China Dukung Negosiasi Ukraina Usai Pertemuan Trump-Zelenskyy di Vatikan
China menyerukan penyelesaian krisis Ukraina melalui negosiasi, menanggapi pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Vatikan.
Beijing, 29 April 2024 - Pertemuan antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Vatikan pada Sabtu (26 April) telah memicu respons dari Pemerintah China. Beijing menekankan perlunya penyelesaian krisis Ukraina melalui jalur negosiasi. Pertemuan tersebut terjadi di sela-sela upacara pemakaman Paus Fransiskus.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, menyatakan dalam konferensi pers di Beijing pada Senin (28 April) bahwa posisi China terhadap krisis Ukraina sangat jelas. "Kami berharap pihak-pihak terkait akan terus menyelesaikan krisis melalui dialog dan negosiasi," tegas Guo Jiakun. Pernyataan ini muncul sebagai respons langsung terhadap pertemuan bersejarah antara Trump dan Zelenskyy.
Baik Trump maupun Zelenskyy memberikan pernyataan singkat pasca pertemuan. Zelenskyy, melalui unggahan di X (sebelumnya Twitter), menyebut pertemuan tersebut sebagai 'pertemuan yang sangat simbolis dengan potensi menjadi bersejarah, jika kita mencapai hasil bersama.' Sementara Trump kepada wartawan mengatakan, "Saya rasa pertemuan itu berjalan dengan baik. Kita lihat saja apa yang terjadi dalam beberapa hari ke depan," seraya menambahkan bahwa hubungannya dengan pemimpin Ukraina itu 'tidak pernah buruk'. Trump juga menggambarkan Zelenskyy sebagai sosok yang 'lebih tenang' dalam pertemuan tersebut, menyatakan bahwa Zelenskyy 'mengerti gambarannya, dan saya pikir dia ingin membuat kesepakatan'.
Pertemuan Vatikan dan Upaya Perdamaian
Setelah pemakaman Paus Fransiskus, Trump dan Zelenskyy turut bergabung dengan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer dan Presiden Prancis Emmanuel Macron dalam sebuah diskusi empat pihak terpisah yang membahas upaya perdamaian. Meskipun demikian, Guo Jiakun menolak berkomentar lebih lanjut mengenai laporan keterlibatan militer Korea Utara dalam konflik Ukraina.
China konsisten menekankan pentingnya penyelesaian damai konflik Ukraina. Mereka secara aktif mengupayakan gencatan senjata dan mempromosikan perundingan damai. Hal ini terlihat dari pernyataan resmi pemerintah China yang berulang kali menyerukan dialog dan negosiasi sebagai solusi terbaik untuk mengakhiri krisis.
Meskipun demikian, China tetap menghindari komentar langsung terkait laporan keterlibatan militer Korea Utara. Hal ini menunjukkan upaya China untuk menjaga netralitas dan fokus pada upaya diplomasi dalam menyelesaikan konflik.
Keterlibatan Korea Utara dan Respons Rusia
Korean Central News Agency (KCNA) melaporkan pada Senin (28 April) bahwa pasukan Korea Utara telah membantu Rusia dalam pertempuran di wilayah Kursk. Laporan tersebut menyebutkan bahwa pasukan Korut bertindak atas instruksi dari Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un. Kim Jong Un sendiri menyatakan bahwa siapa pun yang 'berjuang demi keadilan adalah pahlawan dan duta dari kehormatan tanah air'.
Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan terima kasih kepada satuan angkatan bersenjata Korea Utara atas bantuan mereka dalam mengalahkan pasukan Ukraina di wilayah Kursk. Putin bahkan menambahkan bahwa satuan-satuan Tentara Rakyat Korea (Utara) mengambil bagian aktif dalam operasi tersebut dengan mematuhi sepenuhnya hukum internasional. Pernyataan Putin ini menegaskan adanya kerja sama militer antara Rusia dan Korea Utara dalam konflik di Ukraina.
Hubungan Rusia dan Korea Utara semakin erat ditandai dengan Perjanjian Kerja Sama Strategis Komprehensif yang ditandatangani Kim Jong Un dan Vladimir Putin pada Juni 2024. Perjanjian ini memuat pasal terkait komitmen membantu satu sama lain jika salah satu pihak diserang. Keterlibatan militer Korea Utara dalam konflik Ukraina menunjukkan implementasi nyata dari perjanjian tersebut.
Pertemuan Trump dan Zelenskyy di Vatikan, meskipun singkat, telah memicu berbagai respons internasional. China, dengan konsistensinya dalam menyerukan negosiasi, menunjukkan komitmennya terhadap penyelesaian damai konflik Ukraina. Namun, kehadiran aktor baru seperti Korea Utara dalam konflik ini menambah kompleksitas situasi dan tantangan bagi upaya perdamaian.