Ulama Modern Harus Kuasai Ilmu Kekinian, Kata Menag
Menteri Agama Nasaruddin Umar menekankan pentingnya ulama menguasai ilmu kekinian untuk menghadapi tantangan zaman dan menyampaikan pesan Islam secara efektif kepada generasi modern.
![Ulama Modern Harus Kuasai Ilmu Kekinian, Kata Menag](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/05/000210.253-ulama-modern-harus-kuasai-ilmu-kekinian-kata-menag-1.jpg)
Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menegaskan pentingnya ulama masa kini menguasai ilmu pengetahuan modern. Pernyataan ini disampaikan dalam sebuah Sarasehan Ulama di Jakarta pada Selasa, 4 Februari 2024. Menag menekankan bahwa tantangan yang dihadapi ulama saat ini jauh berbeda dengan masa lalu.
Di masa lalu, kata Menag, pengikut ulama lebih mudah didapatkan karena ajaran agama berdasarkan Al-Quran, Hadis, dan pendapat ulama terdahulu sudah cukup. Namun, saat ini, situasi telah berubah drastis. Ulama dituntut untuk lebih adaptif dan memahami konteks zaman.
"Kalau di masa lampau, tidak terlalu susah menjadi ulama. Karena apa kata Quran, apa kata hadis, apa kata ulama, pasti diikuti oleh follower-nya," ujar Nasaruddin Umar. Pernyataan ini menyoroti perbedaan signifikan antara peran ulama di masa lalu dan saat ini.
Menurut Menag, selain menguasai ilmu agama dan sumber-sumber keilmuan Islam, para ulama juga wajib menguasai keterampilan dan pengetahuan yang relevan dengan perkembangan zaman. Ini termasuk kemampuan berkomunikasi menggunakan bahasa modern yang mudah dipahami generasi muda.
"Maka itu saya tadi menegaskan bahwa selain harus menguasai ilmu-ilmu sumber, para ulama kita juga harus menguasai ilmu-ilmu keterampilan, kekinian. Vocabulari (kosakata) harus beradaptasi dengan vocabulari modern," tegas Menag. Ia menekankan pentingnya penguasaan bahasa yang sesuai dengan perkembangan zaman.
Nasaruddin berharap para ulama dapat membangun jembatan antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan lain. Dengan begitu, pesan dan ajaran Islam dapat lebih mudah dipahami dan diterapkan dalam kehidupan masyarakat modern. Ia mendorong agar ulama tidak hanya menguasai bahasa Arab, tetapi juga bahasa modern.
"Jangan hanya vocab-nya bahasa Arab, tapi vocab-nya bahasa modern juga harus paralel," tambahnya. Hal ini menunjukkan pentingnya komunikasi yang efektif dalam penyampaian pesan keagamaan.
Sebagai informasi tambahan, sebelum Sarasehan Ulama tersebut, ratusan ulama Nahdlatul Ulama (NU) akan membahas 'Asta Cita' yang digagas Presiden Prabowo Subianto. Forum tersebut bertajuk 'Asta Cita Dalam Perspektif Ulama NU' dan akan menghadirkan sejumlah pakar serta diikuti oleh ratusan pimpinan NU.