Trivia: 8 Ekor Babi Hutan Bikin Petani Lebak Gagal Panen, Rugi Puluhan Juta Rupiah
Petani Lebak alami gagal panen parah akibat serangan babi hutan yang merusak tanaman. Kerugian mencapai puluhan juta rupiah, memicu kekhawatiran baru.

Petani di Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten, kini menghadapi kenyataan pahit berupa gagal panen yang signifikan. Musibah ini disebabkan oleh serangan masif babi hutan yang merusak lahan pertanian mereka. Kerugian finansial ditaksir mencapai puluhan juta rupiah, memukul telak perekonomian para petani setempat.
Fenomena serangan babi hutan dengan intensitas seperti ini merupakan kejadian yang relatif baru bagi sebagian besar petani di wilayah tersebut. Mereka belum pernah mengalami kerusakan separah ini sebelumnya, yang menimbulkan pertanyaan besar mengenai penyebab peningkatan populasi hama.
Diperkirakan, sekitar delapan ekor babi hutan menjadi biang keladi kerusakan parah ini. Hewan-hewan liar tersebut merusak berbagai jenis tanaman palawija dan umbi-umbian, mengancam mata pencarian utama warga yang bergantung pada hasil pertanian.
Dampak Kerugian dan Jenis Tanaman Terdampak
Serangan babi hutan ini telah menimbulkan kerugian yang tidak sedikit bagi petani. Patma, seorang petani dari Citawang Rangkasbitung, menyatakan bahwa seluruh tanaman palawija dan umbi-umbian miliknya rusak dimakan babi hutan. Kerugian akibat serangan hama ini mencapai jutaan rupiah, bahkan hingga puluhan juta secara keseluruhan.
Lahan kacang tanah seluas dua petak atau sekitar 2.500 meter persegi dilaporkan mengalami kerusakan parah. Tidak hanya itu, tanaman umbi jalar dan singkong yang menjadi komoditas penting bagi petani juga tidak luput dari sasaran serangan babi hutan liar ini.
Serangan babi hutan berlangsung intens selama tiga hari terakhir, menunjukkan pola yang konsisten dan merata. Gerombolan babi liar tersebut diketahui berkeliaran pada dini hari, menambah ancaman terhadap keselamatan masyarakat yang mungkin beraktivitas di sekitar lahan pertanian.
Penyebab Serangan dan Ancaman Populasi Babi Hutan
Peningkatan populasi babi hutan yang tiba-tiba ini menimbulkan dugaan kuat di kalangan petani. Banyak yang menduga bahwa hilangnya habitat alami babi hutan menjadi pemicu utama. Pembangunan Bendungan Karian diyakini telah mengganggu ekosistem dan memaksa babi hutan mencari sumber makanan baru di lahan pertanian warga.
Selain itu, lokasi perkebunan masyarakat yang berdekatan dengan Perkebunan Kelapa Sawit PTPN VIII juga disinyalir menjadi faktor penarik bagi babi hutan. Area perkebunan kelapa sawit menyediakan lingkungan yang cocok dan sumber makanan potensial bagi hewan-hewan tersebut, sehingga mereka beralih ke lahan pertanian warga.
Petani seperti Patma dan Jumanah mengungkapkan bahwa mereka baru kali ini mengalami serangan babi hutan dengan skala sebesar ini. Jumanah menambahkan, serangan babi hutan tersebut menyebabkan penurunan drastis pada hasil panen tanaman palawija, ubi jalar, dan singkong yang seharusnya sudah siap dipanen.
Respons Dinas Pertanian dan Upaya Pencegahan
Menanggapi keluhan petani, Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak, Deni Iskandar, menjelaskan bahwa serangan hama babi hutan sering terjadi pada areal pertanian yang lokasinya berdekatan dengan kawasan hutan atau perkebunan kelapa sawit. Hal ini menguatkan dugaan mengenai perubahan habitat sebagai penyebab utama.
Dinas Pertanian mengimbau para petani untuk lebih proaktif dalam menjaga lahan pertanian mereka. Deni Iskandar berharap petani dapat meningkatkan pengawasan terhadap tanaman mereka, terutama pada malam hingga dini hari, untuk mencegah serangan babi hutan yang merusak.
Upaya kolaboratif antara pemerintah daerah dan masyarakat petani diharapkan dapat menemukan solusi jangka panjang. Penanganan populasi babi hutan secara terpadu dan perlindungan lahan pertanian menjadi prioritas untuk meminimalisir kerugian di masa mendatang.