Produksi Jagung Lebak Tembus 1.563 Ton, Dongkrak Ekonomi Petani
Produksi jagung di Lebak periode Januari-April 2025 mencapai 1.563 ton, mendongkrak perekonomian petani dan menjadi andalan utama pendapatan mereka.

Kabupaten Lebak, Banten, mencatatkan produksi jagung yang signifikan pada periode Januari-April 2025. Sebanyak 1.563 ton jagung dihasilkan dari lahan seluas 402 hektare, memberikan dampak positif bagi perekonomian petani setempat. Hal ini menunjukkan peran penting komoditas jagung dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga petani di wilayah tersebut. Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak, Deni Iskandar, mengungkapkan bahwa keberhasilan ini didorong oleh upaya pemerintah daerah dan semangat para petani dalam meningkatkan produktivitas.
Dengan rata-rata harga jagung kering mencapai Rp5.000 per kilogram, produksi jagung tersebut diperkirakan menghasilkan perputaran uang miliaran rupiah. Angka ini menunjukkan kontribusi signifikan sektor pertanian jagung terhadap perekonomian Kabupaten Lebak. Selain itu, produksi jagung ini juga menjadi andalan ekonomi petani, bersanding dengan komoditas padi sebagai sumber pangan utama.
Keberhasilan ini tidak terlepas dari penggunaan varietas unggul dan jagung hibrida yang banyak diminati pasar. Pemerintah daerah pun mendorong petani untuk terus memperluas areal penanaman jagung hibrida guna meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarga petani. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan produktivitas pertanian dan mendukung ketahanan pangan nasional.
Petani Lebak: Penghasil Jagung Terbesar di Banten
Kabupaten Lebak saat ini menjadi penghasil jagung terbesar di Provinsi Banten. Para petani di Lebak berhasil mengembangkan tanaman jagung di lahan yang luasnya mencapai ribuan hektare. Sentra produksi jagung tersebar di beberapa kecamatan, termasuk Gunungkencana, Maja, Curugbitung, Cileles, Cimarga, Leuwidamar, dan wilayah Lebak selatan.
Yang menarik, petani tidak hanya mengandalkan lahan milik sendiri. Mereka juga memanfaatkan lahan milik BUMN, perusahaan swasta, lembaga kementerian, dan lahan dari pengembang perumahan yang belum dimanfaatkan. Hal ini menunjukkan kreativitas dan inisiatif petani dalam mengoptimalkan sumber daya yang tersedia.
Jagung yang dihasilkan sebagian besar dipasarkan ke perusahaan peternak unggas dan sisanya ke pasar tradisional. Sistem pemasaran yang beragam ini menjamin stabilitas harga dan akses pasar yang lebih luas bagi para petani.
Pendapatan Menjanjikan dari Jagung Hibrida
Samsuri, seorang petani di Gunungkencana, mengungkapkan bahwa pertanian jagung telah menjadi andalan ekonomi warga di wilayahnya. Siklus panen yang relatif singkat, sekitar 100-110 hari setelah tanam, membuat jagung menjadi pilihan yang menguntungkan.
Dengan produktivitas rata-rata 7 ton per hektare dan harga jual Rp5.000 per kilogram, setiap panen dapat menghasilkan pendapatan kotor sekitar Rp35 juta. Setelah dikurangi biaya operasional seperti upah kerja, pupuk, dan benih (sekitar Rp15 juta), petani masih dapat memperoleh keuntungan bersih sekitar Rp20 juta per panen.
Samsuri menambahkan bahwa hasil panen jagung di wilayahnya seringkali mencapai ribuan ton dan banyak diserap oleh perusahaan peternakan di Balaraja, Tangerang. Hal ini menunjukkan tingginya permintaan pasar terhadap jagung produksi Lebak.
Samad, petani lain di Gunungkencana, mengungkapkan hal senada. Ia dan petani lain memanfaatkan lahan milik BUMN dengan sistem sewa untuk mengembangkan pertanian jagung hibrida. Ribuan hektare lahan telah dimanfaatkan untuk budidaya jagung, memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi para petani dan keluarga mereka.
Pendapatan sekitar Rp20 juta per hektare per panen sangat membantu perekonomian keluarga petani. Keberhasilan budidaya jagung di Lebak ini menjadi contoh nyata bagaimana sektor pertanian dapat menjadi penggerak utama perekonomian di daerah pedesaan.
Keberhasilan budidaya jagung di Lebak menunjukkan potensi besar sektor pertanian dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan dukungan pemerintah dan semangat para petani, diharapkan produksi jagung di Lebak akan terus meningkat di masa mendatang, sekaligus berkontribusi pada ketahanan pangan nasional.