Produksi Palawija Lebak Tembus 2.887 Ton, Petani Singkong Raup Untung Besar!
Produksi empat komoditas palawija di Lebak mencapai 2.887 ton pada periode Januari-April 2025, dengan petani singkong meraup pendapatan hingga Rp60 juta per hektare.

Kabupaten Lebak, Banten berhasil membukukan hasil produksi empat komoditas palawija yang signifikan, yaitu 2.887 ton selama periode Januari hingga April 2025. Pencapaian ini merupakan kabar baik bagi program swasembada pangan nasional dan peningkatan ekonomi keluarga petani di Lebak. Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak, Deni Iskandar, mengungkapkan bahwa keberhasilan ini didorong oleh kerja keras para petani dan dukungan pemerintah daerah.
Dari total produksi 2.887 ton, rinciannya meliputi jagung 1.563 ton, kacang tanah 147 ton, singkong 932 ton, dan ubi jalar 245 ton. Luas lahan panen yang digunakan mencapai 609 hektare. Meskipun sebagian besar petani Lebak masih mengandalkan padi sebagai sumber pendapatan utama, peningkatan produksi palawija ini menunjukkan potensi ekonomi baru yang menjanjikan.
Pemerintah Kabupaten Lebak menargetkan peningkatan produksi palawija hingga 40.000 ton pada tahun 2025. Target ambisius ini diyakini mampu menggerakkan perekonomian daerah dengan perputaran uang yang mencapai miliaran rupiah per tahun. Hal ini didasari oleh beberapa faktor, di antaranya kemudahan perawatan tanaman palawija, ketahanan terhadap hama penyakit, serta minimnya kebutuhan pupuk kimia.
Potensi Palawija: Mudah Dirawat dan Untung Besar
Salah satu keunggulan komoditas palawija adalah perawatannya yang relatif mudah. Tanaman ini tidak memerlukan perawatan intensif seperti padi, sehingga lebih efisien bagi petani. Selain itu, palawija juga relatif tahan terhadap organisme pengganggu tanaman (OPT), mengurangi risiko kerugian bagi petani. Penggunaan pupuk organik, seperti pupuk dari kotoran hewan ternak atau limbah organik yang telah difermentasi, semakin menekan biaya produksi.
Pemerintah Kabupaten Lebak juga memberikan dukungan nyata dengan memfasilitasi akses lahan bagi petani. Petani dapat memanfaatkan lahan milik BUMN seperti Perkebunan Nusantara dan Perhutani melalui sistem sewa. Langkah ini diharapkan dapat memperluas area tanam dan meningkatkan produksi palawija secara signifikan.
Deni Iskandar berharap, produksi palawija akan terus meningkat dan menjadi andalan ekonomi baru bagi petani Lebak di masa mendatang. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk diversifikasi pertanian dan peningkatan pendapatan petani.
Kisah Sukses Petani Singkong di Maja
Di Kecamatan Maja, Kabupaten Lebak, sejumlah petani telah merasakan dampak positif dari budidaya singkong. Mereka memanfaatkan lahan yang disewa dari pengembang perumahan yang belum terpakai. Salah satu petani, Oman, mengungkapkan bahwa ia mampu memanen singkong hingga 30 ton per hektare dengan harga jual Rp2.000 per kilogram.
Dengan demikian, dalam kurun waktu 10 bulan, Oman mampu menghasilkan pendapatan hingga Rp60 juta. Kisah sukses Oman ini menjadi bukti nyata potensi ekonomi yang besar dari komoditas palawija, khususnya singkong, di Kabupaten Lebak. Keberhasilan ini diharapkan dapat menginspirasi petani lain untuk mengembangkan komoditas palawija.
Keberhasilan budidaya singkong di Maja juga menunjukkan bahwa pemanfaatan lahan terlantar dapat memberikan kontribusi positif bagi perekonomian masyarakat. Hal ini membuka peluang bagi pengembangan pertanian palawija di lahan-lahan yang belum termanfaatkan secara optimal.
Dengan dukungan pemerintah dan semangat para petani, diharapkan produksi palawija di Kabupaten Lebak akan terus meningkat dan memberikan dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat.
Ke depan, perlu adanya upaya berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi palawija di Lebak. Peningkatan akses terhadap teknologi pertanian, pelatihan bagi petani, serta pengembangan pasar yang terintegrasi akan sangat membantu dalam mencapai target produksi 40.000 ton pada tahun 2025.