Volume Sampah di Saluran Mataram Berkurang hingga 50 Persen
Dinas PUPR Kota Mataram melaporkan pengurangan signifikan volume sampah basah di saluran dan sungai hingga 50 persen, berkat perubahan cuaca dan kolaborasi antar dinas.

Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), 12 Maret 2024 – Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Mataram mengumumkan kabar baik terkait penanganan sampah. Volume sampah basah yang berasal dari saluran dan sungai di kota ini dilaporkan telah berkurang hingga 50 persen. Pengurangan ini terjadi setelah musim hujan berlalu dan cuaca kini cenderung panas. Hal ini disampaikan langsung oleh Kepala Dinas PUPR Kota Mataram, Lale Widiahning, pada Rabu lalu.
Sebelumnya, petugas Dinas PUPR Kota Mataram harus menangani hingga 15 dump truck sampah basah setiap harinya. Namun, angka tersebut kini telah turun drastis menjadi sekitar 7 dump truck. Lale Widiahning menjelaskan bahwa meskipun sampah masih ditemukan setiap hari, volumenya jauh lebih sedikit dibandingkan saat musim hujan. Kondisi ini sangat berbeda dengan situasi selama musim hujan, di mana petugas kewalahan menangani sampah yang menumpuk.
Penanganan sampah selama musim hujan menjadi tantangan tersendiri. Karena tingginya volume sampah, petugas seringkali tidak mampu mengangkut seluruh sampah dalam satu hari. Akibatnya, sampah tampak menumpuk di berbagai titik. Untuk mengatasi hal ini, Dinas PUPR Kota Mataram melakukan kolaborasi dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Perkim), dan instansi terkait lainnya.
Penanganan Sampah Basah di Musim Hujan dan Kemarau
Kolaborasi antar dinas terbukti efektif dalam mengurangi penumpukan sampah selama musim hujan. Namun, Lale Widiahning menjelaskan bahwa tingginya volume sampah saat musim hujan juga dipengaruhi oleh letak geografis Kota Mataram yang berada di wilayah hilir. Kota ini menerima banyak kiriman sampah dari daerah hulu.
Berdasarkan evaluasi, jenis sampah basah yang paling banyak ditemukan adalah sampah plastik dan styrofoam. Sampah-sampah ini, menurut Lale Widiahning, tidak dapat diolah di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) karena membutuhkan waktu lama dan TPST difokuskan untuk pengolahan sampah plastik kering serta sampah rumah tangga. Oleh karena itu, sampah basah tersebut langsung dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir Regional (TPAR) Kebon Kongok di Lombok Barat.
Setelah musim hujan berakhir, sekitar 300 petugas kebersihan yang bertugas menangani sampah di saluran, sungai, dan laut, kini fokus melakukan penyisiran sampah. Mereka melakukan penyisiran dari hulu hingga hilir setiap hari, dengan volume sampah yang ditangani rata-rata sekitar 7 dump truck per hari.
Strategi Penanganan Sampah Ke Depan
Meskipun volume sampah telah berkurang, upaya untuk pengelolaan sampah yang lebih efektif masih terus dilakukan. Pemerintah Kota Mataram perlu mempertimbangkan strategi jangka panjang untuk mengurangi volume sampah, terutama sampah plastik dan styrofoam. Peningkatan edukasi dan kesadaran masyarakat tentang pengelolaan sampah juga sangat penting. Selain itu, perlu dikaji kemungkinan pengembangan fasilitas pengolahan sampah basah yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
Keberhasilan mengurangi volume sampah ini menunjukkan pentingnya kolaborasi antar instansi dan adaptasi strategi penanganan sampah sesuai dengan kondisi musim. Dengan komitmen dan kerja sama yang berkelanjutan, diharapkan kualitas lingkungan di Kota Mataram dapat terus ditingkatkan.
Kesimpulannya, pengurangan volume sampah di Kota Mataram merupakan hasil dari kolaborasi antar dinas dan perubahan cuaca. Namun, upaya berkelanjutan tetap diperlukan untuk pengelolaan sampah yang lebih efektif dan berkelanjutan di masa mendatang.