Tradisi Besanjo di Palembang: Silaturahmi Lebaran yang Hangat dan Penuh Makna
Masyarakat Palembang menjaga tradisi Besanjo, silaturahmi Lebaran dengan mengunjungi rumah tetangga dan keluarga, berbagi cerita, dan THR untuk anak-anak.

Lebaran di Palembang identik dengan tradisi unik bernama Besanjo. Tradisi ini melibatkan silaturahmi dari rumah ke rumah, menyatukan warga, tetangga, dan keluarga dalam suasana hangat dan penuh makna. Tradisi yang telah berlangsung turun-temurun ini dipercaya telah ada sejak zaman dahulu, seiring dengan sejarah Kota Palembang sebagai kota tertua di Indonesia. Pada Lebaran tahun ini, tradisi Besanjo kembali dirayakan dengan meriah, menunjukkan kelanjutan tradisi budaya yang kaya di Sumatera Selatan.
Bagaimana tradisi Besanjo dijalankan? Usai menunaikan Shalat Idul Fitri, warga Palembang langsung memulai tradisi ini. Mereka secara bergiliran mengunjungi rumah tetangga untuk bersanjo, berbagi cerita, bercanda, dan menikmati hidangan khas Palembang. Suasana penuh keakraban dan kebersamaan tercipta dalam momen ini, diwarnai dengan saling bersalaman, bermaaf-maafan, dan bernostalgia bersama. Rohalik (74), warga Keramasan, Palembang, menggambarkan tradisi ini sebagai momen berharga untuk mempererat tali silaturahmi.
"Bercerita, bersendagurau, menikmati jamuan khas Kota Palembang, saling bersalaman, bermaaf-maafan, bernostalgia, itulah yang dilakukan dalam tradisi bersanjo," ungkap Rohalik. Tradisi ini bukan hanya sekedar kunjungan, melainkan perwujudan rasa kebersamaan dan persaudaraan di tengah masyarakat Palembang. Besanjo menjadi bukti nyata bagaimana nilai-nilai sosial dan budaya dijaga dan dilestarikan dari generasi ke generasi.
Tradisi Besanjo: Lebih dari Sekedar Silaturahmi
Dalam beberapa tahun terakhir, tradisi Besanjo mengalami sedikit perkembangan yang positif. Selain silaturahmi dan berbagi hidangan, tradisi berbagi uang tunjangan hari raya (THR) kepada anak-anak juga menjadi bagian tak terpisahkan dari Besanjo. Hal ini semakin menambah keceriaan dan keakraban dalam suasana Lebaran. Pemberian THR ini menjadi simbol kasih sayang dan perhatian kepada generasi muda.
Tradisi Besanjo berlangsung selama beberapa hari, bahkan bisa mencapai satu minggu lamanya, selama momentum Lebaran. Tidak hanya di Idul Fitri, tradisi ini juga dijalankan pada perayaan Idul Adha, menunjukkan betapa pentingnya silaturahmi bagi masyarakat Palembang.
Uniknya, tradisi Besanjo juga diadopsi oleh Pemerintah Kota Palembang. Wali Kota Palembang, Ratu Dewa, membuka rumah dinas untuk umum selama dua hari, sebagai bentuk partisipasi dalam melestarikan tradisi ini. Hal ini menunjukkan dukungan pemerintah terhadap pelestarian budaya lokal.
Wali Kota Palembang turut serta dalam Tradisi Besanjo
"Minal 'Aidin wal-Faizin, di masa kepemimpinan kami, bersama keluarga kami mohon maaf lahir dan batin, kami buka rumah dinas untuk warga yang ingin besanjo silakan," ujar Ratu Dewa. Langkah ini merupakan bentuk nyata dukungan pemerintah dalam menjaga dan melestarikan tradisi Besanjo sebagai warisan budaya Palembang.
Dengan dibukanya rumah dinas Wali Kota untuk umum, tradisi Besanjo semakin terasa meriah dan melibatkan lebih banyak warga. Ini menjadi contoh nyata bagaimana pemerintah dapat berperan aktif dalam menjaga dan melestarikan tradisi budaya lokal.
Tradisi Besanjo di Palembang bukan hanya sekadar tradisi kunjungan Lebaran biasa, tetapi merupakan perwujudan nilai-nilai sosial dan budaya yang kental. Tradisi ini mengajarkan pentingnya silaturahmi, kebersamaan, dan saling menghormati antar sesama. Besanjo menjadi bukti nyata bagaimana masyarakat Palembang menjaga dan melestarikan warisan budaya mereka untuk generasi mendatang. Semoga tradisi ini tetap lestari dan terus diwariskan dari generasi ke generasi.