Wagub Gorontalo Resmikan Festival Green Tumbilotohe 2025: Tradisi Lestari, Ramah Lingkungan
Wakil Gubernur Gorontalo membuka Festival Green Tumbilotohe 2025 di Kota Gorontalo, mengusung tema keberlanjutan dan ramah lingkungan untuk melestarikan tradisi sekaligus menjaga alam.

Wakil Gubernur Gorontalo, Idah Syahidah, secara resmi membuka Festival Green Tumbilotohe 2025 di Kelurahan Siendeng, Kota Gorontalo, pada Rabu malam, 27 Maret 2025. Festival yang juga dikenal sebagai malam pasang lampu ini menampilkan perpaduan harmonis antara tradisi dan nilai-nilai keberlanjutan lingkungan. Pembukaan tersebut menandai komitmen pemerintah daerah untuk melestarikan tradisi budaya Gorontalo dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.
Dalam sambutannya, Wagub Idah Syahidah menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara pelestarian tradisi dan tanggung jawab terhadap lingkungan. "Kegiatan ini menjadi wujud dari harmoni antara agama dan adat," ujarnya. Ia juga berharap agar keindahan tradisi Tumbilotohe tetap terjaga tanpa mengabaikan dampaknya terhadap alam. Lebih lanjut, Idah mengajak seluruh masyarakat untuk aktif menjaga kebersihan dan mengurangi penggunaan sampah plastik selama festival berlangsung.
Tema "Green Tumbilotohe" sendiri menjadi fokus utama penyelenggaraan festival tahun ini. Tema ini bertujuan untuk mendorong penggunaan sumber energi dan material yang lebih ramah lingkungan. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah untuk menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam penyelenggaraan kegiatan budaya.
Konsep Green Tumbilotohe: Menuju Tradisi Ramah Lingkungan
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Gorontalo, Aryanto Husain, menjelaskan lebih detail mengenai konsep Green Tumbilotohe. Salah satu upaya yang dilakukan adalah mengganti penggunaan minyak tanah dengan minyak kelapa yang memiliki emisi lebih rendah. "Kita berusaha menggunakan filosofi 3R yaitu Reuse, Reduce, dan Recycles. Kita berusaha untuk mengurangi sampah plastik yang biasanya banyak, sekarang lebih sedikit," jelas Aryanto.
Modernisasi Tumbilotohe yang sebelumnya mengandalkan listrik dan minyak tanah, kini beralih menuju pendekatan yang lebih tradisional dan ramah lingkungan. Upaya ini dilakukan untuk tetap mempertahankan kearifan lokal dan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam tradisi Tumbilotohe.
Aryanto juga menambahkan bahwa perubahan ini diharapkan dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke Gorontalo. Dengan mengusung konsep Green Tumbilotohe, diharapkan festival ini dapat menjadi daya tarik wisata yang unik dan berkelanjutan, sekaligus mempromosikan keindahan alam dan budaya Gorontalo.
Selain itu, penggunaan material ramah lingkungan juga menjadi perhatian utama. Panitia festival berupaya untuk meminimalisir penggunaan plastik sekali pakai dan menggantinya dengan material yang dapat didaur ulang atau terurai secara alami. Hal ini menunjukkan komitmen nyata untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Harapan untuk Pariwisata Gorontalo
Festival Green Tumbilotohe diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi sektor pariwisata Gorontalo. Dengan menampilkan tradisi yang unik dan ramah lingkungan, festival ini berpotensi menarik wisatawan domestik maupun mancanegara. Hal ini dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar dan memperkenalkan kekayaan budaya Gorontalo kepada dunia.
Keberhasilan penyelenggaraan Green Tumbilotohe juga dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam mengelola event budaya dengan tetap memperhatikan aspek keberlanjutan lingkungan. Dengan demikian, tradisi budaya dapat tetap lestari dan harmonis dengan alam.
Festival ini tidak hanya sekadar perayaan budaya, tetapi juga menjadi wadah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan. Melalui Green Tumbilotohe, diharapkan tercipta sinergi antara pelestarian tradisi dan pelestarian lingkungan yang berkelanjutan.
Dengan menggabungkan unsur tradisi dan inovasi ramah lingkungan, Festival Green Tumbilotohe 2025 diharapkan menjadi contoh nyata bagaimana sebuah tradisi dapat tetap lestari tanpa mengorbankan kelestarian alam. Inisiatif ini patut diapresiasi dan diharapkan dapat menginspirasi daerah lain untuk menerapkan konsep serupa dalam penyelenggaraan event budaya mereka.