USG Berbasis AI: Akselerasi Transformasi Kesehatan Nasional
Integrasi kecerdasan buatan (AI) pada USG diyakini mampu meningkatkan kecepatan, akurasi, dan efisiensi praktik radiologi, mendukung enam pilar transformasi kesehatan Indonesia.

Jakarta, 23 April 2024 - Kolegium Radiologi Indonesia (KRI) menyatakan bahwa integrasi kecerdasan buatan (AI) dengan sistem informasi rumah sakit dan alat pencitraan seperti USG telah membawa perubahan signifikan dalam praktik radiologi. Penggunaan AI pada USG meningkatkan kecepatan, akurasi, dan efisiensi, sekaligus mendukung enam pilar transformasi kesehatan nasional. Ketua KRI, dr. Rosy Setiawati, Sp.Rad(K), menjelaskan hal ini dalam konferensi pers di Jakarta.
Sejak pandemi COVID-19, kebutuhan akan pencitraan berkualitas meningkat drastis. USG muncul sebagai solusi ideal karena biaya terjangkau, aman, dan mudah digunakan, sehingga diterima luas oleh masyarakat. Lebih dari sekadar alat bantu diagnosis, radiologi, khususnya dengan dukungan teknologi seperti USG, kini menjadi pilar utama pelayanan kesehatan modern.
"USG sebagai alat deteksi dini yang strategis dan serbaguna sangat mendukung transformasi layanan kesehatan Indonesia untuk meningkatkan deteksi awal penyakit, menekan biaya kesehatan jangka panjang, dan mempercepat intervensi medis yang tepat," ujar dr. Rosy Setiawati.
Transformasi Layanan Kesehatan dengan USG Berbasis AI
Integrasi AI dalam USG memberikan dampak positif pada berbagai pilar transformasi kesehatan. Pada pilar transformasi layanan primer, USG berperan dalam layanan promotif dan preventif, digunakan untuk deteksi dini di fasilitas kesehatan dasar seperti puskesmas dan posyandu. Di pilar transformasi layanan rujukan, USG membantu menentukan kebutuhan rujukan pasien, memastikan akses ke fasilitas kesehatan yang tepat.
Lebih lanjut, dalam transformasi sistem ketahanan kesehatan, AI pada USG meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana dan penanganan kegawatdaruratan. Pada pilar transformasi sistem pembiayaan kesehatan, USG menawarkan solusi yang lebih ekonomis dibandingkan CT-Scan dan MRI, sehingga membantu menekan biaya perawatan kesehatan.
Transformasi SDM Kesehatan juga terbantu dengan meningkatnya kompetensi tenaga medis dalam penggunaan USG. Penting untuk memastikan tenaga medis yang mengoperasikan USG memiliki kompetensi yang memadai untuk memberikan pelayanan yang tepat sasaran. Terakhir, dalam transformasi teknologi kesehatan, USG berbasis digital dan portabel memungkinkan skrining di berbagai lokasi dan integrasi data secara real-time ke dalam sistem Satu Sehat.
Keunggulan Citra 3 Dimensi dan Pencegahan Penyakit
Citra 3 dimensi yang dihasilkan oleh USG yang lebih canggih memberikan gambaran spasial yang lebih baik, terutama dalam bidang onkologi, obstetri, dan kardiologi. Keunggulan ini membantu upaya pencegahan stunting melalui pemantauan perkembangan janin dan identifikasi kehamilan berisiko tinggi.
USG juga diharapkan dapat berkontribusi pada pencegahan penyakit tidak menular prioritas pemerintah, seperti kanker, jantung, stroke, dan penyakit uronefrologi (KJSU). "Kolaborasi ultrasound, radiologi, dan AI bukan sebagai pengganti, melainkan pelengkap. AI tidak dimaksudkan untuk mengganti manusia, tetapi meningkatkan efisiensi kerja, mengurangi beban kerja, dan meningkatkan akurasi deteksi dini penyakit," jelas dr. Rosy.
Peluncuran dua Alat Kesehatan Dalam Negeri (AKD) berupa alat ultrasound yang dilengkapi AI oleh GE Healthcare diharapkan dapat mendukung kemandirian kesehatan nasional.
Dengan demikian, integrasi AI pada USG menunjukkan potensi besar dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia dan mendukung pencapaian tujuan transformasi kesehatan nasional.