untuk menyesuaikan dengan selera dan kebutuhan gizi mereka. Ini menunjukkan betapa kayanya sumber daya alam di Lebak.
Data produksi periode Januari hingga Juli terkini di Kabupaten Lebak menunjukkan angka yang signifikan. Total produksi jagung, kacang tanah, kacang hijau, ubi jalar, singkong, dan talas mencapai 4.522 ton. Angka ini menegaskan potensi besar palawija sebagai alternatif pangan yang berkelanjutan.
Tantangan dan Solusi Diversifikasi Pangan
Meskipun produksi palawija dan umbi-umbian melimpah, tantangan utama terletak pada pengelolaan dan keragaman pangan yang belum optimal. Masyarakat Lebak cenderung mengolahnya secara sederhana, seperti direbus atau digoreng. Hal ini menyebabkan produk-produk tersebut belum memiliki nilai jual dan daya tarik yang tinggi di pasaran.
Dinas Ketahanan Pangan berharap masyarakat dapat melakukan diversifikasi pangan untuk meningkatkan nilai tambah. Palawija dan umbi-umbian bisa diolah menjadi berbagai produk inovatif. Contohnya, bolu, lapis, roti, atau keripik yang tidak hanya enak tetapi juga bergizi.
Diversifikasi olahan ini tidak hanya memperkaya pilihan makanan pokok tetapi juga membuka peluang ekonomi baru. Dengan inovasi produk, palawija dapat bersaing di pasar yang lebih luas dan meningkatkan pendapatan petani. Ini adalah langkah strategis untuk memperkuat ketahanan pangan sekaligus ekonomi lokal.
Siti Samsiah, seorang warga Rangkasbitung, Lebak, telah merasakan manfaat diversifikasi pangan ini. Selama dua tahun terakhir, ia mengonsumsi palawija dan umbi-umbian sebagai pengganti beras. Ia menyatakan bahwa pola makan ini tidak hanya menyehatkan tetapi juga membantu mengontrol kadar gula darah.