Pulau Penyengat, Situs Cagar Budaya Nasional, Jadi Lokus Gerakan Wisata Bersih Wujudkan Pariwisata Berkelanjutan
Kementerian Pariwisata menegaskan Gerakan Wisata Bersih Pulau Penyengat adalah komitmen nyata wujudkan pariwisata berkelanjutan. Simak detail dan dampaknya!

Kementerian Pariwisata (Kemenpar) baru-baru ini menegaskan komitmennya dalam membangun pariwisata berkelanjutan di Indonesia. Hal ini diwujudkan melalui program Gerakan Wisata Bersih (GWB) yang sukses digelar di Pulau Penyengat, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Inisiatif strategis ini bertujuan untuk mengintegrasikan kesadaran ekologis dengan pelestarian nilai-nilai kultural di destinasi wisata.
Acara GWB di Pulau Penyengat ini melibatkan total 519 peserta dari berbagai pihak. Mereka terdiri dari perwakilan Kemenpar, Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau, hingga para pelaku pariwisata lokal. Kegiatan ini tidak hanya berfokus pada aksi bersih-bersih, tetapi juga sebagai wahana apresiasi terhadap inisiatif masyarakat yang telah berkembang.
Pemilihan Pulau Penyengat sebagai lokasi GWB didasarkan pada perannya yang sangat penting sebagai situs cagar budaya nasional. Pulau ini tidak hanya menyimpan nilai sejarah yang tinggi, tetapi juga menunjukkan komitmen nyata masyarakat dalam pelestarian lingkungan. GWB diharapkan menjadi solusi nyata dalam pengelolaan destinasi melalui pendekatan pentahelix.
Pendekatan Kolaboratif dan Edukasi Lingkungan
Staf Ahli Menteri Pariwisata Bidang Transformasi Digital dan Inovasi Pariwisata Kemenpar, Masruroh, menjelaskan bahwa Gerakan Wisata Bersih (GWB) mengedepankan edukasi lingkungan yang komprehensif. Selain itu, program ini juga berfokus pada penguatan regulasi serta kolaborasi lintas sektor. Tujuannya adalah mendorong terciptanya destinasi pariwisata yang berkelanjutan dan partisipatif dari seluruh elemen masyarakat.
Masruroh menambahkan bahwa GWB di Pulau Penyengat dirancang dengan pendekatan kolaboratif yang mendalam. Ini bukan sekadar agenda seremonial, melainkan bentuk penguatan atas inisiatif lokal yang telah berkembang di tengah masyarakat. Kegiatan ini juga menjadi wahana penting untuk memberikan apresiasi terhadap praktik-praktik baik yang muncul dari partisipasi aktif komunitas.
Asisten Administrasi Perekonomian dan Pembangunan Provinsi Kepulauan Riau, Luki Zaiman Prawira, turut menekankan komitmen pemerintah daerah. Pihaknya berkomitmen penuh terhadap pengembangan dan penguatan pariwisata berbasis budaya serta lingkungan yang lestari. Kolaborasi berkelanjutan antara pemerintah pusat, daerah, masyarakat, dan pelaku usaha menjadi kunci utama dalam mencapai tujuan ini.
Pulau Penyengat: Living Heritage dan Aksi Nyata
Pulau Penyengat memiliki peran krusial sebagai situs cagar budaya nasional yang kaya akan nilai sejarah. Keberadaannya tidak hanya sebagai warisan masa lalu, tetapi juga menunjukkan komitmen nyata masyarakatnya dalam pelestarian lingkungan dan warisan budaya. Hal ini menjadikan Pulau Penyengat sebagai contoh ideal destinasi yang mengintegrasikan kesadaran ekologis dengan nilai-nilai kultural.
Pulau ini diibaratkan sebagai "living heritage" yang secara aktif mendukung transformasi sosial dan pariwisata berkelanjutan di Indonesia. Gerakan Wisata Bersih di lokasi ini menjadi bukti konkret bahwa pengelolaan destinasi dapat dilakukan secara efektif. Pendekatan pentahelix yang melibatkan berbagai pihak terbukti mampu menciptakan solusi nyata bagi tantangan pariwisata.
Sebagai bagian dari aksi nyata GWB, sekitar 2 ton sampah berhasil terkumpul di sekitar kawasan Pulau Penyengat. Sampah-sampah ini kemudian diproses lebih lanjut di TPS3R setempat dan diangkut oleh offtaker mitra Dinas Lingkungan Hidup Kota Tanjungpinang. Upaya ini menunjukkan efektivitas kolaborasi dalam menjaga kebersihan lingkungan destinasi wisata.
Selain kegiatan bersih-bersih, peserta GWB juga berkesempatan mengunjungi pelaku UMKM lokal yang bergerak di bidang produk kreatif. Mereka menghasilkan produk berbasis daur ulang sampah serta produk kuliner khas daerah. Kunjungan ini melibatkan empat UMKM binaan dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Tanjungpinang, masyarakat Pulau Penyengat, dan PT Telkomsel, memperkuat ekonomi lokal.
Keberhasilan Gerakan Wisata Bersih di Pulau Penyengat ini tidak hanya diukur dari jumlah sampah yang terkumpul. Lebih dari itu, kesuksesan program ini terletak pada terbangunnya kesadaran kolektif akan pentingnya pariwisata yang bertanggung jawab. Inisiatif semacam ini diharapkan dapat direplikasi di destinasi wisata lain di seluruh Indonesia, menciptakan dampak positif yang lebih luas.