Atlet Pelatnas Mimika Raih Emas di Singapura, Bukti Sistem Pembinaan Atletik yang Sukses
Silfanus Ndiken, atlet pelatnas desentralisasi Mimika, meraih medali emas lempar lembing di Singapura, membuktikan kesuksesan program pembinaan atletik yang inklusif.

Atlet lempar lembing Indonesia, Silfanus Ndiken, berhasil mengharumkan nama bangsa dengan meraih medali emas pada nomor lempar lembing di ajang bergengsi 85th Singapore Open Track & Field Championships di National Stadium, Singapore Sports Hub, Kamis (24/4). Kemenangan ini diraih setelah ia mencatatkan lemparan sejauh 66,90 meter, memecahkan rekor pribadinya dan melampaui raihan medali perak di PON 2024 lalu. Kemenangan ini terjadi di Singapura, dan disambut positif oleh Ketua Umum PB PASI, Luhut Binsar Pandjaitan, sebagai bukti nyata sistem pembinaan atletik yang inklusif dan berkelanjutan.
Silfanus Ndiken, atlet asal Papua Selatan, telah menunjukkan konsistensi prestasinya sepanjang tahun 2024. Sebelumnya, ia telah mengumpulkan sejumlah medali di berbagai kejuaraan, termasuk medali perak di Thailand Open (63,99 meter), medali emas di Jatim Open (64,28 meter), dan medali perak di Jateng Open (63,31 meter). Prestasi konsisten ini menjadi bukti kerja keras dan dedikasi yang tinggi dari atlet muda berbakat ini.
Keberhasilan Silfanus Ndiken ini tak lepas dari dukungan Program Pelatnas Atletik Desentralisasi Mimika, sebuah kerjasama antara PB PASI dan PT Freeport Indonesia. Program ini bertujuan untuk mengembangkan potensi atletik dari daerah-daerah dan memberikan kesempatan yang lebih luas bagi atlet lokal untuk berkompetisi di kancah internasional. Program ini mencakup pelatihan intensif, fasilitas modern, dan pendampingan berkelanjutan yang terbukti efektif dalam mencetak atlet berprestasi.
Atlet Papua Selatan Pecahkan Rekor Pribadi
Raihan medali emas Silfanus Ndiken di Singapura merupakan bukti nyata dari potensi besar atlet-atlet Indonesia di luar Pulau Jawa. Dengan lemparan sejauh 66,90 meter, ia berhasil melampaui rekor pribadinya sebelumnya, yaitu 66,39 meter yang ia raih saat meraih medali perak di Pekan Olahraga Nasional (PON) 2024. Keberhasilan ini menunjukkan peningkatan signifikan dalam kemampuan dan tekniknya.
Ketua Umum PB PASI, Luhut Binsar Pandjaitan, menyatakan bahwa pencapaian Ndiken merupakan bukti nyata bahwa sistem pembinaan atletik yang inklusif dan berkelanjutan mampu melahirkan juara. Hal ini juga menunjukkan bahwa program pelatnas desentralisasi Mimika berjalan efektif dan memberikan dampak positif bagi perkembangan atlet-atlet muda di Indonesia.
Silfanus, yang merupakan atlet binaan Papua Athletics Center (PAC) sejak Oktober 2023, kini tergabung dalam Program Pelatnas SEA Games 2025 yang berlatih di Pangalengan sejak November 2024. Dengan prestasi gemilangnya ini, ia semakin memperkuat posisinya sebagai salah satu andalan Indonesia di sektor lempar lembing putra untuk kawasan Asia Tenggara.
Program Pelatnas Desentralisasi Mimika: Sukses Kembangkan Atlet Lokal
Program Pelatnas Atletik Desentralisasi Mimika, hasil kerjasama PB PASI dan PT Freeport Indonesia, terbukti sukses dalam mengembangkan potensi atlet lokal. Program ini memberikan pelatihan intensif, akses ke fasilitas modern, dan pendampingan berkelanjutan bagi atlet-atlet berbakat dari daerah. Hal ini memungkinkan atlet-atlet dari daerah terpencil untuk memiliki kesempatan yang sama dengan atlet dari kota besar.
Luhut Binsar Pandjaitan juga menekankan bahwa keberhasilan Silfanus Ndiken menjadi sinyal kuat bahwa Papua Selatan dan kawasan Indonesia Timur memiliki potensi besar untuk menjadi kekuatan utama dalam atletik nasional. Program ini diharapkan dapat terus berlanjut dan melahirkan lebih banyak lagi atlet-atlet berprestasi dari berbagai daerah di Indonesia.
Dengan dukungan fasilitas dan pelatihan yang memadai, diharapkan lebih banyak lagi atlet-atlet berbakat dari daerah dapat teridentifikasi dan dikembangkan potensinya. Hal ini akan memperkuat tim atletik nasional dan meningkatkan prestasi Indonesia di kancah internasional.
Keberhasilan Silfanus Ndiken juga diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi atlet-atlet muda lainnya di Indonesia untuk terus berlatih dan berjuang meraih prestasi. Dengan kerja keras, dedikasi, dan dukungan yang tepat, mimpi untuk menjadi atlet berprestasi dapat terwujud.
Secara keseluruhan, kemenangan Silfanus Ndiken di Singapura menjadi bukti nyata keberhasilan program pembinaan atlet yang berkelanjutan dan inklusif. Hal ini juga menunjukkan potensi besar atlet-atlet dari daerah di Indonesia, khususnya Papua Selatan, untuk berkontribusi pada prestasi atletik nasional di tingkat internasional.