Waspada! Anak Susah Bicara di Usia 1 Tahun Bisa Jadi Tanda Gangguan Pendengaran
Terlambat bicara pada anak usia di atas satu tahun bisa menjadi indikasi gangguan pendengaran yang perlu diwaspadai dan segera ditangani.

Jakarta, 23 Februari 2024 - Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) DKI Jakarta, Prof. Dr. dr. Rismala Dewi, SpA(K), mengungkapkan kekhawatiran terkait keterlambatan bicara pada anak. Anak yang susah berbicara di atas usia satu tahun berpotensi mengalami gangguan pendengaran. Hal ini disampaikan beliau seusai acara Pekan Bakti Sosial di RSUD Pasar Rebo, Jakarta.
Prof. Rismala menjelaskan bahwa semakin besar keterlambatan bicara pada anak, semakin tinggi pula kemungkinan adanya gangguan pendengaran. Oleh karena itu, orang tua perlu waspada dan segera melakukan pemeriksaan jika anak menunjukkan gejala tersebut. Seringkali, gangguan pendengaran pada anak luput dari perhatian orang tua karena gejalanya tidak selalu mudah dikenali.
Beliau juga menekankan pentingnya peran orang tua dalam mendeteksi dini gangguan pendengaran. Kondisi kesehatan bayi setelah lahir, seperti prematur atau perawatan lama di rumah sakit, dapat meningkatkan risiko gangguan pendengaran. Infeksi pada ibu hamil juga dapat berdampak pada pendengaran anak. Oleh karena itu, kewaspadaan dan pemeriksaan rutin sangat penting.
Deteksi Dini Gangguan Pendengaran pada Anak
Prof. Rismala Dewi menekankan pentingnya penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang gangguan pendengaran pada anak. Banyak kasus yang baru terdeteksi ketika masalah sudah cukup parah, padahal deteksi dini sangat krusial. Peran media dan penyuluhan kesehatan sangat penting untuk mendorong orang tua melakukan pemeriksaan pendengaran pada anak-anak mereka.
Lebih lanjut, beliau menjelaskan bahwa seringkali orangtua menganggap keterlambatan bicara anak sebagai hal yang biasa, tanpa menyadari potensi gangguan pendengaran yang mendasarinya. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk lebih peka terhadap perkembangan bicara anak dan segera berkonsultasi dengan dokter jika ada kekhawatiran.
Sementara itu, Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Telinga, Hidung, dan Tenggorok - Bedah Kepala dan Leher (PERHATI-KL) Cabang DKI Jakarta, Dr. dr. Tri Juda Airlangga, SpTHT-BKL, Subsp.K(K), menyarankan pemeriksaan pendengaran bayi sebelum usia satu bulan. Beliau menjelaskan penerapan program 1-3-6 dalam penanganan gangguan pendengaran, di mana skrining dilakukan sebelum usia satu bulan, deteksi pada usia tiga bulan, dan penanganan pada usia enam bulan.
Program 1-3-6: Langkah Tepat Deteksi Dini
Program 1-3-6 yang diusung oleh PERHATI-KL menekankan pentingnya deteksi dan penanganan dini gangguan pendengaran. Dengan mengikuti program ini, orang tua dapat memastikan perkembangan pendengaran bayi terpantau dengan baik. Jika terdeteksi gangguan, penanganan dapat segera dilakukan untuk meminimalkan dampak jangka panjang.
Dokter Tri Juda Airlangga menambahkan bahwa deteksi dini sangat penting untuk mencegah dampak negatif gangguan pendengaran pada perkembangan bicara dan bahasa anak. Penanganan yang tepat dan cepat dapat membantu anak untuk mencapai potensi perkembangannya secara optimal. Orang tua tidak boleh menunda pemeriksaan jika ada kecurigaan adanya gangguan pendengaran pada anak.
Kesimpulannya, keterlambatan bicara pada anak di atas usia satu tahun patut diwaspadai. Orang tua perlu proaktif dalam memantau perkembangan bicara anak dan segera melakukan pemeriksaan jika ada indikasi gangguan pendengaran. Deteksi dan penanganan dini sangat penting untuk mencegah dampak jangka panjang pada perkembangan anak.