Wow, Realisasi Penanaman Padi Gogo di Maluku Capai 54 Persen! Langkah Strategis Ketahanan Pangan Daerah
Pemerintah Provinsi Maluku berhasil mencapai 54% realisasi penanaman padi gogo dari target 2025, menandai langkah penting dalam memperkuat ketahanan pangan lokal.

Pemerintah Provinsi Maluku mencatat kemajuan signifikan dalam program ketahanan pangan daerah. Hingga saat ini, realisasi penanaman padi gogo di seluruh wilayah Maluku telah mencapai 54 persen dari target yang ditetapkan untuk tahun 2025. Capaian ini menunjukkan komitmen serius pemerintah daerah dalam memastikan ketersediaan pangan bagi masyarakat.
Kepala Dinas Pertanian Provinsi Maluku, Ilham Tauda, mengungkapkan bahwa dari target seluas 6.223 hektare, area penanaman padi gogo yang telah terealisasi mencapai 3.377 hektare. Pernyataan ini disampaikan dalam kegiatan penanaman padi gogo di Desa Airlouw Nusaniwe, Kota Ambon, yang menjadi salah satu lokasi fokus program.
Program penanaman padi gogo ini merupakan inisiatif strategis untuk memperkuat ketahanan pangan di Maluku, terutama di wilayah dengan keterbatasan irigasi. Padi gogo, yang mampu tumbuh optimal di lahan kering atau tadah hujan, sangat cocok dengan kondisi topografi sebagian besar wilayah Maluku yang didominasi oleh lahan non-irigasi.
Strategi Adaptif Padi Gogo di Lahan Kering
Penanaman padi gogo menjadi solusi adaptif terhadap tantangan perubahan iklim dan keterbatasan infrastruktur irigasi di Maluku. Berbeda dengan padi sawah yang memerlukan pasokan air melimpah, padi gogo dapat berproduksi dengan baik di lahan kering, memanfaatkan curah hujan alami. Kondisi ini menjadikan padi gogo pilihan ideal untuk meningkatkan produksi pangan lokal secara berkelanjutan.
Dinas Pertanian Maluku telah bergerak cepat dalam mengimplementasikan program ini, bahkan sebelum target tahunan. MoU dengan Kementerian Pertanian RI dan TNI AD telah dilakukan di Jakarta, termasuk kerja sama dengan Bulog Maluku-Maluku Utara. Sinergi ini memastikan dukungan penuh dari berbagai pihak untuk kelancaran program.
Keterlibatan aktif dari TNI, pemerintah pusat, pemerintah daerah, serta kelompok tani, menjadikan program penanaman padi gogo ini lebih dari sekadar respons terhadap perubahan iklim. Ini adalah langkah konkret yang membuka peluang besar untuk peningkatan produksi gabah lokal. Keberhasilan ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan Maluku pada pasokan beras dari luar daerah.
Dampak Positif dan Sinergi Lintas Sektor
Keberhasilan program penanaman padi gogo di Maluku membawa dampak positif yang luas bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Selain mengurangi ketergantungan pada pasokan beras dari luar, program ini juga berpotensi memperluas lapangan kerja di sektor pertanian. Hal ini sangat krusial untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, khususnya di daerah terpencil dan kepulauan.
Program ini juga mendapat perhatian dan apresiasi langsung dari Kementerian Pertanian. Plt. Dirjen Perkebunan Kementan RI, Abdul Roni Angkat, yang turut hadir dalam kegiatan di Ambon, menyampaikan penghargaan atas sinergi semua pihak. Menurutnya, kolaborasi ini adalah kunci dalam mewujudkan ketahanan pangan berbasis kearifan lokal yang adaptif dan tangguh.
Abdul Roni Angkat menegaskan bahwa inisiatif ini bukan sekadar seremonial, melainkan langkah konkret menuju swasembada pangan nasional. Pendekatan yang mengintegrasikan berbagai pemangku kepentingan ini menunjukkan komitmen kuat untuk mencapai tujuan ketahanan pangan yang lebih besar. Sinergi ini diharapkan terus berlanjut untuk mendukung program-program pertanian lainnya.
Kontribusi Maluku dalam Swasembada Pangan Nasional
Maluku memiliki peran penting dalam target swasembada pangan nasional yang dicanangkan pemerintah. Abdul Roni Angkat mengungkapkan bahwa target nasional penanaman padi gogo untuk tahun 2025 mencapai 500 ribu hektare. Dari angka tersebut, Maluku ditargetkan berkontribusi sebesar 11.484 hektare, menunjukkan potensi besar provinsi ini.
Hingga Juli 2025, realisasi Calon Petani Calon Lahan (CPCL) di Maluku telah mencapai 81,08 persen. Meskipun realisasi tanam baru berada di angka 29,53 persen, angka CPCL yang tinggi menunjukkan kesiapan lahan dan petani untuk penanaman lebih lanjut. Ini adalah indikator positif bagi percepatan program.
Jika produktivitas padi gogo di Maluku mencapai dua ton per hektare, provinsi ini berpotensi menghasilkan hampir 23 ribu ton gabah. Kontribusi signifikan ini akan sangat mendukung upaya nasional dalam mencapai swasembada pangan. Dengan dukungan berkelanjutan dan kerja sama yang erat, Maluku siap menjadi salah satu pilar ketahanan pangan Indonesia.