Waspada! Angin Kencang di Perairan Bengkulu Sebabkan Kapal Tenggelam, 7 Orang Meninggal
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperingatkan kecepatan angin di perairan Bengkulu mencapai 20 knot, mengakibatkan gelombang tinggi dan menyebabkan tragedi tenggelamnya kapal yang menewaskan 7 orang.

Tujuh orang meninggal dunia dan 14 lainnya dirawat intensif akibat tenggelamnya sebuah kapal di perairan Pantai Malabero, Kota Bengkulu, Minggu (11/5) pukul 16.00 WIB. Kapal yang membawa 104 orang, termasuk 98 wisatawan, satu nakhoda, dan lima anak buah kapal, tenggelam setelah diterjang gelombang tinggi akibat angin kencang. Peristiwa ini terjadi setelah mesin kapal mati di perairan Pulau Malabero.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan peringatan dini terkait kecepatan angin di perairan Provinsi Bengkulu yang mencapai 20 knot. Angin yang berembus dari barat daya menuju timur laut ini dipicu oleh wilayah konvergensi dan belokan angin, meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan dan gelombang tinggi hingga 2,5 meter di beberapa perairan Bengkulu, termasuk Bengkulu bagian utara, Bengkulu, Bengkulu bagian selatan, dan Pulau Enggano.
Kasi Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Pulau Baai Bengkulu, Anang Anwar, menghimbau masyarakat Bengkulu untuk tetap waspada terhadap potensi gelombang tinggi. "Dengan adanya wilayah konvergensi dan belokan angin sehingga meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di perairan Bengkulu," ujar Anang saat dihubungi via telepon.
Tragedi Tenggelamnya Kapal di Perairan Bengkulu
Kapal yang tenggelam tersebut membawa rombongan wisatawan dari Pulau Tikus menuju Kota Bengkulu. Saat berada di perairan Pantai Malabero, mesin kapal mengalami mati mendadak. Kondisi ini diperparah dengan gelombang tinggi yang menerjang kapal, menyebabkan kebocoran dan akhirnya tenggelam.
Korban meninggal dunia telah teridentifikasi, yaitu Riska Nurjanah (28), Ratna Kurniati (28), Tesya (20), Nesya (27), Arva Richi Dekry (29), Yunita, dan Suantra. Seluruh korban berasal dari berbagai daerah, termasuk Lubuk Linggau, Sumatera Selatan, Kota Bengkulu, Kabupaten Kepahiang dan Rejang Lebong (Bengkulu), Kabupaten Padang Utara (Sumatera Barat). Jenazah korban saat ini berada di Rumah Sakit Bhayangkara Kota Bengkulu dan Rumah Sakit Harapan dan Doa (RSHD) Kota Bengkulu.
Kepala Satuan Intelijen Polres Kota Bengkulu, AKP Freddy Triandy Hutabarat, menyatakan bahwa jumlah korban meninggal dunia yang diterima saat ini adalah tujuh orang, namun data tersebut masih terus di-update. "Sementara data kita terima ada tujuh (meninggal dunia), namun kita 'update' terus," kata AKP Freddy.
Sebanyak 97 penumpang lainnya berhasil selamat. Namun, 14 orang di antaranya masih menjalani perawatan intensif di RS Bhayangkara dan RSHD Kota Bengkulu, sementara sisanya telah dipulangkan.
Peringatan Dini BMKG dan Imbauan Kewaspadaan
BMKG menekankan pentingnya kewaspadaan terhadap kondisi cuaca ekstrem di perairan Bengkulu. Kecepatan angin yang mencapai 20 knot berpotensi menyebabkan gelombang tinggi yang membahayakan aktivitas pelayaran. Masyarakat diimbau untuk selalu memperhatikan informasi cuaca terkini dari BMKG sebelum melakukan aktivitas di laut.
Selain itu, para nelayan dan operator kapal wisata dihimbau untuk selalu memeriksa kondisi mesin kapal dan memperhatikan prakiraan cuaca sebelum berangkat. Keselamatan dan kewaspadaan menjadi kunci utama untuk mencegah kejadian serupa terulang kembali.
Peristiwa ini menjadi pengingat penting akan perlunya kesiapsiagaan menghadapi kondisi cuaca ekstrem, terutama di wilayah perairan. Pentingnya koordinasi antara BMKG, aparat keamanan, dan masyarakat dalam menghadapi potensi bencana alam juga perlu terus ditingkatkan.
Informasi lebih lanjut mengenai kondisi cuaca di perairan Bengkulu dapat diakses melalui website resmi BMKG atau menghubungi kantor BMKG terdekat.