BPOM Manfaatkan Big Data untuk Optimalkan Perlindungan Konsumen Obat dan Makanan
BPOM memanfaatkan big data dan teknologi digital untuk meningkatkan pengawasan obat dan makanan, melindungi publik dari produk ilegal, dan memperkuat sistem kesehatan nasional.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengumumkan pemanfaatan teknologi big data untuk meningkatkan pengawasan dan perlindungan konsumen di Indonesia. Penggunaan big data ini merupakan langkah signifikan dalam upaya BPOM untuk melindungi masyarakat dari produk obat dan makanan ilegal dan berbahaya. Kepala BPOM, Taruna Ikrar, menjelaskan komitmen ini melalui penerbitan 12 regulasi terkait big data guna memperkuat sistem pengawasan yang sudah ada.
Inisiatif ini mencakup berbagai tahapan pengawasan, mulai dari riset dan pengembangan hingga pengawasan pasca-edar. BPOM membangun infrastruktur data yang terintegrasi melalui Jaringan Intra Pemerintah (JIP) dan terhubung ke Pusat Data Nasional (PDN) menggunakan virtual private network (VPN). Sistem ini memungkinkan pengawasan yang komprehensif dan real-time terhadap seluruh rantai pasok obat dan makanan.
Selain itu, BPOM juga mengembangkan inovasi digital seperti aplikasi BPOM Mobile yang memungkinkan masyarakat untuk mengecek legalitas produk dan melaporkan dugaan pemalsuan. Peta WebGIS BPOM juga menyediakan informasi geospasial terkait regulasi dan kewenangan BPOM di seluruh Indonesia. Upaya ini menunjukkan komitmen BPOM dalam meningkatkan transparansi dan akses informasi bagi publik.
Pemanfaatan Big Data dalam Pengawasan Obat dan Makanan
Penerapan big data dalam pengawasan obat dan makanan oleh BPOM mencakup berbagai aspek, termasuk sumber daya manusia, kebijakan, dan sistem. Hal ini bertujuan untuk menjamin keamanan obat dan mendukung kemandirian obat dalam negeri. Sistem BPOM yang komprehensif ini mencakup berbagai tahapan, mulai dari penelitian dan pengembangan, persetujuan uji klinik, sertifikasi GMP (good manufacturing practices), izin edar, sertifikasi distributor, hingga pengawasan pasca-pasar. Dengan demikian, BPOM dapat melakukan pengawasan yang lebih efektif dan efisien.
Salah satu contoh nyata pemanfaatan big data adalah patroli siber yang dilakukan BPOM untuk mendeteksi dan merekomendasikan pencabutan konten obat dan makanan ilegal. Nilai ekonomi dari produk-produk ilegal yang berhasil dideteksi mencapai Rp32,24 triliun, menunjukkan skala besarnya masalah ini dan pentingnya peran big data dalam penanggulangannya. Integrasi data dengan Kementerian Kesehatan, BKKBN, dan BPJS juga dilakukan untuk memperkuat sistem kesehatan nasional secara keseluruhan.
BPOM juga berupaya meningkatkan kolaborasi antar instansi pemerintah. Kolaborasi ini bertujuan untuk memastikan data yang akurat dan terintegrasi untuk pengambilan keputusan yang tepat dan efektif dalam menjaga kesehatan masyarakat. Dengan adanya integrasi data, diharapkan akan lebih mudah untuk melacak dan menanggulangi masalah kesehatan yang terkait dengan obat dan makanan.
Dukungan Ahli dan Tantangan Implementasi
Epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman, menekankan pentingnya sistem data yang akurat dan real-time untuk mendukung ketahanan kesehatan nasional. Ia juga menyoroti tantangan dalam penerapan big data, seperti keamanan data dan kesenjangan infrastruktur digital. Hal ini menunjukkan perlunya strategi yang komprehensif untuk mengatasi tantangan tersebut.
Ali Selamat dari Universiti Teknologi Malaysia menambahkan pentingnya peran kecerdasan buatan (AI) dalam meningkatkan ketahanan nasional di bidang kesehatan. Namun, ia juga mengingatkan pentingnya pemanfaatan AI yang etis dan bertanggung jawab. Big data dan AI, jika diimplementasikan dengan tepat, dapat meningkatkan efisiensi layanan kesehatan, deteksi dini penyakit, pemantauan pasien, dan alokasi sumber daya yang lebih baik.
Implementasi big data dan AI di sektor kesehatan memang memiliki potensi yang besar untuk meningkatkan kualitas layanan dan perlindungan masyarakat. Namun, hal ini juga harus diimbangi dengan perhatian terhadap aspek keamanan data dan etika. BPOM perlu memastikan bahwa data yang dikumpulkan dan digunakan dilindungi dengan baik dan tidak disalahgunakan.
Kesimpulannya, upaya BPOM dalam memanfaatkan big data dan teknologi digital merupakan langkah penting dalam meningkatkan pengawasan obat dan makanan di Indonesia. Hal ini tidak hanya melindungi konsumen dari produk ilegal, tetapi juga memperkuat sistem kesehatan nasional secara keseluruhan. Keberhasilan inisiatif ini bergantung pada kolaborasi antar instansi, pengelolaan data yang aman dan etis, serta pengembangan infrastruktur digital yang memadai.