Daya Beli Petani Sulut Meroket! NTP Februari 2025 Capai Tertinggi
Nilai Tukar Petani (NTP) di Sulawesi Utara (Sulut) pada Februari 2025 naik 4,14 persen, menjadi yang tertinggi sejak 2024, didorong kenaikan harga tomat dan kelapa serta subsektor hortikultura.
Kabar gembira datang dari Sulawesi Utara! Daya beli petani di provinsi ini mengalami peningkatan signifikan pada Februari 2025. Hal ini ditandai dengan kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP) sebesar 4,14 persen, mencapai angka 124,61. Kenaikan ini merupakan yang tertinggi sejak tahun 2024 dan menempatkan NTP Sulut di atas angka 100, menunjukkan kondisi ekonomi petani yang membaik. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut, Aidil Adha, mengumumkan angka tersebut pada Kamis di Manado, memberikan gambaran positif bagi sektor pertanian Sulut.
Peningkatan daya beli petani ini bukan tanpa sebab. Berbagai faktor berkontribusi terhadap lonjakan NTP, termasuk kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 4,02 persen dan penurunan indeks yang dibayar petani sebesar 0,11 persen. Hal ini menunjukkan bahwa petani mendapatkan pendapatan lebih tinggi sementara biaya produksi relatif stabil atau bahkan menurun. Kenaikan ini memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan petani dan perekonomian daerah.
Lebih lanjut, Aidil Adha menjelaskan bahwa subsektor hortikultura menjadi motor penggerak utama kenaikan NTP. Subsektor ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan, mencapai 16,73 persen poin, dari 164,04 pada Januari menjadi 191,48 pada Februari 2025. Kenaikan ini jauh lebih tinggi dibandingkan subsektor lainnya, menandakan peranan penting komoditas hortikultura dalam meningkatkan pendapatan petani Sulut.
Subsektor Pertanian yang Mendukung Kenaikan NTP
Selain subsektor hortikultura, beberapa subsektor lain juga berkontribusi terhadap kenaikan NTP. Subsektor tanaman pangan mengalami kenaikan 2,16 persen poin, mencapai angka 110,04. Sementara itu, subsektor tanaman perkebunan rakyat juga mencatatkan kenaikan sebesar 2,60 persen poin, mencapai 119,26. Kenaikan di berbagai subsektor ini menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang merata dan berkelanjutan di sektor pertanian Sulut.
Komoditas andalan yang mendorong kenaikan NTP adalah tomat dan kelapa. "Komoditas yang paling besar menyumbang kenaikan NTP adalah tomat dan kelapa," jelas Aidil Adha. Kenaikan harga jual kedua komoditas ini secara langsung meningkatkan pendapatan petani yang bergerak di bidang tersebut. Di sisi lain, penurunan indeks yang dibayar petani, terutama untuk cabai rawit dan tarif listrik, juga berkontribusi terhadap peningkatan NTP.
Meskipun demikian, tidak semua subsektor mengalami peningkatan. Subsektor peternakan mengalami penurunan NTP sebesar 0,64 persen, mencapai angka 123,03. Subsektor perikanan juga mengalami penurunan sebesar 1,52 persen, dengan angka NTP sebesar 106,51. Lebih rinci, NTP nelayan turun 1,72 persen, sementara pembudidaya ikan justru mengalami kenaikan 0,91 persen.
Analisis Regional dan Prospek Ke Depan
Secara regional, Sulawesi Utara berhasil menorehkan prestasi membanggakan dengan kenaikan NTP dan NTUP (Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian) tertinggi di Pulau Sulawesi. Prestasi ini menunjukkan keunggulan sektor pertanian Sulut dibandingkan daerah lain di pulau tersebut. Kenaikan NTP yang signifikan ini diharapkan dapat berkelanjutan dan memberikan dampak positif yang lebih luas bagi perekonomian daerah.
Peningkatan daya beli petani di Sulut berdampak positif terhadap perekonomian daerah. Dengan pendapatan yang lebih tinggi, petani memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan taraf hidupnya. Hal ini juga akan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi lokal, karena meningkatnya daya beli akan mendorong peningkatan permintaan barang dan jasa di daerah tersebut. Pemerintah daerah diharapkan dapat memanfaatkan momentum ini untuk mengembangkan sektor pertanian dan meningkatkan kesejahteraan petani.
Ke depan, perlu upaya berkelanjutan untuk menjaga momentum positif ini. Pemerintah perlu terus mendukung petani melalui berbagai program peningkatan produktivitas, akses pasar, dan infrastruktur pertanian. Diversifikasi komoditas pertanian juga penting untuk mengurangi ketergantungan pada beberapa komoditas tertentu dan meningkatkan ketahanan ekonomi petani. Dengan langkah-langkah yang tepat, sektor pertanian Sulut dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian daerah.