Transformasi Narasi: Mengapa 'Masyarakat Berencana' Kunci Hadapi Tantangan Bonus Demografi Indonesia?
Kemendukbangga/BKKBN mengusung narasi 'Masyarakat Berencana' sebagai strategi baru menghadapi bonus demografi, menjanjikan pembangunan manusia yang lebih terintegrasi.

Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (Kemendukbangga/BKKBN) secara resmi mengumumkan pergeseran narasi strategis. Mereka kini fokus pada konsep 'Masyarakat Berencana' sebagai respons terhadap tantangan bonus demografi yang semakin kompleks.
Perubahan ini dicanangkan untuk mewujudkan keluarga berkualitas di seluruh Indonesia. Sekretaris Kemendukbangga, Budi Setiyono, menekankan pentingnya kebijakan yang berbasis pada perencanaan komprehensif demi masa depan bangsa.
Langkah ini diambil di Jakarta pada Rabu, menandai upaya pemerintah dalam mengintegrasikan pembangunan manusia. Tujuannya adalah menciptakan kesadaran sosial kolektif yang lebih luas dan adaptif di tengah dinamika kependudukan.
Dari Keluarga Berencana Menuju Masyarakat Berencana: Sebuah Transformasi
Kemendukbangga/BKKBN menegaskan bahwa keberhasilan menjadikan keluarga berencana sebagai budaya nasional adalah fondasi penting. Namun, tantangan demografi saat ini jauh lebih kompleks dan membutuhkan pendekatan yang lebih menyeluruh.
Budi Setiyono menjelaskan bahwa transformasi menuju 'Masyarakat Berencana' bisa dilakukan melalui program KB. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran sosial kolektif di kalangan masyarakat luas.
Capaian tersebut menjadi landasan kuat untuk transisi menuju pendekatan pembangunan yang lebih menyeluruh. Pendekatan ini menekankan pada perencanaan pembangunan manusia yang disesuaikan dengan proyeksi pertumbuhan penduduk serta dinamika usia di tiap wilayah yang berbeda.
Keluarga sebagai simpul pembangunan juga harus menjadi pusat kebijakan. Oleh karena itu, Kemendukbangga/BKKBN menekankan perlunya integrasi data keluarga untuk meningkatkan daya ungkit pembangunan manusia secara signifikan.
Program Inovatif Penunjang Masyarakat Berencana
Untuk mendukung konsep 'Masyarakat Berencana', Kemendukbangga/BKKBN telah merancang berbagai program inovatif. Salah satunya adalah Program Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting).
Melalui Genting, pemerintah dapat mencegah kerugian ekonomi hingga Rp600 triliun per tahun. Jika satu juta keluarga risiko stunting tidak diintervensi, potensi kehilangan sumber daya manusia produktif akan terus membesar.
Program lainnya adalah Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI), yang bertujuan meningkatkan peran ayah dalam pengasuhan anak. Program ini diharapkan dapat mencegah gangguan perilaku anak hingga risiko kriminalitas di masa depan.
Selain itu, ada Program Lansia Berdaya yang berupaya mengubah beban penduduk usia tua menjadi kelompok yang aktif dan produktif. Program Taman Asuh Sayang Anak juga hadir untuk menanggulangi kurangnya fasilitas penitipan anak berkualitas, yang seringkali menghambat perempuan untuk kembali bekerja dan menurunkan tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan.
Integrasi Data dan Digitalisasi untuk Efisiensi
Berdasarkan kajian Bappenas tahun 2023, hanya satu dari 34 provinsi yang memiliki sistem perencanaan penduduk lintas sektor secara konsisten. Menanggapi hal ini, Kemendukbangga/BKKBN tengah mengembangkan kebijakan integratif berbasis siklus hidup keluarga.
Untuk mendukung semua program tersebut dan meningkatkan efisiensi, Kemendukbangga/BKKBN memperkenalkan SuperApps Keluarga. Aplikasi ini merupakan solusi digitalisasi yang krusial.
Tanpa digitalisasi, program keluarga rawan tumpang tindih dan tidak efisien. SuperApps Keluarga akan memangkas biaya birokrasi, mempercepat target intervensi berbasis data rumah tangga (NIK), serta menyediakan sistem layanan keluarga yang adaptif dan presisi berbasis teknologi.