10 Kerbau di Aceh Barat Terjangkit Penyakit Ngorek, Lima Mati
Sepuluh kerbau di Aceh Barat terjangkit penyakit ngorok sejak Januari hingga Februari 2025; lima diantaranya sembuh setelah mendapat perawatan, sementara lima lainnya mati atau terpaksa disembelih.
Meulaboh, Aceh - Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Aceh Barat melaporkan merebaknya penyakit ngorok (Septichaemia Epizootica) yang menyerang 10 kerbau milik warga di beberapa kecamatan sejak Januari hingga Februari 2025. Penyakit ini, yang disebabkan oleh bakteri Pasteurella multocida, telah mengakibatkan kerugian ekonomi yang signifikan bagi peternak setempat. Langkah-langkah penanganan segera dilakukan untuk mencegah meluasnya wabah ini.
Dari sepuluh kerbau yang terjangkit, lima ekor berhasil diselamatkan setelah mendapatkan perawatan intensif berupa pemberian antibiotik, vitamin, dan penerapan biosekuriti. Kelima kerbau yang sembuh ini berasal dari Desa Pasi Jeumpa, Kecamatan Kaway XVI. Keberhasilan ini menjadi bukti efektifitas penanganan yang dilakukan oleh Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Aceh Barat.
Sayangnya, lima kerbau lainnya bernasib kurang baik. Lima kerbau tersebut mati atau terpaksa disembelih untuk mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut. Dua kerbau disembelih di Desa Pasi Birah, Kecamatan Woyla; satu di Desa Alue On, Kecamatan Kaway XVI; satu lagi di Desa Muko, Kecamatan Kaway XVI; dan satu terakhir di Desa Blang Geunang, Kecamatan Kaway XVI. Semua kasus ini terjadi antara Januari dan Februari 2025.
Penanganan Penyakit Ngorek di Aceh Barat
Kepala Bidang Peternakan pada Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Aceh Barat, Zulfikar, menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan berbagai upaya untuk menangani wabah penyakit ngorok ini. "Dari total 10 kerbau yang terjangkit penyakit ngorok ini, lima kerbau diantaranya sudah sembuh," ujar Zulfikar kepada ANTARA, Rabu. Perawatan meliputi pemberian antibiotik, vitamin, dan penerapan prinsip biosekuriti untuk mencegah penyebaran penyakit.
Vaksinasi juga diberikan kepada ternak sebagai upaya meningkatkan imunitas dan mencegah penyebaran lebih lanjut. "Petugas kesehatan juga melakukan vaksinasi terhadap ternak sebagai upaya memberikan imunitas bagi ternak yang terjangkit penyakit Septichaemia Epizootica (SE)," tambah Zulfikar. Langkah-langkah ini menunjukkan komitmen pemerintah daerah dalam melindungi peternak dan ternak mereka.
Zulfikar juga menambahkan bahwa hingga Maret 2025, belum ada laporan baru mengenai kasus penyakit ngorok pada kerbau atau sapi di Aceh Barat. Hal ini menunjukkan bahwa upaya penanganan yang dilakukan sejauh ini cukup efektif dalam mengendalikan penyebaran penyakit.
Gejala dan Pencegahan Penyakit Ngorek
Penyakit Septicaemia Epizootica (SE) atau Haemorraghic Septecaemia (HS), yang dikenal sebagai penyakit ngorok, merupakan penyakit akut yang menyerang sapi dan kerbau dengan tingkat kematian yang tinggi. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Pasteurella multocida dan sangat berbahaya bagi ternak ruminansia.
Beberapa gejala penyakit ngorok antara lain peningkatan suhu tubuh, hewan menjadi lesu dan berbaring, munculnya leleran dari hidung atau mulut, dan anoreksia (kehilangan nafsu makan). Penting bagi peternak untuk mengenali gejala-gejala ini dan segera menghubungi petugas kesehatan hewan jika ditemukan pada ternak mereka.
Pencegahan penyakit ngorok sangat penting untuk melindungi ternak dan mencegah kerugian ekonomi. Penerapan biosekuriti yang ketat, vaksinasi rutin, dan pemberian nutrisi yang baik merupakan langkah-langkah penting dalam mencegah penyebaran penyakit ini. Kolaborasi antara pemerintah, petugas kesehatan hewan, dan peternak sangat penting untuk memastikan keberhasilan upaya pencegahan dan pengendalian penyakit ngorok.
Kejadian ini menjadi pengingat pentingnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi penyakit hewan. Langkah-langkah pencegahan dan penanganan yang tepat waktu sangat krusial untuk meminimalisir dampak ekonomi dan melindungi kesehatan ternak di Aceh Barat.