Tren #KaburAjaDulu: Autokritik untuk Kebijakan Nasional?
Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat mengajak semua pihak untuk menjadikan tren #KaburAjaDulu di media sosial sebagai bahan evaluasi kebijakan pembangunan nasional demi masa depan generasi muda Indonesia.

Fenomena #KaburAjaDulu yang viral di media sosial telah menarik perhatian berbagai pihak, termasuk Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat. Lestari melihat tagar tersebut sebagai autokritik bagi pemerintah dan pemangku kepentingan untuk memperbaiki kebijakan pembangunan nasional. Pernyataan ini disampaikan dalam diskusi daring bertajuk Fenomena “Kabur Aja Dulu” dan Realitas Generasi Muda Indonesia yang digelar Forum Diskusi Denpasar 12 pada Rabu, 19 Februari 2024.
Menurut Lestari, berbagai perspektif masyarakat terkait #KaburAjaDulu harus disikapi secara positif untuk menciptakan kebijakan yang lebih baik. Ia menekankan pentingnya melihat fenomena ini sebagai cerminan kondisi sosial dan aspirasi generasi muda Indonesia. Salah satu faktor yang mungkin mendorong tren ini adalah kesulitan akses lapangan pekerjaan akibat perubahan lanskap dunia kerja.
Meskipun data konkret mengenai peningkatan migrasi belum tersedia, Lestari tetap mengimbau kewaspadaan dalam menyikapi dampak tagar tersebut. Ia tetap optimistis bahwa generasi muda Indonesia mampu menjadi garda terdepan dalam mewujudkan bangsa yang adil dan makmur, meskipun tantangannya cukup kompleks.
Tanggapan Pemerintah dan Pakar
Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia-Badan Hukum Indonesia (PWNI-BHI) Kementerian Luar Negeri, Yudha Nugraha, menyatakan bahwa pemerintah menyikapi fenomena #KaburAjaDulu secara profesional. Ia mengakui peningkatan migrasi global, namun menekankan pentingnya pengelolaan yang baik untuk mencegah eksploitasi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab yang menawarkan jalur migrasi ilegal.
"Merupakan tanggung jawab negara bila ada warganya ingin bermigrasi ke luar negeri. #KaburAjaDulu berpotensi dimanfaatkan orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk menawarkan migrasi secara ilegal ke luar negeri," ujar Yudha.
Sementara itu, dosen Pengembangan Sumber Daya Manusia Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Andriyanto, memandang #KaburAjaDulu sebagai sebuah keniscayaan. Ia menjelaskan bahwa peningkatan jumlah penduduk usia kerja di Indonesia dari tahun 1970 hingga 2020 telah berkontribusi pada meningkatnya keinginan untuk mencari kehidupan yang lebih baik di luar negeri.
Andriyanto menambahkan, "Melihat tren itu fenomena #KaburAjaDulu saat ini adalah sebuah keniscayaan. Jadi, bukan semata kabur, melainkan lebih pada mencari kehidupan yang lebih baik." Ia juga mengingatkan potensi brain drain jika fenomena ini tidak ditangani dengan baik.
Analisis dan Implikasi
Tren #KaburAjaDulu mencerminkan kompleksitas tantangan yang dihadapi generasi muda Indonesia, termasuk terbatasnya lapangan pekerjaan dan peluang ekonomi. Hal ini menjadi pengingat penting bagi pemerintah untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kebijakan yang telah diterapkan dan merumuskan strategi yang lebih efektif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memberikan kesempatan yang lebih baik bagi generasi muda.
Pemerintah perlu memperhatikan berbagai faktor yang mendorong migrasi, termasuk akses pendidikan, pelatihan vokasi, dan kesempatan kerja yang layak. Selain itu, perlu juga ada upaya untuk meningkatkan daya saing bangsa dan menciptakan iklim investasi yang kondusif untuk menarik investasi asing dan menciptakan lapangan kerja baru.
Kesimpulannya, fenomena #KaburAjaDulu bukan sekadar tren media sosial, tetapi sebuah refleksi atas kondisi sosial ekonomi dan harapan generasi muda Indonesia. Tanggapan yang bijak dan langkah-langkah konkret dari pemerintah dan pemangku kepentingan sangat diperlukan untuk mengatasi akar permasalahan dan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi seluruh rakyat Indonesia.