Duka Mendalam: Ricky Siahaan, Sang Riffmeister Seringai, Tutup Usia
Indonesia berduka atas meninggalnya Ricky Siahaan, gitaris Seringai dan jurnalis musik senior, yang mengembuskan napas terakhirnya di Tokyo, Jepang, setelah mengalami serangan jantung.
Dunia musik Indonesia berkabung. Ricky Siahaan, gitaris legendaris band metal Seringai dan mantan jurnalis musik, meninggal dunia pada Sabtu, 19 April 2025, pukul 21.30 di Tokyo, Jepang, akibat serangan jantung. Ia tutup usia pada 48 tahun, tak lama setelah tampil bersama Seringai dalam rangkaian tur Wolves of East Asia Tour 2025 di Taiwan dan Jepang. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, rekan sesama musisi, dan penggemar musik Tanah Air.
Ricky Siahaan, atau yang akrab disapa Ricky, lahir di Tanjung Pandan, Belitung, pada 5 Mei 1976. Kecintaannya pada musik cadas, khususnya band-band seperti Mötley Crüe, Iron Maiden, dan Metallica, telah membawanya menekuni dunia musik sejak masa sekolah menengah. Ia kemudian memperdalam kemampuan bermain gitar dan memulai perjalanan kariernya yang gemilang.
Perjalanan musik Ricky dimulai dengan bergabungnya ia dalam band Chapter 69 pada tahun 1995 bersama Deddy Mahendra Desta dan Cliff Rompies. Pengalaman bermusiknya kemudian berlanjut dengan bergabungnya ia di band hardcore Buried Alive dan Stepforward, sebelum akhirnya membentuk band metal yang membesarkan namanya, Seringai, pada tahun 2002 bersama Arian Arifin (Arian13).
Jejak Karier Musik yang Cemerlang
Bersama Seringai, Ricky tak hanya berperan sebagai gitaris, tetapi juga sebagai komposer dan produser. Ia turut andil dalam menciptakan karya-karya ikonik Seringai, termasuk mini album "High Octane Rock" (2004) dan album-album penuh "Serigala Militia" (2007), "Taring" (2012), dan "Seperti Api" (2018). Riff-riff gitarnya yang khas dan berkarakter kuat menjadi ciri khas musik Seringai dan membuatnya dikenal sebagai "riffmeister".
Prestasi Seringai juga melampaui batas negeri. Band ini pernah menjadi band pembuka konser Metallica di Jakarta pada tahun 2013, sebuah pencapaian luar biasa bagi band metal Indonesia. Keberhasilan ini tak lepas dari kontribusi besar Ricky sebagai gitaris andalan Seringai.
Selain berkarya di dunia musik, Ricky juga memiliki karier di industri media. Ia pernah bekerja sebagai produser di MTV On Sky (sekarang Trax FM) pada tahun 2002 dan sebagai editor di majalah Rolling Stone Indonesia hingga tahun 2017, menjabat sebagai managing editor sebelum majalah tersebut tutup.
Kenangan dari Rekan Musisi
Musisi dan rekan-rekan Ricky dari berbagai band mengenang sosoknya sebagai pribadi yang menginspirasi dan memberikan dukungan besar bagi perkembangan musik Indonesia. Sir Dandy dari Teenage Death Star menyebut Ricky sebagai sosok "realita", menggambarkan musisi Jakarta yang tak hanya berkutat di musik tetapi juga berkontribusi di berbagai bidang.
Personel band Homicide juga mengenang Ricky sebagai pendukung band-band baru, memberikan masukan berharga melalui ulasannya sebagai jurnalis musik. Dochi Sadega dari Pee Wee Gaskins pun mengakui kehebatan Ricky sebagai gitaris dengan julukan "riffmeister" karena suara gitarnya yang kuat dan khas, "Seringai cuma butuh satu gitaris buat suaranya seberat itu, tidak perlu dua gitaris," katanya.
Jenazah Ricky Siahaan disemayamkan di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta, sebelum dimakamkan di Pemakaman San Diego Hills pada Sabtu, 26 April 2025. Unggahan Seringai di media sosial mengungkapkan duka cita mendalam, "Selamat jalan chainsaw, riffmeister, sampai kita berjumpa kembali. Selalu, selalu, selamanya."
Kepergian Ricky Siahaan merupakan kehilangan besar bagi industri musik Indonesia. Ia akan selalu dikenang sebagai musisi berbakat, jurnalis musik yang berpengaruh, dan sosok inspiratif bagi banyak orang. Kontribusinya dalam dunia musik Indonesia akan tetap abadi.