CIFOR-ICRAF Perkenalkan Teknologi Pemetaan Bentang Lahan untuk Sumsel
CIFOR-ICRAF luncurkan teknologi pemetaan bentang lahan Epistem di Sumsel untuk mendukung restorasi hutan dan perencanaan kebijakan berbasis data yang akurat dan transparan.
Palembang, 22 April 2024 - Pusat Penelitian Kehutanan Internasional dan Agroforestri Dunia (CIFOR-ICRAF) Indonesia, berkolaborasi dengan IIASA, WRI Indonesia, dan didukung BMU-IKI, meluncurkan program Epistem (Evolving Participatory Information System for Nature-based Climate Solutions) di Sumatera Selatan. Program ini memperkenalkan teknologi pemetaan bentang lahan mutakhir untuk membantu upaya restorasi hutan dan pengelolaan lahan secara berkelanjutan. Inisiatif ini menjawab kebutuhan akan data berkualitas tinggi dan akses mudah bagi berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta.
Direktur CIFOR-ICRAF Indonesia, Andree Ekadinata, menjelaskan bahwa Epistem menyediakan data spasial yang akurat dan terpercaya. Data ini dapat diakses oleh berbagai pihak untuk mendukung pengambilan keputusan yang tepat dan terukur dalam upaya restorasi lahan. Teknologi ini dirancang untuk menyeimbangkan penyerapan karbon, pelestarian keanekaragaman hayati, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan. Andree menekankan bahwa "Teknologi hanyalah salah satu alat. Dampak nyata hanya bisa dicapai dengan kerja sama antara pemerintah, masyarakat, akademisi, dan sektor swasta."
Peluncuran program ini juga mencakup sesi pengenalan maket teknologi Epistem dan pengumpulan masukan dari calon pengguna untuk penyempurnaan fitur. Konsultasi awal telah dilakukan pada Februari lalu untuk menggali pengalaman dan masukan dari berbagai pihak yang terlibat dalam restorasi lahan. Andree menambahkan, "Dengan pendekatan partisipatif dan adaptif, Epistem diharapkan menjadi fondasi penting dalam mendorong solusi iklim berbasis alam yang inklusif, transparan, dan berdampak luas di Sumatera Selatan dan seluruh Indonesia."
Teknologi Pemetaan Bentang Lahan Epistem: Solusi Terbuka dan Terstandarisasi
Ping Yowargana, Peneliti Senior dari International Institute for Applied Systems Analysis (IIASA), menjelaskan bahwa Epistem menjawab tantangan keterbatasan data yang akurat dan mudah diakses. Sistem ini menawarkan teknologi pemetaan bentang lahan yang transparan, terbuka (open source), dan terstandarisasi. Desainnya yang user-friendly memungkinkan akses mudah dan gratis oleh berbagai pihak, tanpa memerlukan lisensi khusus. Penggunaannya pun beragam, mulai dari masyarakat sipil, pelaksana restorasi, lembaga donor, hingga pemerintah.
Lebih lanjut, Ping menjelaskan, "Dengan mengembangkan teknologi pemetaan, Epistem membantu para pelaku dan pemangku kepentingan dalam mengakses dan memanfaatkan data yang akurat untuk perencanaan, mobilisasi dana, serta pelaksanaan upaya pencegahan deforestasi dan pemulihan hutan serta bentang lahan yang terdegradasi."
Epistem menyediakan data berkualitas tinggi yang mendukung berbagai upaya konservasi dan restorasi, termasuk perencanaan tata ruang, pemantauan deforestasi, dan evaluasi dampak program lingkungan. Data yang transparan dan terbuka ini juga mendorong akuntabilitas dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam.
Keunggulan teknologi ini terletak pada kemampuannya untuk mengintegrasikan berbagai sumber data, termasuk citra satelit, data lapangan, dan informasi spasial lainnya. Integrasi ini menghasilkan pemetaan yang komprehensif dan akurat, memberikan gambaran yang lebih jelas tentang kondisi bentang lahan.
Dukungan Pemerintah Daerah Sumatera Selatan
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan menyambut baik inisiatif ini. Sekretaris Bappeda Provinsi Sumatera Selatan, M. Adhie Martadhiwira, menyatakan bahwa pencegahan deforestasi dan degradasi hutan merupakan prioritas utama daerah, khususnya di sektor pertanian, kehutanan, dan penggunaan lahan lainnya.
Adhie berharap Epistem dapat membantu dalam merumuskan solusi yang relevan secara lokal, memperkuat ketahanan masyarakat, dan mendukung perencanaan kebijakan yang tepat sasaran. Tujuannya adalah untuk melindungi penghidupan dan ekosistem di Sumatera Selatan secara berkelanjutan. Inisiatif ini selaras dengan upaya pemerintah daerah dalam mencapai pembangunan berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Dengan kolaborasi yang kuat antara CIFOR-ICRAF, IIASA, WRI Indonesia, BMU-IKI, dan pemerintah daerah, diharapkan Epistem dapat memberikan kontribusi signifikan dalam pengelolaan sumber daya alam dan upaya mitigasi perubahan iklim di Sumatera Selatan dan Indonesia secara keseluruhan. Teknologi ini diharapkan mampu mendorong praktik pengelolaan lahan yang lebih berkelanjutan dan inklusif.
Keberhasilan program ini sangat bergantung pada partisipasi aktif dari berbagai pemangku kepentingan. Komitmen bersama untuk memanfaatkan teknologi ini secara efektif akan menentukan dampak jangka panjangnya bagi pelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.