Uni Eropa Suntik Dana Rp397 Triliun untuk Proyek Strategis Bahan Baku
Uni Eropa telah menyetujui 47 proyek strategis senilai 22,5 miliar euro untuk mengamankan pasokan bahan baku kritis, mengurangi ketergantungan impor, dan mendukung transisi hijau serta digital.

Uni Eropa mengumumkan langkah besar dalam mengamankan pasokan bahan baku kritis dengan mengadopsi 47 proyek strategis. Proyek-proyek ini, diumumkan pada Selasa (25/3) oleh Komisi Eropa di Istanbul, bertujuan untuk mengurangi ketergantungan Uni Eropa pada impor bahan baku vital dan memperkuat ketahanan ekonomi benua tersebut. Investasi total yang dibutuhkan diperkirakan mencapai 22,5 miliar euro, atau sekitar Rp397,3 triliun.
Langkah ini merupakan implementasi dari Undang-Undang Bahan Baku Kritis (Critical Raw Material Act/CRMA) yang disahkan Mei lalu. Tujuan utama CRMA adalah untuk mendiversifikasi sumber bahan baku dan meningkatkan kapasitas produksi dalam negeri di Uni Eropa. Proyek-proyek ini diharapkan dapat memenuhi target ambisius Uni Eropa untuk tahun 2030, yaitu memenuhi 10 persen kebutuhan bahan baku melalui ekstraksi domestik, 40 persen melalui pemrosesan, dan 25 persen melalui daur ulang.
Proyek-proyek tersebut tersebar di 13 negara anggota Uni Eropa, termasuk Belgia, Prancis, Italia, Jerman, Spanyol, Estonia, Ceko, Yunani, Swedia, Finlandia, Portugal, Polandia, dan Rumania. Keberagaman lokasi ini menunjukkan komitmen Uni Eropa untuk mengembangkan kapasitas produksi bahan baku di seluruh wilayahnya.
Proyek Strategis yang Mendukung Transisi Hijau dan Digital
Sebanyak 47 proyek strategis tersebut mencakup berbagai tahap rantai nilai bahan baku, mulai dari ekstraksi hingga daur ulang. Terdapat 25 proyek yang fokus pada ekstraksi, 24 proyek pada pemrosesan, 10 proyek pada daur ulang, dan 2 proyek yang berkaitan dengan substitusi bahan baku. Hal ini menunjukkan pendekatan holistik Uni Eropa dalam mengamankan pasokan bahan baku.
Proyek-proyek ini juga dirancang untuk memperkuat sektor pertahanan dan kedirgantaraan Eropa. Lebih lanjut, proyek-proyek ini akan berkontribusi secara signifikan terhadap pencapaian target transisi hijau dan digital Uni Eropa. Komisi Eropa menekankan bahwa proyek-proyek ini merupakan pencapaian penting dalam upaya mencapai kemandirian ekonomi dan teknologi.
"Proyek Strategis baru ini menandai pencapaian penting dalam implementasi Undang-Undang Bahan Baku Kritis (Critical Raw Material Act/CRMA), yang bertujuan memastikan bahwa aktivitas ekstraksi, pemrosesan, dan daur ulang bahan baku strategis di Eropa dapat memenuhi masing-masing 10 persen, 40 persen, dan 25 persen dari kebutuhan Uni Eropa pada 2030," demikian pernyataan Komisi Eropa.
Fokus pada Bahan Baku Baterai
Dari 47 proyek tersebut, sejumlah besar difokuskan pada rantai nilai bahan baku baterai. Sebanyak 22 proyek akan mendukung rantai nilai bahan baku baterai Uni Eropa, termasuk lithium, nikel, kobalt, mangan, dan grafit. Rinciannya, 12 proyek terkait nikel, 10 terkait kobalt, 7 terkait mangan, dan 11 terkait grafit.
Komisi Eropa optimis bahwa proyek-proyek ini akan memastikan Uni Eropa dapat memenuhi target ekstraksi, pemrosesan, dan daur ulang untuk lithium dan kobalt pada 2030. Selain itu, proyek-proyek ini diharapkan dapat membuat kemajuan signifikan untuk grafit, nikel, dan mangan.
"Proyek-proyek ini akan memastikan bahwa Uni Eropa dapat sepenuhnya memenuhi target ekstraksi, pemrosesan, dan daur ulang untuk lithium dan kobalt pada 2030, serta membuat kemajuan signifikan untuk grafit, nikel, dan mangan," demikian pernyataan tersebut.
Investasi Besar untuk Ketahanan Ekonomi Eropa
Total investasi yang dibutuhkan untuk menjalankan seluruh proyek ini diperkirakan mencapai 22,5 miliar euro (sekitar 24,3 miliar dolar AS atau sekitar Rp397,3 triliun). Investasi besar ini menunjukkan komitmen kuat Uni Eropa untuk mengurangi ketergantungan pada impor bahan baku dan membangun ketahanan ekonomi yang lebih kuat.
Undang-Undang Bahan Baku Kritis merupakan langkah penting dalam strategi Uni Eropa untuk mengurangi ketergantungan pada negara-negara lain dalam hal pasokan bahan baku vital. Regulasi ini juga mencakup pembatasan impor dari negara-negara dengan ketergantungan tinggi, guna mendorong produksi dalam negeri dan memperkuat keamanan pasokan bahan baku.
Dengan mengadopsi 47 proyek strategis ini, Uni Eropa menunjukkan langkah nyata untuk mencapai target ambisius dalam hal keamanan pasokan bahan baku, mendukung transisi hijau dan digital, serta memperkuat ketahanan ekonomi di masa depan.