Terungkap: Gunung Soputan Alami 23 Kali Gempa Guguran, Status Waspada Sejak 2019
Badan Geologi merekam 23 kali gempa guguran di Gunung Soputan pada awal Juli 2025. Meskipun aktivitas seismik tinggi, status gunung ini masih waspada.

Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan aktivitas seismik signifikan di Gunung Soputan. Tercatat 23 kali gempa guguran terjadi di gunung api yang berlokasi di Kabupaten Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara ini. Data tersebut terekam dalam periode dua minggu, mulai tanggal 1 hingga 15 Juli 2025.
Selain gempa guguran, seismograf juga merekam fenomena kegempaan lainnya. Sebanyak 19 kali gempa vulkanik dangkal dan 13 kali gempa vulkanik dalam turut terdeteksi. Gempa tektonik lokal tercatat dua kali, sementara gempa tektonik jauh mencapai 68 kali dalam periode yang sama.
Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid AN, menyampaikan laporan ini yang diterima di Manado pada Kamis, 31 Juli 2025. Meskipun aktivitas instrumental menunjukkan kegempaan yang tinggi, pengamatan visual menunjukkan guguran belum teramati. Tinggi asap kawah rata-rata masih di bawah 100 meter dari puncak.
Deteksi Aktivitas Seismik Gunung Soputan
Aktivitas kegempaan Gunung Soputan secara instrumental masih menunjukkan pola yang tinggi dan berfluktuatif. Data ini menunjukkan bahwa energi di dalam gunung masih aktif dan perlu pemantauan berkelanjutan. Kepala Balai Pemantauan Gunung Api dan Mitigasi Bencana Gerakan Tanah Sulawesi dan Maluku, Juliana DJ Rumambi, membagikan laporan tersebut.
Perbandingan aktivitas kegempaan dengan periode sebelumnya menunjukkan relatif tidak ada perubahan signifikan. Baik gempa vulkanik maupun gempa tektonik menunjukkan pola yang serupa. Demikian pula, secara deformasi, tidak ada perubahan berarti yang terdeteksi pada tubuh Gunung Soputan.
Pemantauan seismik menjadi kunci utama dalam memahami dinamika internal gunung api. Rekaman gempa guguran, vulkanik, dan tektonik memberikan indikasi tentang pergerakan magma dan batuan di bawah permukaan. Informasi ini sangat vital untuk penilaian risiko dan mitigasi bencana.
Potensi Bahaya dan Status Gunung Soputan
Muhammad Wafid menjelaskan potensi bahaya yang mungkin timbul dari aktivitas Gunung Soputan saat ini. Bahaya utama meliputi lontaran material vulkanik serta aliran atau guguran lava maupun piroklastik. Area di sekitar kawah dan lereng gunung menjadi zona yang paling berisiko tinggi.
Selain bahaya primer, potensi bahaya sekunder juga perlu diwaspadai. Jika terjadi erupsi gunung api, lahar dapat terjadi di sepanjang sungai atau lembah yang berhulu di Gunung Soputan. Masyarakat yang tinggal di sekitar aliran sungai tersebut harus selalu siaga terhadap kemungkinan ini.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) sebelumnya telah menurunkan status Gunung Soputan. Status gunung api ini berubah dari Siaga menjadi Waspada. Penurunan status tersebut berlaku efektif sejak tanggal 8 Oktober 2019, pukul 16:00 Wita. Meskipun statusnya waspada, pemantauan ketat tetap dilakukan untuk memastikan keselamatan warga.