Tradisi Nyadran di Bantul: Kemas Ulang Budaya Jawa untuk Menarik Wisatawan
Kelurahan Gilangharjo, Bantul, berencana mengembangkan tradisi Nyadran menjadi atraksi budaya yang lebih menarik, dengan kirab ingkung dan potensi pendanaan dari Danais.

Pemerintah Kelurahan Gilangharjo, Pandak, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) berinisiatif untuk mengubah upacara Nyadran, tradisi Jawa menyambut bulan Ramadhan, menjadi atraksi budaya yang menarik minat wisatawan. Inisiatif ini muncul setelah melihat kesuksesan penyelenggaraan Nyadran selama dua tahun terakhir. Perubahan ini diharapkan dapat meningkatkan daya tarik budaya lokal dan memberikan dampak ekonomi positif bagi masyarakat.
Ketua Badan Permusyawaratan Kelurahan (Bamuskal) Gilangharjo, Muh Zainul Zain, menjelaskan bahwa pengembangan ini akan meliputi penambahan elemen kirab ingkung. Kirab ingkung ini akan menjadi bagian dari upacara Nyadran, dengan prosesi mengarak ingkung (hidangan ayam utuh yang dibakar) dari rumah kepala dusun menuju makam leluhur. Hal ini berbeda dengan pelaksanaan Nyadran sebelumnya yang lebih fokus pada doa dan pembagian berkat.
"'Nyadran itu upacara adat budaya, dan kita sudah membawa di dua tahun ini, tahun depan kita coba kemas sedikit dikit agar upacara adat budaya ini bisa menjadi sebuah agenda atraksi budaya,'" kata Muh Zainul Zain. Dengan adanya kirab ingkung ini, diharapkan Nyadran dapat menarik lebih banyak pengunjung dan menjadi daya tarik wisata budaya di Bantul.
Mengembangkan Tradisi Nyadran Menjadi Atraksi Budaya
Pengembangan tradisi Nyadran ini juga didorong oleh peningkatan jumlah ingkung yang terkumpul setiap tahunnya. Pada Nyadran tahun ini, terkumpul 17 ingkung yang disumbangkan warga dan dinikmati bersama. Peningkatan ini menunjukkan antusiasme masyarakat terhadap tradisi Nyadran dan potensi untuk mengembangkannya lebih lanjut.
Muh Zainul Zain berharap, pengembangan Nyadran dapat didukung oleh Dana Keistimewaan (Danais) dari Pemda DIY. Anggaran tersebut akan digunakan untuk mendukung kegiatan kirab ingkung, yang direncanakan melibatkan 40 ingkung dan 40 orang panitia. Meskipun swadaya masyarakat tetap diutamakan, Danais diharapkan dapat mengurangi beban biaya dan meningkatkan kualitas atraksi budaya.
"'Ke depan ini betul-betul menjadi sebuah atraksi adat budaya yang bisa mengais Dana Keistimewaan (Danais) di tahun berikutnya, karena sudah ada kegiatan, jadi ibarat kita mau menunjukkan prestasi ini sudah ada kegiatan, terlatih dan ini dianggarkan,'" tambahnya. Dengan dukungan Danais, diharapkan Nyadran dapat menjadi agenda budaya yang berkelanjutan dan semakin menarik bagi wisatawan.
Tradisi Nyadran di Dusun Jodog
Kepala Dusun Jodog, Bayu Yunarko, menambahkan bahwa tradisi Nyadran di wilayahnya selalu dilaksanakan setiap tahun, seminggu sebelum bulan Ramadhan. Waktu pelaksanaan yang tetap memudahkan para ahli waris yang berada di luar kota untuk turut berpartisipasi.
Antusiasme masyarakat terhadap tradisi Nyadran terus meningkat, terbukti dari tahun ke tahun jumlah sumbangan ingkung juga bertambah. Hal ini menunjukkan bahwa tradisi Nyadran masih sangat dijaga dan dihargai oleh masyarakat setempat.
"'Terbukti sedekah yang mereka berikan pun bertambah. Misal untuk ingkung ayam jika nyadran tahun lalu ada 10 ingkung pada nyadran tahun ini terkumpul 17 ingkung dari 17 orang warga,'" jelas Bayu Yunarko. Peningkatan partisipasi warga ini menjadi indikator kesuksesan penyelenggaraan Nyadran dan potensi untuk dikembangkan menjadi atraksi wisata.
Dengan adanya rencana pengembangan ini, diharapkan tradisi Nyadran di Gilangharjo, Bantul dapat menjadi daya tarik wisata budaya yang unik dan berkelanjutan, sekaligus melestarikan warisan budaya Jawa.