Terungkap! Daun Jarak Pagar Jadi Solusi Biointervensi Ikan, Cegah Keracunan Histamin pada Tuna & Cakalang
Akademisi Unpatti sukses kembangkan teknologi biointervensi ikan menggunakan daun jarak pagar. Inovasi ini efektif cegah keracunan histamin pada ikan laut, amankah dikonsumsi?

Akademisi Universitas Pattimura (Unpatti), Prof. Beni Setha, baru-baru ini mengumumkan pengembangan inovasi penting di bidang perikanan. Ia berhasil menciptakan teknologi biointervensi yang memanfaatkan senyawa bioaktif dari daun jarak pagar. Inovasi ini ditujukan untuk mengatasi masalah keracunan histamin pada ikan laut, khususnya jenis Scombridae.
Pengumuman ini disampaikan di Ambon pada Minggu (10/8), menyoroti urgensi penanganan pascapanen yang tepat. Keracunan histamin seringkali terjadi akibat praktik penanganan yang kurang memadai, yang tidak hanya membahayakan kesehatan konsumen tetapi juga merugikan industri perikanan nasional. Solusi ini diharapkan dapat meningkatkan keamanan pangan.
Teknologi ini berfokus pada bidang teknologi pascapanen hasil perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Unpatti. Dengan potensi perikanan Maluku yang mencapai 1,64 juta ton per tahun, pencegahan keracunan histamin menjadi krusial untuk menjaga kualitas komoditas ekspor bernilai tinggi. Pengembangan ini menjadi langkah maju bagi keberlanjutan sektor perikanan.
Ancaman Keracunan Histamin pada Hasil Laut
Keracunan histamin merupakan isu serius dalam industri perikanan global, terutama pada ikan dari keluarga Scombridae seperti tuna, tongkol, dan cakalang. Senyawa histamin terbentuk ketika bakteri tertentu mengubah histidin, asam amino alami dalam ikan, menjadi histamin akibat penanganan yang tidak tepat setelah penangkapan. Konsumsi ikan dengan kadar histamin tinggi dapat menyebabkan gejala alergi seperti ruam, mual, muntah, hingga sakit kepala.
Provinsi Maluku, dengan potensi lestari perikanan yang melimpah, sangat bergantung pada sektor ini sebagai tulang punggung ekonominya. Namun, tanpa penanganan yang memadai, ikan hasil tangkapan berisiko tinggi menghasilkan histamin dalam jumlah membahayakan. Hal ini tidak hanya mengurangi nilai jual produk tetapi juga dapat merusak reputasi pasar perikanan Indonesia.
Masalah keracunan histamin telah menjadi perhatian utama bagi otoritas kesehatan dan industri. Upaya pencegahan dan mitigasi sangat diperlukan untuk memastikan keamanan produk perikanan yang sampai ke tangan konsumen. Inovasi seperti biointervensi ikan menjadi harapan baru dalam menghadapi tantangan ini.
Potensi Daun Jarak Pagar sebagai Solusi Biointervensi
Prof. Beni Setha menjelaskan bahwa penggunaan daun jarak pagar (Jatropha curcas L.) menawarkan solusi inovatif dan berkelanjutan. Daun ini mengandung senyawa bioaktif seperti flavonoid, tanin, dan saponin yang memiliki sifat antimikroba dan antioksidan. Senyawa-senyawa ini bekerja sinergis untuk menghambat pertumbuhan bakteri pembentuk histamin.
Selain menghambat pertumbuhan bakteri, ekstrak daun jarak pagar juga mampu menonaktifkan enzim histidin dekarboksilase, enzim kunci dalam proses pembentukan histamin. Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa senyawa ini dapat menetralkan histamin yang sudah terbentuk dalam daging ikan. Konsep biointervensi ikan ini bukan sekadar gagasan teoritis, melainkan telah teruji secara ilmiah.
Studi menunjukkan bahwa daun jarak pagar yang lebih tua memiliki efektivitas lebih tinggi dalam menurunkan kadar histamin dibandingkan daun muda. Bahkan, ikan bermutu rendah yang direbus bersama daun ini terbukti tetap aman dikonsumsi tanpa menimbulkan gejala keracunan. Ini menunjukkan potensi besar daun jarak pagar sebagai agen pencegah keracunan.
Mekanisme Ilmiah dan Uji Efektivitas
Uji biofarmaka pada hewan coba membuktikan fraksi alkaloid dari daun jarak pagar, dengan rumus molekul C₅H₇NO₂, memberikan waktu penyembuhan tercepat dan aktivitas antibakteri signifikan. Ekstrak etil asetat dan metanol daun jarak pagar juga terbukti efektif menghambat bakteri pembentuk histamin seperti Klebsiella pneumoniae, Enterobacter aerogenes, dan Clostridium perfringens. Hasil perendaman ikan tongkol dalam ekstrak ini secara signifikan menurunkan jumlah bakteri dan kadar histamin.
Pengamatan menggunakan mikroskop elektron mengonfirmasi kerusakan struktural pada dinding sel bakteri. Kerusakan ini menyebabkan lisis atau pecahnya sel bakteri dan kegagalan pembelahan, sehingga menghambat proliferasi bakteri penyebab histamin. Temuan ini memberikan dasar ilmiah yang kuat untuk efektivitas daun jarak pagar.
"Hasil penelitian kami menunjukkan ekstrak daun jarak pagar dapat menurunkan kadar histamin ikan secara signifikan dan aman digunakan," ujar Prof. Beni Setha. Ini menegaskan bahwa solusi biointervensi ikan ini tidak hanya efektif tetapi juga aman bagi konsumen.
Dampak dan Prospek Masa Depan
Pemanfaatan daun jarak pagar sebagai biointervensi merupakan contoh nyata dari ekonomi sirkular dan teknologi hijau. Tanaman liar yang sebelumnya mungkin dianggap tidak bernilai kini diubah menjadi solusi penting untuk keamanan pangan laut. Inovasi ini sekaligus memperkuat posisi Unpatti sebagai pusat keunggulan perikanan tropis di tingkat global.
Ke depan, Prof. Beni berencana untuk melanjutkan riset. Fokus penelitian selanjutnya adalah uji toksisitas menyeluruh, optimasi metode ekstraksi yang lebih ramah lingkungan, serta standarisasi proses produksi. Langkah-langkah ini penting agar teknologi ini dapat diadopsi secara luas oleh nelayan dan industri perikanan.
Pengembangan teknologi biointervensi ikan ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas dan keamanan produk perikanan Indonesia. Dengan demikian, nilai ekspor ikan dapat meningkat, kesejahteraan nelayan terjamin, dan konsumen dapat menikmati hasil laut yang lebih aman dan berkualitas. Ini adalah langkah progresif bagi sektor perikanan nasional.